Mohon tunggu...
Laela Nur Baity
Laela Nur Baity Mohon Tunggu... -

Penulis adalah mahasiswa Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Saat ini aktif sebagai sekretaris Kementerian Pertanian BEM KM IPB Kabinet IPB Berkarya 2012.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ujian dan Nilai Kejujuran

20 April 2011   04:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:37 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan, sejatinya adalah sebuah fase untuk menjalani dan memaknai kehidupan ini sebagai manusia pembelajar sepanjang hayat. Pada hakikatnya, kita tidak pernah purna untuk menamatkan ”sekolah” kehidupan ini. Saat ujian datang bertubi-tubi, itulah batu loncatan yang mampu mengantarkan kita untuk meningkatkan kapasitas diri. Meski tidak terlalu representatif, mari kita cermati proses pendidikan di perguruan tinggi beserta momentum ujiannya sebagai sample. Merupakan suatu hal yang mutlak dalam menjalani proses pendidikan di negeri ini, bahwa ujian merupakan salah satu standar penentu keberhasilan tingkat pembelajaran. Saat-saat menjelang ujian, adalah saat yang kritis. Mahasiswa mulai disibukkan mencari bahan-bahan kuliah, mengurangi aktifitasnya di organisasi, berjuang keras menghafal materi beberapa mata kuliah dalam waktu yang singkat. Salah satu goal yang memotivasi semangat belajar mahasiswa menjelang ujian, tidak lain adalah nilai yang memuaskan. Betapa bangganya jika huruf A, maupun IPK dengan angka 4 mampu tertoreh dalam sejarah pencapaian prestasi kita selama belajar di kampus. Namun, ketika yang menjadi motivasi adalah hal negatif seperti ketakutan, maka semuanya akan menjadi hal yang berbeda. Ketakutan mendapat nilai jelek, ketakutan mengecewakan orang tua, ketakutan akan sulit mendapat pekerjaan karena transkrip nilai yang tidak mencapai standar, akan melahirkan berbagai macam tindak kecurangan. Merupakan sebuah pertanyaan yang retorikal jika ada yang menanyakan apakah tindakan tersebut dapat dimaafkan atau tidak. Masing-masing dari kita telah memahami dan mengetahui apa konsekuensinya. Namun, mari kita merenung sejenak. Saat mahasiswa menuntut para koruptor, para pelaku illegal loging yang mengambil hak milik orang lain, lalu bagaimana dengan kita sendiri?. Tidakkah melakukan kecurangan dalam ujian tidak ubahnya sama seperti oknum-oknum tersebut?. Mungkin kita berdalih, merasa bahwa tidak ada hak orang lain yang kita ambil. Benarkah?. Jika ada suatu kasus, seorang mahasiswa jujur dari keluarga tidak mampu dengan nilai yang pas-pasan, harus rela tidak mendapat beasiswa karena nilainya lebih kecil dibandingkan mahasiswa lain yang tidak jujur saat ujian. Bayangkan, betapa beratnya tanggung jawab yang akan kita pikul kelak. Dalam hadis riwayat Ath-Thabrani, ”Barangsiapa yang keluar dari rumahnya untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga”. Tidakkah kita ingin meraih itu?. Dalam setiap langkah yang kita pijakkan dalam menuntut ilmu, ingatlah kembali, bagaimana keikhlasan orang tua saat melepas kita, saudara-saudara yang senantiasa mendo’akan kita, tentu kita tidak ingin mengecewakan mereka. Dunia tidak akan runtuh jika kita mendapat nilai yang jelek. Satu yang perlu kita lakukan adalah, melakukan evaluasi diri. Tidak masalah menerima kekurangan yang ada dalam diri, jika ada tekad yang kuat untuk memperbaikinya, maka tidak hal yang tidak mungkin. Kejujuran adalah sebuah hal yang tidak ternilai harganya. Sungguh tidak sebanding jika kita menggadaikannya hanya demi melihat huruf A terpampang dalam transkrip nilai yang sangat subjektif. Perlu diingat pula bahwa kita tidak hanya akan mendapat transkrip nilai di dunia, namun juga di akhirat. Allah memerintahkan dalam Al-Qur’an surah At Taubah ayat 119, ”Wahai orang-orang beriman. Bertakwalah kamu kepada Allah dan jadilah kamu (hidup) bersama orang-orang yang jujur”. Wallahu a’lam. Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran. Kejujuran yang hakiki, dan tidak pernah tergoyahkan oleh nilai-nilai semu duniawi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun