Keminiman dari kepahaman dan kajian benang merah kurikulum dari tahun ke tahun inilah menjadi dasar kebutuhan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan untuk memahami teori Kritis. Karena bagaimana kurikulum nasional yang berawal dari kebutuhan pengembangan kurikulum Lembaga dan kegiatan belajar mengajar yang betul-betul nyata dapat menjadi masukan bagi pemerintah lebih spesifik. Banyak perbedaan antara konsep teori dengan persepsi dan implementasinya.Â
Beragam perbedaan ini akhirnya membuat ambigu implementasi Kurikulum yang sesuai dengan  tujuan Kurikulum Nasional dimana anak menjadi focus kurikulum dilapangan.  Masih banyak fasilitas LKPD dianggap sesuai dengan kebutuhan anak usia dini, keterbatasan kualifikasi dan kompetensi PTK PAUD, serta keanekaragaman letak geografis dan budaya sangat  membutuhkan penyesuaian bagaimaan tujuan kurikulum nasional dikembangkan secara maksimal. Kepahaman atas teori asing yang banyak digunakan saat ini yang kurang  memfasilitasi emansipatoris terhadap  kondisi  anak Indonesia sebagai subjek dari kurikulum.
REFERENSI
Dermawan, A. (2013). Dialektika Teori Kritis Mazhab Frankfurt dan Sosiologi Pengetahuan. Jurnal Sosiologi Reflektif, 8(1), 325--339.
Johni Dimyati, M. M. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Palikasinya Pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Kencana.
Ritonga, M. (2018). Politik dan Dinamika Kebijakan Perubahan Kurikulum Pendidikan di Indonesia Hingga Masa Reformasi. Bina Gogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 5(2).
Sudrajat, A., & UNY, P. I. S. F. (1988). Jurgen Habermas: Teori Kritis dengan paradigma komunikasi. Prodi Ilmu Sejarah FISE UNY.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H