Saat perceraian terjadi maka bagaimana single parents dapat tetap memaksimalkan pengasuhan  pada anak menjadi salah satu solusi. Keadaan anak menjadi lebih baik setelah perceraian dengan posisi single parent jika tetap memiliki kehangatan, penuh dukungan, pola asuh otoritatif, mendampingi  aktivitas anak, dan memiliki harapan sesuai usia anak. Ahrons & Tanner (2003). Cara mendidik ayah bundanya  menurut Casmini dalam Marlina (2014: 10) adalah bagaimana ayah bunda memberikan pendampingan bagi anak untuk terus dapat memperkuat potensi sikap, pengetahuan dan keterampilan dari buah hatinya hingaa meraka siap menjalani secara mandiri kehidupan selanjutnya. Sesuai dengan nilai agama dan budaya di lingkungannya.Â
Pola asuh yang diterapkan single parents dalam membentuk generasi anak sholeh dengan cara menanamkan pengetahuan agama kepada anak-anaknya sejak dini dan juga memperlihatkan keteladanan  untuk ditiru anak-anaknya, akan membentuk karakter anak yang tangguh dan mandiri (Anugrah D, 2020).
 Capaian perkembangan sosial emosional anak usia dini dengan single parent  dipengarui oleh pola asuh orang tua dan latar belakang single parent orang tuanya (Lestari et al., 2015). Sehingga bagaimana orang tua dapat menerapkan pola asuh terbaik bagi anak menjadi kunci utamanya. Pola asuh adalah bagaimana cara ayah dan ibu dalam memberikan kasih sayang dan cara mengasuh mempunyai pengaruh yang sanagt besar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak (Ayun, 2017).
Orang tua di Indonesia memiliki beragam model dan tipe gaya asuh. Model pola asuh ada yang berupa model  kepemimpinan, pemimpin dan pengikut. Di Indonesia ada kepemimpinan Ki Hajar Dewantara dan Kepemimpinan Pancasila. Selain itu pola asuh orang tua memiliki beberapa tipe yaitu authoritarian (otoriter),  Authoritative/ Demokratis, Asuh Permisif, Asuh Laissez Faire, Fathernalistik, Karismatik, Melebur Diri, Pelopor, Manipulasi, Transaksi, Biar Lambat Asal Selamat, Alih Peran, Pamrih, Konsultasi, dan Militeristik.
Beragam  model dengan tipe pola asuh diatas dapat digunakan oleh orangtua dalam memberikan pengasuhan pada anak-anaknya. Berbagai macam jenis pola asuh diatas dapat di variasikan untuk beragam kepentingan yang memaksimalkan upaya  dalam mendidik anak-anaknya. Setiap usaha memberikan yang terbaik bagi anak tetap harus dilihat dari kebutuhan dan keminatan anak yang memiliki hak dan kewajiban sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Terkadang masih banyak orang tua hanya melihat dari kacamata dirinya yang terbaik bagi anak tanpa melihat kebutuhan dan kerakteristik anak (Masni, 2017).
Peran Perempuan Single Parent dalam menjalankan Fungsi Keluarga harus dapat  menekankan pentingnya komunikasi terbuka dan pengungkapan perasaan, sehingga aspirasi dan suara anak dapat didengar. Selain itu perempuan single parent hendaknya bisa menerapkan disiplin secara konsisten dan demokratis, dengan kata lain perempuan single parent tidak berlaku kaku dan tidak longgar.  Perempuan yang telah mengakhiri hubungan pernikannya harus memiliki pengetahuan yang lebih luas terkait bagaimana memberi dukungan lebih kondisi perkembangan kejiwaan dan fisik anaknya. Demikian juga dengan masyarakat sekitar anak korban putusnya hubungan pernikahan dapat membantu memberi dukungan perhatian memfasilitasi kondisi kejiwaan anak tetap dapat maksimal baik sikap , pengetahuan dan keterampilannya (Rika, n.d.).
Setiap anak membutuhkan perhatian dan kasih sayang melalui  pola asuh otoritatif sebagaimana anak juga membutuhkan gizi. Perhatian dan kasih sayang dengan pola asuh otoritatif ini sebaiknya  dapat diberikan berkesinambungan  oleh keluarga, masyarakat maupun sekolah.  Seperti juga saat anak mengalami kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan jasmani, maka  kekurangan perhatian dan kasih sayang dengan penerapan pola asuh yang salah akan mengakibatkan munculnya gangguan emosional pada anak.
KESIMPULAN
Pernikahan merupakan sebuah hubungan antara suami dan istri yang saling membutuhkan satu sama lain. Dalam sebuah hubungan ikatan pernikahan tentu tidak selamanya berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang kita harapkan. Saat terjadinya proses perceraian orang tua akan memberi dampak negatif bagi pendidikan dan perkembangan jiwa anak. Anak pada umumnya sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya.
Suasana dalam keluarga yang bercerai  dapat menyebabkan anak tidak memiliki semangat lagi dalam belajar dan memberi dampak negatif pada perkembangan  emosional  anak yang akhirnya berdamapak pada aspek  perkembangan  anak lainnya.
Dampak perceraian akan dapat di perkecil jika seluruh bagian dari lingkungan anak dapat berkesinambungan memberikan perhatian, kasih sayang dan pola asuh otoritatif.