Mohon tunggu...
Laela Indawati
Laela Indawati Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Belajar mempelajari kehidupan, karena hidup harus terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Sekilas Pengalaman Menggunakan Trans Jakarta

3 September 2013   12:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:26 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Trans Jakarta (TJ) merupakan transportasi rakyat yang saat ini mulai banyak digunakan masyarakat Jakarta. Saya adalah salah satu warga yang setia menggunakan TJ. TJ yang saya gunakan untuk pergi dan pulang kerja adalah rute Lebak bulus – Harmoni. Banyak keuntungan yang saya dapatkan bila menggunakan transportasiumum ini, dimana untuk menuju ke tempat kerja yang biasanya ditempuh dengan 4 kali ganti angkot, bisa dipangkas hanya 2 kali. TJ sekali, angkot sekali.

Namun sayangnya, sayamerasa pengelolaan TJ ini tidak berjalan baik. Banyak kekecewaan yang saya dapatkan selama menggunakan TJ ini dari tahun 2010 – sekarang. 3 tahun menggunakan TJ bukan pelayanan yang bertambah baik yang konsumen dapatkan, namun pelayanan yang semakin mengecewakan (mohon maaf).

Lelah sepulang kerja, menanti kedatangan TJ yang sukar diterka. Kadang cepat, kadang lambat, kadang lambaaaaaaaaaaattttt sekallee. Begitu TJ datang, sudah terlihat para penumpang yang berjejalan dan bercampur baur antara pria dan wanita. TJ memang memiliki ruang khusus wanita, dimana kami sebagai wanita diberi kehormatan untuk duduk di barisan depan (terima kasih..). Namun jumlah bangku yang sedikit, dibarisan depan tidak dapat menampung jumlah penumpang wanita sehingga pada akhirnya banyak pula wanita yang duduk di barisan belakang bercampur dengan laki-laki. Banyak pula yang rela bergelantungan bercampur dengan laki-laki dengan harapan dapat segera sampai pulang ke rumah melepas penat.

Bagi penumpang yang ingin mendapatkan tempat duduk, rela sabar menanti kedatangan TJ selanjutnya, walaupun belum tentu TJ itu kosong dan kami dapat duduk.

Antrian panjang penumpang di halte yang menanti kedatangan TJ, tidak diimbangi dengan informasi yang jelas dari petugas TJ, sudah sampai dimana posisi TJ terdekat. Pernah saya menanti TJ 1 jam lebih tanpa adanya informasi yang jelas dari petugas. Penumpang dibiarkan saja sabar menunggu. Padahal bila disampaikan informasi dengan baik, penumpang dapat mengambil keputusan apakah akan terus menanti TJ ataukan keluar dari halte, dan mencari alternative kendaraaun umum lainnya.

Memang, di beberapa halte, ada juga petugas tiket yang menyampaikan ke penumpang, bahwa kedatangan TJ lama, dan kita diberi pilihan apakah tetap membeli tiket atau tidak. Namun seringnya penumpang terbengkalai, dan berakhir dengan kekecewaan.

Untungnya saat ini ada tambahan armada baru, yaitu TJ gandeng. Lumayan lah waktu tunggu yang semula lambaaaaattttt sekalleee menjadi lambat sekali (mohon maaf). TJ gandeng ini mampu menampung penumpang lebih banyak sehingga antrian panjang dapat dikurangi, dan peluang untuk mendapat tempat duduk semakin besar.

Dan…. sebenarnyaaa… asal muasal dari keinginan saya untuk menulis mengenai TJ ini adalah karena kejadian di halte TJ pagi ini.

Saya sampai dihalte TJ Lebak Bulus pukul 06.30 WIB. Pagi yang sejuk, yang kemudian perlahan-lahan sirna dengan cucuran keringat menanti TJ.

Halte TJ Lebak Bulus memiliki 6 pintu tunggu penumpang yang terletak di sisi kiri (3 pintu) dan sisi kanan (3 pintu). Penumpang dapat bebas menunggu dimanapun. Sayangnya tidak ada pengaturan dari petugas mengenai kedatangan TJ. Tidak ada petugas yang mengawasi antrian penumpang. TJ ke 1 datang, dan menuju pintu sisi kanan. Penumpangpun yang awalnya menunggu di sisi kiri berhamburan lari menuju sisi kanan . yang tadinya mengantri di antrian pertama menjadi di antrian 10, dan akhirnya tidak mendapat duduk. Saya masih setia menunggu di pintu sisi kiri, dengan harapan TJ selanjutnya pasti datang dari sisi kiri, karena seharusnya (dan baiknya) memang bergantian .

Namun harapan itu pupus. TJ ke 2, TJ ke 3, TJ ke 4 (selisih watu kedatangan per TJ sekitar 15 menit) semua datang menuju sisi kanan. Huffft…padahal saya tetap setia menanti disisi kiri dengan antrian pertama dengan harapan bisa mendapat tempat duduk. Ternyata semua TJ tidak lewat sisi kiri, dan sekali lagi… tidak ada informasi sedikitpun dari petugas, kami harus menunggu dari pintu yang mana.

Akhirnya karena lelah dan kesal, saya datangi petugas yang pakai seragam TJ, dan saya tanyakan bagaimana pengaturan kedatangan TJ, mengapa tidak bergantian datang ke pintu sisi kiri dan kanan. Petugas pertama yang saya tanya menjawab tidak tahu dan mengalihkan ke petugas yang ada di sebelahnya. Petugas yang di sebelahnya hanya menjawab terima kasih bu, lalu pergi meninggalkan saya.

Saya kira setelah saya komplain, TJ selanjutnya akan datang dari pintu sebelah kiri, namun ternyata tidaaakkkkk….(ups ..maaf). TJ ke 6 yang datang sekitar10 menit kemudian kembali menuju pintu sisi kanan. Begitu pula TJ ke 7 yang datang sekitar 15 menit kemudian. Semuanya diserbu oleh penumpang. Untungnya setelah datang TJ ke 4 tadi, dan bicara dengan petugas, saya hanya duduk saja di bangku tunggu, dan tidak ikut mengantri (karena lelah berdiri), dan hanya menjadi pengamat.

AKHIRNYA…..TJ ke -8 datang menuju ke sisi kiri. Untungnya pula antrian di halte sudah mulai sedikit sehingga dengan berlari kecil, dengan beberapa penumpang lainnya kami berhamburan masuk ke dalam TJ. Saya lihat jam di HP pukul 07.35 WIB.

Penantian 1 jam di halte TJ untuk mendapatkan tempat duduk di dalam bus TJ.

Entah bagaimana pengelolaan dan mekanisme kerja di Trans Jakarta, namun ada baiknya perlu pengaturan kembali dalam melayani penumpang dan antrian agar para penumpang yang setia dengan TJ tidak merasa kecewa dan mendapatkan pelayanan yang baik.

Dengan tidak mengurangi rasa hormat dan tanpa ada maksud untuk menyalahkan petugas TJ, saya berharap agar pelayanan TJ akan menjadi semakin baik lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun