Kala sibuk membidik dengan ponsel dari segala sisi dan berulang kali selfie, kulihat dua wisatawan yang sepertinya datang dari negeri seberang. Memberanikan diri berkenalan dengan tujuan meminta pertolongan: menjepret potret diri di depan tugu yang diidamkan.Â
Duo turis baik berbeda suku dan usia ini rupanya berasal dari Jiran, Goh dan Datuk Ruslan. Kami pun bergantian memfoto, bertukar cerita dan pengalaman. Rupanya keduanya adalah penyelam profesional. Di usianya yang tak lagi muda, 25 meter kedalaman laut masih sanggup diselami. Hebat sekali.
Obrolan semakin seru, sejuk udara kawasan hutan menyegarkan paru-paru. Selepas membeli beberapa buah tangan, saya mengajak Goh dan Datuk Ruslan mencicipi Rujak Aceh.Â
Kuliner khas Sabang yang pamornya sudah kondang di mata para wisatawan. Dengan Rp 10.000 saja, manis kelat yang dihasilkan dari buah rumbia bisa dirasa. Ini yang menjadi beda dari rajak-rujak di luar sana.Â
Gua Sarang
Tujuan destinasi berikutnnya adalah Gua Sarang, tempat persembunyian dan bersarangnya burung lawet dan kalong. Rupanya Goh dan Datuk pun menuju ke sana. Maka beringingan kami, dengan motor sewaan masing-masing. Mereka membuntuti, lantaran tiba-tiba smartphone-nya tak mampu mengakses google maps.Â
Kurang lebih 30 menit, Titik Nol Sabang-Gua Sarang dengan suasana jalanan yang masih sama. Tidak ada kendala berarti, sampailah kami. Goh mendahului, membayarkan tiket masuk perkepala Rp 5.000 untuk kami bertiga.
Sajian pemandangan tak kalah eloknya. Biru putih masih mendominasi, ditambah hijau yang membuat asri. Suara alam dan handpan yang dimainkan salah satu wisatawan menyatu beriringan menyanyikan harmoni yang indah.
 Di bawah tebing dan perbukitan hutan lindung Sabang, rupanya Gua Sarang masih harus ditempuh dengan boat. Sebab waktu sholat Jumat semakin dekat, maka kami cukup puas menikmati siang dengan bersantai di ayunan secara bergantian.Â
Kami mengucap salam perpisahan dan saling memanjat doa, semoga lain waktu bisa berjumpa. Goh dan Datuk balik ke Iboih, sementara saya kembali ke Pelabuhan Labohan.Â