Pasca Ramadhan, menjadi terbersit secercah pemikiran: Pernahkah kita berpikir tentang siapa kita, kenapa kita datang di dunia, kenapa kita hidup?
Jika Al-Qur'an dibaca setiap hari dan di akhirat nanti berubah menjadi penolong kita, maka jika
pikirkan jika, setiap hari kita menjalani hidup sesuai Al-Qur'an.. bukankah akan lebih berkah lagi.
Bangun tidur, bersyukur. 5x sehari kita solat untuk melindungi kita & mencegah kita dari kemungkaran dan untuk bersyukur. Kita diminta utk mempercayai rukun iman, dan menjalankan rukun Islam. Lebih jauh tentang itu, pendalaman masing-masing ada tata cara dan hukumnya.
Ada pula kewajiban (yang seharusnya dilaksanakan) dan hak (manfaat setelah melaksanakan) yang diterima setelah kita menjalankannya. Bukankah hidup itu lebih seputar aksi (pelaksanaan) dan reaksi (feedback apa yang diterima setelah melaksanakan). Hukum aksi dan reaksi.
Apabila kita memahami ini, berlaku di dunia dan akhirat, akan lebih mudah memaknai bagaimana kita menjalani kehidupan sehari-hari kita. Yang mungkin kita katakan begitu begitu saja. Kurang spektakuler seperti di film-film.
Kehidupan ya seperti itu. Jika kita berbuat baik, maka manfaatnya akan baik pula. Jika kita berbuat yang tidak baik, maka akan kembali menjadi tidak baik. Kembali pada siapa? Ya, diri kita sendiri.
Kalau kita melakukan pekerjaan kita tidak hanya lillahita'ala, tetapi juga mengamalkan apa yang ada dalam Al-Qur'an, tentu akan berdampak lebih baik. Misalnya kita bertani, dan memberi zakat sesuai takaran yang disebutkan dalam Al-Qur'an, maka tentu akan dibalas oleh Allah SWT, seperti hukum aksi-reaksi.Â
Jika kita melakukan jual beli dengan takaran yang curang, maka akan dibalas pula dengan kecurangan dalam hal lain pada diri kita. Takaran oleh kehidupan yang kita lakukan untuk Tuhan, baik buruknya akan kembali pada kita ataupun pada orang terdekat kita sesuai pertimbangan 'rahasia' Tuhan.
Orang yang korupsi sedikit atau banyak, ia mendapat uang haram dari hasil korupsinya. Maka akan kembali bentuk kepadanya entah dijadikan oleh Allah anak-anaknya (yang memakan uang haram tsb) mengalami banyak kesulitan, seperti jatuh ke dalam narkoba, pergaulan bebas, dsb nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H