Mohon tunggu...
Sari Puspita Dewi
Sari Puspita Dewi Mohon Tunggu... Dosen - a lifelong learner

Dosen Bahasa Inggris PNJ | Penerjemah | Editor | Awardee of LPDP 2019 | YT channel: Miss Sariy

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puasa di Dalam Pusara

29 April 2020   11:37 Diperbarui: 30 April 2020   18:54 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku rindu gema saur ibunda, juga takjil sederhananya.
Berjemaah menyeru Tuhan Yang Esa, menentramkan mendamaikan jiwa.
Aku rindu warna warni takbir di angkasa, disenyumi bintang terang merona.
Gegap gempita umat sambut gembira, akan hadirnya kemenangan fitrah.

Ratusan senja telah kulalui, tanpa jejak yang berarti.
Mengapa sang waktu begitu cepat? Sempatkah aku bertaubat?
Temanku kini Munkar dan Nakir, air mataku membanjir.
Tangisi jalan yang tak tentu arah, menunggu ampunan Sang Pemurah.

Ku terpekur sepi,
ingin bertemu Ramadan,
sekali lagi...

Oleh: Sari Puspita Dewi
ditulis Rabu malam, 3 Agustus 2011 untuk disertakan dalam lomba puisi di Kompas.
Walau tidak menang, hati ini tetap tenang. Sebab sejatinya puisi dibuat untuk menenteramkan jiwa.
Diunggah untuk memperingati Hari Puisi Nasional (28 April 2020)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun