Kondisi ketosis inilah yang menjadi tujuan dari diet ketogenik. Diet ini dikhususkan dengan mengurangi asupan gula hingga level sangat minimal. Semua jenis sumber gula, mulai dari gula itu sendiri, segala jenis sumber karbohidrat hingga jenis buah-buahan manis.
Diet ketogenik akan menuntut pelakunya mengkonsumsi sayuran dalam jumlah besar, protein dalam skala rendah dan lemak sehat dalam kadar relatif tinggi. Kadang bisa pula dipadukan dengan buah selama buah yang dipilih tidak terlalu manis.
Dengan memaksimalkan pembakaran lemak, maka otomatis secara bertahap tumpukan cadangan lemak pada tubuh akan menipis dan akhirnya menyebabkan tubuh kembali pada ukuran normalnya. Di sisi lain kondisi ketosis pada penderita diabetes dianggap baik selama masih dalam ambang batas aman alias kadarnya tidak terlalu tinggi. Keton berlebihan juga bisa menjadi racun untuk tubuh. Jadi  biasanya mereka pelaku diet ketogenik akan memiliki semacam alat pengukur kadar keton dalam tubuh.Â
Lalu bagaimana kaitannya dengan sel kanker?
Kunci utama dari adanya analisa bahwa diet ketogenik akan bekerja terhadap sel kanker adalah adanya fakta kalau glukosa atau gula dan protein adalah makanan untuk sel kanker. Sel kanker paling membutuhkan glukosa untuk menjadi bahan bakarnya melakukan agresivitas dan penyebarannya.
Kalau gula saja menjadi makanan utama dari sel kanker, artinya kalau kita menjalankan diet yang bertujuan menurunkan kadar glukosa dalam darah otomatis akan menyebabkan sel-sel kanker akan mengalami pelemahan. Tentu saja dengan ide ini, diet ketogenik masuk dalam daftar, karena pada diet ini, tujuan utamanya memang menekan kadar glukosa darah. Â
Dan dari asumsi ini kemudian sejumlah riset dikembangkan. Sebagian besar mengakui adanya pengaruh cukup relevan dari perilaku diet ketogenik dengan pelemahan sel kanker. Sejumlah riset mengakui terapi sederhana dengan diet ketogenik akan memberi efek mengobati kanker usus, kanker paru-paru, kanker hati juga kanker rahim.
Tidak hanya sampai di situ, dalam riset yang dirlis oleh www.medscape.com, juga dijelaskan bahwa diet ketogenik bekerja pada sistem metabolisme dan imunitas tubuh. Kedua aspek ini menjadi kunci penting keseimbangan tubuh.  Sejumlah pakar yang banyak mengungkap mengenai masalah diet ketogenik antara lain seperti  Otto Warburg dan Dr Thomas Seyfried, pakar biologi dan dokter spesialis kanker.
Bahkan mereka juga mengklaim bahwa pengaruh diet ketogenik terhadap pasien kanker yang sudah bermetastasis juga lumayan relevan. Diet ketogenik memberi manfaat membantu sel-sel kanker mengalami pelemahan sehingga lebih mudah diatasi dengan terapi-terapi konvensional atau kombinasi terapi lain.
Namun demikian, tampak  menjadi terlalu terburu-buru juga kalau lantas menjadikan terapi diet ketogenik sebagai terapi tunggal untuk mengobati kanker. Masih banyak pandangan yang melihat diet ketogenik hanya bisa menjadi terapi pendamping untuk membantu melemahkan sel kanker sehingga lebih mudah diobati.
Diet ketogenik memang berperan dalam proses untuk mengobati kanker usus, kanker paru-paru, kanker hati, kanker rahim dan banyak lagi, tetapi peran terbesarnya berkisar pada meningkatkan manfaat terapi konvensional seperti terapi radio atau terapi kimia. Diet ini bekerja pada pelemahan sel kanker dan secara umum cenderung tidak cukup agresif untuk membunuh sel kanker. kombinasi yang lebih kompleks untuk bisa mendapatkan manfaat optimal untuk mengatasi kanker dengan tuntas.