Mohon tunggu...
Ladynoel
Ladynoel Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ternyata Obat Darah Tinggi Juga Ada Efek Sampingnya

23 Maret 2017   16:43 Diperbarui: 24 Maret 2017   18:00 8269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : deherba.com

Sebagian penderita tekanan darah tinggi, bisa jadi Anda diharuskan untuk mengkonsumsi obat darah tinggi secara reguler. Memang tidak setiap pasien yang memiliki kecenderungan dengan tekanan darah tinggi berkewajiban untuk mengkonsumsi obat tekanan darah tinggi dengan reguler. Selama keluhan hipertensi tidak terjadi secara terus menerus sebenarnya yang diperlukan hanya perubahan pola makan dan gaya hidup.

Sementara keharusan untuk mengkonsumsi obat darah tinggi terutama diterapkan pada mereka yang sudah menginjak usia di atas 50 tahun dan secara berkala diketahui terus menerus menunjukan tingkat tekanan darah yang relatif tinggi di kisaran 150/100 mmHg. Mengkonsumsi obat darah tinggi dengan reguler akan membuat pasien mengkonsumsi obat-obatan ini secara harian setidaknya 1 – 3 kali setiap harinya, mungkin seumur hidup.

Dan seiring dengan perkembangan kemudian sejumlah catatan penting mulai diberikan, seiring dengan ditemukannya sejumlah keluhan efek samping terkait dengn konsumsi obat darah tinggi dalam jangka panjang.

Penting sekali bagi Anda yang sudah mendapatkan catatan mutlak untuk mengkonsumsi obt darah tinggi secara rutin harian, untuk memahami apa saja efek samping yang mungkin Anda akan alami dengan jenis obat darah tinggi yang diresepkan untuk Anda. Ini tentu saja akan membantu Anda lebih waspada untuk memahami gejala-gejala pada tubuh Anda yang mengacu pada resiko dari obat hipertensi..

Pada dasarnya, obat darah tinggi yang tersedia di pasaran bekerja dalam sejumlah metode yang berbeda. Masing-masing disesuaikan dengan kondisi tekanan darah maupun pemicu tekanan darah muncul. Dan dari masing-masing metode tersebut ditemukan sejumlah efek samping yang berbeda-beda pula.

Dan sebagaimana dijelaskan di sini, adapun macam obat darah tinggi yang lazim diresepkan untuk pasien hipertensi tersebut antara lain :

Angiotensin-converting Enzyme(ACE)Inhibitor

Jenis obat satu ini termasuk yang paling sering diresepkan untuk pasien hipertensi di Indonesia. Kinerja utama dari jenis obat ini terletak pada kemampuannya menghambat produksi enzim angiostensin. Enzim inilah yang bertanggung jawab mengirim sinyal untuk meningkatkan tekanan pada sirkulasi dan pembuluh darah.

Jenis obatAngiotensin-converting Enzyme(ACE)Inhibitor ini di Indonesia biasanya dijual dalam nam Capoten, Captopril dan Lisinopril. Kebanyakan pasien mendapatkan terapi ini karena pertimbangan obat jenis ini cenderung lebih aman untuk ginjal, karena banyak pasien hipertensi juga mengeluhkan masalah ginjal. Hanya saja obat jenis ini bisa berefek samping seperti efek batuk kering, kembung, keluhan pada kepala dan kadang disertai dengan isu pada kesehatan lambung dan efek migrain.

Angiotensin II receptor blockers (ARBs)

Jenis obat ini bekerja dengan pengaruh yang hampir serupa dengan jenis ACE Inhibitor. Bila pada jenis ACE Inhibitor kinerjanya menurunkan produksi enzim angiostensin, maka pada jenis terapi ARBs kinerjanya lebih berpengaruh untuk mengurangi kemampuan kerja dari enzim angiostensin.

Yang termasuk jenis obat ARBs antara lain Candesartan atau Losartan. Jenis obat ini termasuk aman untuk ginjal dan tidak menyebabkan keluhan batuk kering sebagaimana pad ACE inhibitor. Tetapi, obat ARBs akan memicu terjadinya keluhan lemas, pusing dan isu keseimbangan tubuh. Kadang pasien menjadi rentan mengalami serangan vertigo ketika Anda mendadak mengalami kenaikan tekanan darah.  Kadang pasien juga beresiko mengalami efek kantuk dan limbung.

Beta Blocker

Jenis obat hipertensi ini biasanya diberikan sebagai pendamping dalam terapi tekanan darah tinggi. Beta blocker secara umum bekerja menurunkan tekanan pada jantung dan membantu detak jantung bekerja lebih pelan. Dengan cara ini memang tekanan pada sirkulasi darah akan turun dan membantu mengatasi hipertensi.

Namun di sisi lain, obat yang dipasaran lazim dikenal dengan nama acebutolol, betaxolol atau atenolol ini justru menyebabkan terjadinya perlambatan pada fungsi tubuh. Sirkulasi yang melambat menyebabkan tubuh lebih lemas, mudah mengantuk, pusing, migrain dan keluhan kesulitan konsentrasi. Pasien juga mengalami gangguan ringan seperti tangan dan kaki yang dingin. Selain itu, ketika Anda mendadak berhenti dari Beta Blocker setelah konsumsi jangka panjang bisa saja akan menyebabkan serangan angina alias angin duduk.

Alpha Blocker

Jenis obat hipertensi ini bekerja mempengaruhi sejumlah enzim dan hormon dalam tubuh yang mengelola kondisi cairan dalam tubuh. Di satu sisi, terapi yang biasanya fokus untuk menghambat produksi dan kinerja dari hormon adrenalin ini akan membantu melebarkan pembuluh darah yang akan efektif mengatasi tekanan darah tinggi.

Namun di sisi lain, terapi yang biasa dipasaran ditemukan dengan namaDexazosin, Prazosin, dan Terazosinini akan memicu terjadinya keluhan pusing, kurang konsentrasi dan keluhan tubuh yang lemas. Pada sejumlah kasus ditemukan bahwa penurunan kadar adrenalin juga menyebabkan efek edema pada kaki.

Thiazide Diuretik

Jenis obat hipertensi satu ini fokus untuk membantu meningkatkan aliran cairan menuju ginjal yang akan membantu menurunkan kadar tekanan dalam darah. Tujuannya adalah menurunkan kadar sodium yang menyebabkan darah semakin kental sekaligus menurunkan volume darah yang menurunkan tekanan pada pembuluh darah.

Biasanya obat-obatan dalam jenis diuretik ini memang berfungsi sebagai terapi pendamping. Dipasaran dikenal dengan nama hydrochlorothiazide (Microzide), chlorthalidone dan lain-lain. Obat jenis ini akan menyebabkan orang menjadi lebih sering kencing. Dan karenanya sebaiknya Anda lebih banyak minum untuk menutup kebutuhan cairan dalam tubuh. Anda bisa beresiko mengalami kondisi dehidrasi ringan.

Calsium Channel Blocker

 Jenis obat untuk tekanan darah tinggi lain yang biasa diberikan sebagai terapi rutin adalah jenis Calsium Channel Blocker.Keberadaan obat ini akan membantu mengurangi pelarutan kalsium pada kanal-kanal kecil pada saluran pembuluh darah dan jantung. Masalahnya, bila kadar kalsium terlarut ini berada dalam level berlebihan, sifatnya akan mengganggu keseimbangan alkali tubuh dan memicu terjadinya kenaikan volume darah.

Terapi ini akan bekerja menutup kanal-kanal mikro dalam tubuh. Mencegah terjadinya ketidak seimbangan alkali dan menjaga kadar cairan yang terlarut dalam darah. Di sisi lain terapi dengan obat ini baik untuk membantu kesehatan tulang. Hanya saja sebaiknya hindari terapi Calsium Channel Blocker dengan terapi kalium yang akan memicu terjadinya kerusakan pada ginjal.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun