Mohon tunggu...
Sari Puspita Dewi
Sari Puspita Dewi Mohon Tunggu... Dosen - a lifelong learner

Dosen Bahasa Inggris PNJ | Penerjemah | Editor | Awardee of LPDP 2019 | YT channel: Miss Sariy

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Di Mana Amah? (2)

10 Mei 2020   21:43 Diperbarui: 10 Mei 2020   21:46 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Berbekal bahasa Inggris pas-pasan ditambah kamus bahasa Kanton, kuberanikan diri ke negeri yang dikenal sebagai negara dalam negara itu. Dan agar merasa aman dan nyaman dalam perjalanan, aku ikut rombongan backpacker dari Indonesia. Aku pun sudah melapor kepada kepala rombongan, Pak Joni, bahwa tujuanku sebenarnya ke sana bukan untuk jalan-jalan melainkan untuk mencari ibuku yang berpisah sejak aku kelas 2 SD.

Hari pertama pencarian, nihil.
Hari kedua, juga.
Hari ketiga, aku mulai pesimis.

"Gimana, Pak Gun? Besok sore jadwal kita pulang. Masih mau cari atau ikut pulang?" tanya Pak Joni sambil menepuk bahuku.

"Saya bingung, Pak. Di kedutaan dan kepolisian belum juga ada hasil. Mencari sendiri pun sejauh ini nihil." jawabku lemas.

"Mau coba cari lagi malam ini? Kan malam ini jadwal bebas, saya sih free kalau sampeyan mau ditemani." timpalnya.

"Bener nih Pak Joni mau temani? Alhamdulillah makasih ya Pak." ucapku kegirangan.

---

Arlojiku, hadiah dari kantor untuk penghargaan karyawan terbaik itu, menunjukkan pukul 10 malam waktu setempat. Aku dan Pak Joni terus berjalan menyisiri jalan mencari Amah. Di beberapa sudut terlihat proyek gedung-gedung tinggi, truk-truk pembawa beton sibuk lalu lalang, juga hingar-bingar klub malam dipayungi cahaya lampu warna warni.

Udara dingin memaksa kami beristirahat di kedai kopi, sebuah kedai kecil di ujung jalan yang tidak ramai tapi juga tidak sepi. Aroma kopinya menyeruak membujuk kami singgah. Sambil menikmati kopi dan Bo Lo Bao hangat, kami memikirkan strategi pencarian selanjutnya. Pak Joni menyalakan korek dan mulai mengebulkan asap ke langit, pandangannya terhenti pada seorang wanita setengah abad berwajah menor yang berpakaian tak sesuai umurnya. Parfumnya menyengat menghampiri kami sebelum raganya. Dan dalam sekian detik, wanita itu berdiri di samping Pak Joni.

"Hai, dari Indonesia ya Oom-oom ini? Ke sini pasti cari hiburan. Mau? Saya banyak 'stock'." ujar wanita itu sambil kedip manja.

Aku sadar betul apa yang ia maksud; pasti ia kira kami pria hidung belang pencari kupu-kupu malam. Perlahan kuperhatikan wajahnya, dua tahi lalat di atas alis kanan. Satu di bawah mata kiri samar-samar tertutup bedak. Hidungnya sedikit mancung ke dalam dengan bibir tipis mungil. Rambut ikal dengan tinggi badan sekitar 1,5 meter. Ya Allah, persis Amah. Apa iya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun