Mohon tunggu...
Sri JuwitaKusumawardhani
Sri JuwitaKusumawardhani Mohon Tunggu... Dosen - Dosen di Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Jakarta

Full-Time Lecturer, Part-Time Clinical Psychologist.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Psikoedukasi: Mewujudkan Relasi Romantis Sehat dan Bahagia Bagi Remaja Perempuan

27 November 2023   14:25 Diperbarui: 27 November 2023   14:33 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PSIKOEDUKASI: MEWUJUDKAN RELASI ROMANTIS SEHAT DAN BAHAGIA BAGI REMAJA PEREMPUAN DI DESA PASIRTANJUNG, KECAMATAN TANJUNGSARI, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

Kegiatan Pengabdian Masyarakat Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Jakarta

Oleh: Sri Juwita Kusumawardhani, Vinna Ramadhany Sy, Gita Irianda Rizkyani Medellu

Berdasarkan penelitian Hertika dkk (2017), perkawinan usia muda dengan kondisi ketidakmatangan emosional cenderung memicu berbagai konflik suami istri bahkan dapat berujung perpisahan. Terdapat informasi bahwa warga Desa Pasirtanjung cenderung memiliki sikap untuk menikah di usia yang sangat muda. Solusi yang ditawarkan adalah psikoedukasi dengan tujuan meningkatkan pemahaman remaja perempuan terkait batasan dan standar relasi romantis sehingga nantinya mereka mampu untuk mewujudkan relasi romantis yang sehat dan bahagia. Penting untuk mewujudkan hal tersebut, karena memiliki relasi romantis yang sehat dan bahagia berdampak positif terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan individu (Cannon & Murray, 2019). Metode penyampaian melalui psikoedukasi mengacu pada hasil program Healthy Relationship Series (Earl, 2019) yang memaparkan bahwa program psikoedukasi terkait relasi romantis yang sehat berdampak pada pemahaman partisipan yang mendalam terutama terkait membuat batasan, komunikasi, resolusi konflik, serta adanya pembahasan isu-isu tambahan seperti kesehatan mental dan kekerasan berbasis gender.

Murray, Rose, Cannon (2021) memaparkan bahwa relasi sehat dan bahagia didasari oleh relasi yang aman, artinya bebas dari berbagai bentuk kekerasan dan pengabaian. Kemudian, relasi sehat dibangun oleh respect, kepercayaan, komunikasi positif, kemampuan mengelola konflik, dan mampu bersenang-senang bersama. Di tingkatan paling atas, ada relasi bahagia yang mampu menyediakan sumber dukungan dan kasih sayang. Mengacu pada program yang dipaparkan oleh Alamillo, Ritchie, dan Wood (2021) terdapat 5 topik utama yang akan berusaha disampaikan dalam program psikoedukasi ini, yakni:
a)Sikap terhadap relasi romantis: Memiliki perspektif yang positif dan konstruktif terkait relasi romantis yang sehat dan bahagia
b)Keterampilan dalam relasi romantis: Mampu berkomunikasi secara terbuka dan berempati terhadap pasangan
c)Perilaku pengelolaan konflik: Mengetahui ciri perilaku yang sehat maupun yang berbahaya ketika melakukan penyelesaian masalah di dalam relasi romantis
d)Kualitas relasi romantis: Pemahaman mengenai batasan dan perbedaan relasi yang sehat, tidak sehat, dan relasi berkekerasan
e)Keterbukaan terhadap layanan terkait relasi: Kesediaan mencari pertolongan melalui konseling dan layanan professional lainnya.

Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan pada hari Minggu, 27 Agustus 2023 pukul 9.00 sampai dengan 11.00. Peserta yang hadir sebanyak 28 orang, seluruhnya merupakan remaja perempuan di tingkat SMA. Sebelum acara dibuka, para peserta diminta untuk mengerjakan pretest, agar tim mengetahui pengetahuan awal mereka terkait relasi sehat bahagia. Lalu, acara dibuka dengan pemberian sambutan oleh pihak perwakilan sekolah, beliau menunjukkan apresiasi positifnya terhadap kegiatan ini dan menghimbau para peserta untuk berpartisipasi secara aktif. Kemudian, kegiatan pertama adalah pemberian materi psikoedukasi yang berjudul "Mewujudkan Relasi Romantis Sehat dan Bahagia Bagi Remaja Perempuan" dibawakan oleh Vinna Ramadhany Sy, M.Psi., Psikolog. Materi ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai relasi sehat dan bahagia.

Pada materi ini, Mbak Vinna menjelaskan terlebih dahulu definisi relasi romantis dan aspek-aspek yang perlu ada di dalam relasi romantis seperti perlunya memiliki kasih sayang terhadap kedua belah pihak, memahami dan mengagumi satu sama lain, serta adanya perasaan berada di dalam 1 tim sehingga semangat untuk mengusahakan hubungan tersebut. Kemudian, barulah memasuki pembahasan terkait relasi romantis yang sehat, dimana di dalamnya perlu ada komunikasi yang efektif dan pengelolaan emosi yang baik. "Relasi romantis yang tidak sehat, tidak diawali langsung dengan kekerasan. Awalnya relasi dijalani dengan indah dan manis." papar Mbak Vinna.

Sumber gambar: Canva
Sumber gambar: Canva

Pembahasan berikutnya yang disampaikan oleh Mbak Vinna adalah mengenai tanda cinta yang tidak sehat, menjadi salah satu cirinya adalah intensitas hubungan hingga adanya isolasi dan kecemburuan berlebihan. Biasanya, relasi yang tidak sehat terasa sangat intens hingga mengekang salah satu individu di dalamnya. Tidak jarang mereka bahkan dihalang-halangi untuk bersosialisasi dengan teman atau keluarga, serta dilarang untuk aktif berkegiatan dan menyalurkan potensi pribadi karena salah satu pihak cemburu dan terlalu takut bahwa luasnya pertemanan atau keaktifan di dalam kegiatan akan dapat berpotensi mengakhiri hubungan romantis tersebut. Cara untuk menghindari hubungan yang tidak sehat adalah dengan memiliki pengetahuan mengenai perbedaan relasi yang sehat, tidak sehat, dan berkekerasan serta fokus untuk membangun hubungan dengan komunikasi positif dan saling menghargai.

Sebelum memasuki sesi tanya jawab, pemateri berikutnya adalah Sri Juwita Kusumawardhani, M.Psi., Psikolog yang memandu jalannya pengisian lembar kerja. Di sesi ini, para peserta memperoleh lembar kerja (gambar terlampir) untuk diisi secara mandiri dan dibahas secara berkelompok di forum. Bagian yang pertama adalah tanda relasi dalam bentuk lampu lalu lintas, jadi peserta diminta untuk mengategorikan pernyataan mana yang termasuk kategori lampu merah (STOP! Relasi ini berkekerasan dan berbahaya), lampu kuning (Hati-hati! Relasi ini mulai tidak sehat), dan lampu hijau (Aman -- Relasi ini sehat dan Bahagia). 

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Para peserta berpartisipasi aktif dan penuh semangat saat menyampaikan jawabannya di sesi ini.Setelah itu, pemateri yang biasa dipanggil Mbak Wita menjelaskan mengenai dampak menjalani relasi yang tidak sehat seperti merasakan emosi negatif secara terus menerus hingga muncul keinginan untuk menyakiti diri sendiri, serta terhambat untuk mencapai potensi diri yang optimal baik di bidang akademis maupun non akademis (yang tentunya sangat merugikan bagi masa depan para remaja), serta ada kemungkinan untuk sulit percaya dengan orang lain -- secara spesifik terhadap lawan jenis. Selain itu, Mbak Wita menyampaikan manfaat dari relasi sehat Bahagia yakni menjadi lebih percaya diri saat bergaul di lingkungan pertemanan, dapat fokus melakukan kegiatan positif dan produktif, serta memperoleh dukungan dan bantuan di kehidupan sehari-hari.

Sumber gambar: Canva
Sumber gambar: Canva

Dari pemaparan kedua narasumber, kemudian peserta diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Diskusi terjadi secara aktif dan hangat, karena munculnya pertanyaan-pertanyaan menarik serta jawaban yang praktis konkret dan sesuai dengan usia remaja sehingga menimbulkan gelak tawa juga di antara peserta. Setelah waktu sesi tanya jawab selesai, maka kegiatan berikutnya adalah permainan kelompok yang modelnya menyerupai kuis Famili 100. Para peserta terbagi di dalam 4 kelompok, lalu diberikan pertanyaan oleh MC dan kelompok memperoleh kesempatan menjawab secara acak. Hal ini dilakukan sebagai penutup kegiatan agar para peserta pulang dengan keadaan semangat dan ceria.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun