Mohon tunggu...
Sri JuwitaKusumawardhani
Sri JuwitaKusumawardhani Mohon Tunggu... Dosen - Dosen di Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Jakarta

Full-Time Lecturer, Part-Time Clinical Psychologist.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Parenting Konteks Multikultural: "Aku Suka Sayur"

1 November 2022   06:27 Diperbarui: 1 November 2022   07:17 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengabdian Masyarakat Kolaboratif Internasional 

Oleh: Sri Juwita Kusumawardhani, Yufiarti, Gusprianti Devi Artanti, Cucu Cahyana

Australia merupakan negara yang menerima pelajar Indonesia dalam jumlah yang besar baik di level sarjana, master, ataupun doktoral. Untuk pelajar di tingkat master ataupun doktoral, tidak sedikit yang sudah menikah dan berkeluarga sehingga membawa keluarganya untuk tinggal di Australia selama proses melanjutkan Pendidikan. Para Ibu yang melanjutkan Pendidikan ataupun para istri yang mendampingi suami di Australia memiliki tantangan seperti menyiapkan makanan halal untuk keluarga serta membantu adaptasi anak di lingkungan yang multikultural namun tetap mempertahankan nilai agama dan budaya Indonesia. Dengan adanya tantangan mencari sumber protein yang halal serta terjangkau harganya tentu para ibu perlu lebih banyak mengolah makanan yang terjamin kehalalannya seperti sayur mayur. Di sisi lain, anak-anak seringkali sulit bahkan enggan untuk makan sayuran dan lebih tertarik dengan makanan yang memiliki cita rasa kuat seperti gurih, asin, ataupun manis. Oleh karena itu, penting bagi para Ibu untuk mempelajari cara memperkenalkan makan sayur yang tepat sehingga anak-anak memakan makanan yang terjamin kehalalannya di Australia dan tumbuh kembangnya optimal. 

Berdasarkan isu tersebut, maka terjalin kolaborasi antara pakar di bidang Psikologi, Pendidikan, dan Tata Boga untuk memberikan pengabdian masyarakat internasional sebagai pemberdayaan para perempuan yang tinggal di Australia.

Kegiatan pengabdian masyarakat kolaboratif secara internasional ini diadakan pada hari Sabtu, tanggal 15 Oktober 2022, pk. 11.00 AM-12.30 PM AEST (Waktu Australia) atau 07.00-8.30 WIB (Waktu Indonesia bagian Barat) secara daring dan dihadiri sebanyak 30 partisipan. Kegiatan dibuka dengan pemberian sambutan Dekan Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Jakarta yaitu Prof. Dr. Yufiarti, M.Si, kemudian materi pertama dibawakan oleh Lara Fridani S.Psi., M.Psych, Ph.D dengan tema "Parenting Multicultural: Membiasakan anak makan sayur", kegiatan berikutnya diisi oleh Kak Ojan seorang professional storyteller yang menggunakan hand puppet dalam meningkatkan ketertarikan anak dalam makan sayur, serta ditutup oleh materi dari Dr. Gusprianti Devi Artanti, S.Pd., M.Si dan Dr. Cucu Cahyana, S.Pd., M.Sc dengan tema "Menyiapkan Bekal dan Camilan untuk Anak."

Di materi pertama yakni "Parenting Multicultural: Membiasakan anak makan sayur", Ibu Lara Fridani S.Psi., M.Psych, Ph.D memulai dengan mengajak para ibu partisipan untuk mencari tahu alasan anak-anak di rumah tidak suka makan sayur. Mungkin ada anak-anak yang kurang diperkenalkan dengan sayuran sehingga tidak memahami manfaat dari berbagai sayuran sehingga membuat mereka kurang termotivasi juga untuk memakannya. Adapun para ibu perlu mengevaluasi terkait penyajian makanan apakah sudah cukup menarik untuk anak-anak yang memang perlu bentuk visualisasi menggiurkan dari makanannya. Di sisi lain, cara untuk mempersuasi anak makan sayuran pun perlu diperhatikan, karena jika terlalu memaksa maka anak semakin enggan untuk memakannya.

Narasumber selaku Co-Founder Center For Empowerment and Research in Australia ini mengingatkan untuk mulai memperkenalkan sayuran kepada anak sedari dini dan diawali dengan rasa syukur pada Allah SWT telah menciptakan sayur mayur yang beragam jenis dan manfaatnya untuk kehidupan kita sehari-hari. Untuk anak-anak yang lebih kecil usianya, kita dapat memperkenalkan anak melalui permainan tebak sayur baik secara asli ketika belanja sayuran ataupun melalui bentuk bacaan dan mainan. Di Australia sendiri, para ibu dapat mulai menanam di pot kecil karena lahan yang terbatas harus tinggal di apartemen. Hal ini dapat menjadi bagian dari melibatkan anak untuk menanam sayuran, memetik hasilnya, hingga menyuci dan memanfaatkan sayuran menjadi makanan. Pengalaman langsung dalam mengolah sayuran dari awal akan meningkatkan motivasi anak untuk mengenal dan mengonsumsi sayuran.

Di akhir materi pertama, pemateri yang juga merupakan Dosen di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta membagikan beberapa tips konkrit yang dapat dipraktikan para Ibu dalam membiasakan dan membujuk anak untuk makan sayur. Yang pertama, orangtua perlu menjadi model yang baik karena anak adalah peniru yang baik. Jika orangtua terbiasa makan sayur di depan anak maka anak pun akan terbiasa melihat sehingga semakin tinggi motivasi untuk mencobanya. Kemudian, para ibu yang menyiapkan makanan di rumah perlu menyediakan sayur yang beragam, mengelola sayur dengan menarik, serta menyajikan dalam ukuran anak agar anak jadi lebih tertarik untuk makan sayuran. Selain itu, orangtua dapat berdiskusi dengan bahasa sederhana tentang manfaat sayur dan menyimak pendapat anak tentang rasa sayur agar anak menjadi lebih paham dampak positif dari mengonsumsi sayuran serta merasa didengarkan dan dipahami alih-alih merasa dipaksa dalam memakan sayur.

Di kegiatan kedua, Kak Ojan seorang professional storyteller membagikan cerita menarik melalui hand puppet dalam bentuk binatang seperti jerapah, sapi, gajah, dan monyet. Baik cerita maupun cara penyampaian ceritanya dapat menginspirasi para ibu di rumah untuk memasukkan nilai-nilai positif seperti makan sayuran dengan cara yang menarik, interaktif, dan sesuai dengan dunia anak. Kak Ojan menggunakan suara-suara yang sesuai dengan karakteristik hewannya sehingga terdengar menarik dan lucu bagi anak-anak partisipan yang menyimak di rumah. Ceritanya mengenai seorang anak jerapah yang tidak suka makan sayur, namun ia menjadi malu setelah bertemu dengan ibu sapi yang sehat, bapak gajah yang kuat, serta monyet yang pintar. Ketika hujan datang, anak jerapah mulai bersin, menggigil, gemetaran, dan demam. Bapak jerapah mengingatkan bahwa bukan karena hujannya yang buruk, karena hujan adalah rahmat tetapi karena makanannya anak jerapah kurang sehat sehari-hari maka ia menjadi lebih mudah sakit. Akhirnya, anak jerapah pun menjadi sadar dan mau berubah untuk belajar makan sayur supaya lebih sehat, kuat, dan pintar.

Masuk ke pemaparan materi terakhir, kali ini materi disiapkan oleh Prof. Dr. Yufiarti, M.Si (Dekan dan dosen di Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Jakarta), serta dua orang dosen dari Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta yakni Dr. Gusprianti Devi Artanti, S.Pd., M.Si dan Dr. Cucu Cahyana, S.Pd., M.Sc dengan judul "Menyiapkan bekal dan camilan untuk anak." Materi dibuka oleh Dr. Gusprianti Devi Artanti, S.Pd., M.Si dengan menyampaikan bahwa 97% anak di bawah 5 tahun tidak suka makan sayur. Biasanya ketika ibu tidak suka makan sayur maka ibu tidak menyiapkan atau menyajikan sayur di rumah sehingga terjadilah siklus dari satu generasi ke generasi selanjutnya yang tidak menyukai sayuran. Padahal menu makanan anak yang bergizi seimbang, harus ada kombinasi yang tepat antara zat gizi makro, seperti protein, karbohidrat, dan lemak, serta zat gizi mikro, seperti berbagai vitamin dan mineral. Buah dan sayuran adalah sumber beragam nutrisi baik bagi anak, seperti serat, vitamin, dan mineral. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dengan rutin mengonsumsi buah dan sayur bisa membuat anak jadi tidak gampang sakit dan membantu tumbuh kembangnya menjadi lebih optimal.

Cara pemberian sayuran kepada anak pun tidak boleh dengan cara memaksa agar anak tidak menjadi trauma atau mengasosiasikan sayuran dengan emosi negatif atau pengalaman tidak menyenangkan. Para Ibu harus memahami bahwa sayuran memang secara mayoritas rasanya lebih hambar, sedangkan anak-anak menyukai cita rasa yang lebih kuat seperti rasa manis dan asin. Oleh karena itu, penting untuk menyajikan sayuran dalam bentuk yang menarik dan bervariasi sehingga nafsu makan anak menjadi lebih meningkat. Dr. Cucu Cahyana, S.Pd., M.Sc melakukan demonstrasi memasak bekal dan camilan anak dalam 5 resep yang menarik dan mudah dibuat di rumah oleh para ibu. Adapun resep yang dibagikan adalah membuat mini burger, caterpillar doughnut, tuna sandwich, cheese & beef roll sandwich, octopus butter rice, dan nasi kuning bunga sosis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun