Di bagian Engineering atau Rekayasa, siswa diminta untuk membuat sesuatu dan hal ini sebenarnya sudah melekat pada siswa usia dini. Narasumber menyatakan bahwa guru tidak boleh memiliki persepsi bahwa siswa usia dini tidak bisa untuk berkreasi menciptakan sesuatu. Sebagai contoh saat siswa diminta untuk merakit sedotan atau membuat rumah, mereka boleh memilih menggunakan stik es krim, ranting, dan lain-lain sesuai dengan imajinasi yang dimiliki siswa. Selama mereka diberikan motivasi dan kata-kata pemantik serta diberikan kepercayaan oleh orang dewasa maka siswa usia dini dapat menunjukkan kreativitas dan melatih keterampilan motoriknya dengan baik. Selanjutnya, di bagian Arts atau Seni, ada beberapa jenis seni yang dapat dieksplorasi lebih lanjut seperti seni rupa (melalui gambar, kerajinan tangan), seni tari (melalui gerakan tari), seni musik (menggunakan alat musik dari lingkungan sekitar), dan seni drama (kegiatan bermain peran). Contohnya: pada kegiatan "Aku dan Diriku", siswa dapat diminta untuk melukis batu dan mempresentasikan atau melakukan story telling dengan hasil karyanya tersebut. Bagian yang terakhir, yakni Matematika bukan hanya untuk mengenal angka melainkan pemahaman pola, perbandingan, serta pengelompokkan. Contohnya: ketika siswa diminta mengelompokkan batu sesuai ukurannya atau sesuai dengan teksturnya (halus dan kasar).
Disampaikan oleh narasumber bahwa Guru PAUD seringkali memiliki dilema terkait pembelajaran STEAM yang berbasis proyek dengan permintaan orangtua mengenai pengajaran keterampilan calistung kepada siswa. Terkait hal ini, diharapkanguru PAUD mampu memberikan pemahaman kepada orangtua bahwa model STEAM juga mencakup pemahaman bahasa dan angka sehingga tidak perlu terlalu fokus pada calistung saja. Dengan melakukan pembelajaran yang terintegrasi melalui STEAM ini, siswa bahkan didorong untuk memiliki pengalaman langsung dan berkreasi yang pada akhirnya mereka akan merasa senang ketika berhasil menciptakan dengan kerja keras mereka sendiri. Hal ini dapat memberikan pesan moral bahwa siswa mampu berkembang, dapat memberikan dampak pada lingkungan, serta dapat menyelesaikan tantangan yang diberikan dari lingkungan. Oleh karena itu penting bagi para guru di tingkat PAUD untuk dapat terlatih dalam mengimplementasikan STEAM sehingga lebih banyak manfaat positif dalam aspek keterampilan dan penanaman karakter positif bagi siswa.
Referensi:
DeJarnette, Nancy. (2012). America's Children: Providing early exposure to STEM (Science, Technology, Engineering, & Math) Initiatives. Education. 133. 77-84.
Jamil, Faiza & Linder, Sandra & Stegelin, Dolores. (2018). Early Childhood Teacher Beliefs About STEAM Education After a Professional Development Conference. Early Childhood Education Journal. 46. 10.1007/s10643-017-0875-5.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H