Mohon tunggu...
Rizki Lestari
Rizki Lestari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

A part time writer - full time dreamer.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gadis Bercat Kuku Merah

28 Agustus 2014   08:01 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:18 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ia tidak tahu itu semua adalah pekerjaan pelacur, karena yang ia tahu pelacur melayani tamunya di tempat tidur. Ia tidak tahu bahwa hal itu hanya boleh dilakukan oleh perempuan nakal dan murahan. Yang ia tahu perempuan nakal dan murahan memakai rok mini dan menggoda laki-laki di pinggir jalan. Bukan memakai celana training panjang dan malu-malu seperti dirinya.

Tapi suara itu kian menggema. Tak ada yang bisa menghentikannya memaki gadis bercat kuku merah. Tak ada satu pun yang berani membuatnya berhenti. Namun ternyata Tuhan memang ada. Entah di jam keberapa suara itu akhirnya lelah. Meninggalkan gadis bercat kuku merah yang tak lagi berair mata.

Ia hanya masih duduk di sana. Di samping tempat tidurnya sambil memejamkan mata. Berharap ini semua adalah mimpi buruk. Berharap pagi segera tiba. Namun, ia merasakan kecupan di puncak kepalanya. Seketika ia membuka mata dan mendapati seorang wanita di sampingnya.

''Jangan takut. Aku tahu kau tak seperti apa yang suara itu katakan kepadamu, anak manis. Aku yang akan membelamu. Aku yang akan menggantikan posisimu ketika suara itu, atau suara sejenis itu mengganggumu lagi. Percayalah padaku! Untukku tak masalah dikatakan pelacur, nakal, murahan atau tak tahu diri. Aku memang seperti itu, kok. Hahahahaha"

Gadis itu bergidik ngeri. Ia menggelengkan kepalanya kuat-kuat. "Aku hanya ingin membantu, gadis bodoh. Lagi pula bantuan itu tak merugikanku. Aku malah senang menggantikan posisimu yang seperti ini. Panggilan-panggilan itu membuatku bergairah."

Untuk pertama kalinya sejak kekasihnya pulang gadis itu tersenyum lebar. ''Boleh. Suka-sukamu sajalah.'' Perempuan itu mengibaskan rambutnya seraya tersenyum menggoda. Senyum penuh kemenangan dengan lipstik merah dibibirnya. Ya, mulai saat ini ia akan menjadi seorang pelindung bagi gadis bercat kuku merah.

''Aku akan datang kapanpun aku merasa kamu butuh pertolongan, gadis bodoh. Jangan sedih lagi..Aku pergi dulu, yaa!''

Perempuan berlipstik merah itu mengedipkan sebelah matanya. Meninggalkan gadis itu yang kini hanya diam seribu bahasa. Entah mengapa sakit di hatinya sudah tak senyeri tadi. Namun kini kepalanya sakit luar biasa...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun