Mohon tunggu...
Laela Indawati
Laela Indawati Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Belajar mempelajari kehidupan, karena hidup harus terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Optimalisasi Informasi Kesehatan pada Kondisi Darurat

31 Agustus 2022   21:37 Diperbarui: 31 Agustus 2022   21:54 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia terletak pada pertemuan lempeng besar dunia dan beberapa lempeng kecil, yang menjadikan Indonesia sebagai daerah rawan gempa dan tsunami. Dari hasil kajian diketahui bahwa di wilayah Indonesia saat ini telah teridentifikasi 295 sumber gempa sesar aktif di pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua, Bali dan Nusa Tenggara. Berdasarkan data yang diperoleh dari situs BNPB Indonesia, pada tahun 2021 terdapat 8.426.609 korban menderita dan mengungsi.

Bagaimana dengan kondisi kesehatan para pengungsi, khususnya pada kondisi pandemi covid-19?. Berdasarkan penelusuran jurnal pada sciencedirect dengan rentang periode tahun 2020-2022, didapatkan hasil 426 artikel dengan kata kunci natural disaster and covid 19.

Terdapat banyak artikel menarik terkait topik ini, satu diantaranya ditulis oleh Masashi Sakamoto tahun 2020 yang meneliti tentang bencana dan penyakit menular di Jepang, serta tantangan yang dihadapi. Gempa Besar Hanshin-Awaji yang meletus di Prefektur Hyogo Jepang pada tahun 1995 menyebabkan kerusakan yang signifikan di kota-kota Kobe dan Osaka dan menyebabkan 6434 orang tewas. 

Dari jumlah kematian tersebut, 5512 secara langsung disebabkan oleh gempa bumi, yang disebabkan oleh runtuhnya bangunan yang menyebabkan korban hancur dan mati lemas. 

Dari korban yang tersisa, 922 meninggal karena pneumonia, stroke, dan infark miokard yang disebabkan oleh bencana. Sekitar 60-80% kasus pneumonia pada pengungsi yang lebih tua pada saat gempa dianggap atau didiagnosis sebagai pneumonia aspirasi. 

Sebagian besar kasus pneumonia aspirasi yang terjadi di antara orang tua yang mengalami gangguan sistem kekebalan diyakini disebabkan oleh aspirasi air liur yang kaya akan bakteri mulut karena berkurangnya perawatan mulut selama bencana yang luas. Banyak orang tua tidak dapat mempertahankan praktik kebersihan mulut, seperti berkumur, karena kekurangan air minum yang ekstrem atau karena peningkatan bakteri mulut yang disebabkan oleh pembersihan gigi palsu yang buruk. 

Menurut temuan penelitian, perawatan mulut yang dilakukan secara menyeluruh, sehingga mencegah peningkatan bakteri mulut sekaligus menjaga rongga mulut dan permukaan gigi tiruan tetap bersih, dapat menurunkan insiden pneumonia di kalangan orang tua hingga 40%. 

Influenza dan gastroenteritis menular menyebar di daerah yang terkena bencana karena gempa terjadi selama musim dingin ketika sering terjadi wabah penyakit menular tersebut Di dalam fasilitas medis, alat pelindung diri, seperti disinfektan berbasis alkohol, masker, dan celemek umumnya cukup, tetapi persediaan handuk kertas, sabun cair, wadah untuk limbah medis menular, dan kateter, yang sering digunakan setiap hari, tidak memadai (Sakamoto et al., 2020)

Sekolah ditunjuk sebagai salah satu pusat evakuasi selama bencana, dan dalam beberapa kasus, tidak mungkin untuk mengamankan ruang untuk mengisolasi individu dengan penyakit menular. 

Dalam kasus pandemi COVID-19, mengamankan ruang untuk isolasi sangat penting untuk mencegah penyebaran infeksi. Secara umum, daerah yang akan ditempati oleh pengungsi dihitung dengan menggunakan standar 1,57-2,93 meter persegi per orang di Jepang, standar "kriteria Sphere" internasional, yang memberikan beberapa pedoman tentang sanitasi dan pemeliharaan lingkungan hidup pusat-pusat evakuasi, menetapkan luas minimal 3,5 meter persegi per pengungsi. 

Dikombinasikan dengan jarak sosial 2 m, total area yang dibutuhkan per orang akan menjadi 6 meter persegi sesuai dengan standar internasional. Dengan demikian, jumlah orang yang dapat ditampung di tempat penampungan akan berkurang dari sepertiga menjadi seperempat dari kondisi normal (Sakamoto et al., 2020)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun