"Amah?" pertanyaanku meluncur tanpa aba-aba.
"Ha?" jawabnya sambil kernyitkan dahi pertanda terkejut.
"Apa ibu ini.. Ibu Saidah dari Indramayu? Ini.. ini Gunawan, anak ibu." kulanjutkan dengan terbata-bata.
"Hah? Igun? Astagfirullah, ibu malu!" matanya terbelalak.
"Iya, ini Igun, Amah.. Amah.. Ya Allah, Amah." bergetar suaraku sambil kuraih tangannya. Namun ia tepis, dan berlari melesat menjauhiku. Tanpa pikir panjang aku bergegas mengejar Amah dan meninggalkan Pak Joni bersama kopi dan wajah bengongnya.
"Amah, tunggu!" kukejar ibuku dalam keramaian. Gesit sekali larinya melewati gang-gang kecil. Padahal sudah sejauh ini tapi kenapa ibu tidak mau menemuiku? Apa salahku? Air mataku mengalir, dadaku sesak.
"Amah. Tunggu!"
"Amah. Aku hanya ingin memelukmu, Amah!"
Tidak sampai 1 menit, aku kehilangan jejaknya. Ke mana larinya ya? Aku tengok ke kanan ke kiri. Di mana Amah?
CEKIIIITTT KIIITTTT. GUBRAKKKK!
Suara rem dan dentuman yang sangat keras terdengar.