Mohon tunggu...
Ladonna Kenross Andharaputri K
Ladonna Kenross Andharaputri K Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka dengan kegiatan olahraga dan musik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Perubahan Cuaca Ekstrem yang Melanda Indonesia Akhir-akhir Ini

3 Juni 2023   20:04 Diperbarui: 3 Juni 2023   20:11 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi by : Econo Channel

Keberadaan Indonesia sebagai negara kepulauan tropis memiliki fenomena geografis, klimatologis, geologis dan demografis yang unik dan beragam. Di sisi lain, keadaan ini menjadikan Indonesia sebagai wilayah yang sangat rentan terhadap berbagai aktivitas alam dan sosial. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) perubahan cuaca ekstrem didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang karena kondisi cuaca ekstrem mengancam dan menggangu kehidupan masyarakat serta menimbulkan korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda serta dampak psikologis.

Musim kemarau yang berkepanjangan dan hujan lebat yang terjadi secara terus-menerus merupakan wujud nyata dari perubahan cuaca ekstrem yang ada di dunia ini. Cuaca ekstrem terjadi karena dampak dari adanya pemanasan global atau biasa disebut global warming. Global warming adalah kondisi di mana suhu bumi meningkat lebih panas dari suhu normal. Suhu rata-rata bumi meningkat sekitar 0,4 derajat Celcius selama 100 tahun terakhir. Bahkan diperkirakan dalam 100 tahun yang akan datang, suhu bumi terus meningkat lebih dari sebelumnya pada abad ke-20.

Indonesia saat ini sedang berada di musim pancaroba yaitu musim peralihan yang terjadi ketika musim hujan berubah ke musim kemarau, begitupun sebaliknya. Perubahan antara musim hujan ke musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Maret hingga Mei. Sedangkan perubahan antara musim kemarau ke musim hujan biasanya terjadi pada bulan September hingga November. Memasuki musim pancaroba biasanya ditandai dengan cuaca berubah-ubah yang tidak dapat diprediksi sehingga menyebabkan terjadinya banjir di suatu tempat sementara di tempat yang lain terjadi kekeringan. Selain itu, musim pancaroba dapat meningkatkan resiko terkena penyakit karena kekebalan tubuh yang tidak seimbang. Umumnya, adalah batuk dan pilek.

Salah satu dampak dari perubahan cuaca ekstrem yaitu hawa panas yang akhir-akhir ini dirasakan secara umum di Indonesia. Tak sedikit dari mereka mengeluhkan suhu panas mencapai 35 derajat Celcius. Penyebab hal tersebut diungkapkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), antara lain :

  • Terjadi dinamika atmosfer yang tidak biasa.

Atmosfer merupakan lapisan udara yang terdiri dari beberapa gas yang digunakan bumi untuk perlindungan, tidak hanya dari sinar radiasi melainkan juga dari benda-benda angkasa. Atmosfer juga memungkinkan terjadinya pengangkutan uap air melalui sirkulasi. Cuaca yang kita rasakan tiap harinya, seperti cerah, berawan atau hujan. Atmosfer menyediakan berbagai macam gas yang bermanfaat bagi makhluk hidup. Dan juga, atmosfer media yang mampu membawa energi. Dengan adanya fenomena alam yang cuacanya sangat terik seakan membakar kulit di bumi disebabkan oleh dinamika atmosfer yang tidak bisa berperan seperti biasanya sehingga bumi tidak lagi hangat melainkan sangat panas terik.

  • Gerak semu matahari.

Suhu panas yang terjadi sekarang merupakan fenomena akibat adanya gerak semu matahari yang menjadi suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahunnya. Hal ini dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya. Siklus tahunan tersebut berdampak pada suatu wilayah di mana temperatur udara sedikit naik.

  • Pemanasan global dan perubahan iklim.

Memanasnya bumi terus-menerus akan berdampak besar terhadap kehidupan manusia, ekonomi dan ekosistem. Kenaikan suhu global akhir-akhir ini sudah membuat iklim di Indonesia menjadi ekstrem dengan intensitas yang semakin meningkat dan durasinya semakin panjang serta frekuensinya juga semakin sering.

  • Dominasi monsun Australia.

Monsun Australia ini biasa mengalirkan masa udara dingin dan kering dari Benua Australia menuju Asia melewati samudera Indonesia dan wilayah kepulauan Indonesia menjelang dan pada puncak musim kemarau.

  • Intensitas maksimum radiasi Matahari pada kondisi cuaca cerah dan kurangnya tutupan awan.

Pada saat cuaca cerah, sinar matahari yang mengenai bumi secara bebas akan menyebarkan cahayanya tanpa terhalang bentuk awan sehingga udara yang berhembus juga terasa panas sebab tanpa adanya halangan.

            Meskipun sinar matahari mempunyai banyak manfaat, sinar matahari pun tidak terlepas dari dampak negatifnya. Apalagi sinar yang terpancar melebihi dari yang kita butuhkan. Bahkan banyak penyakit yang bisa terjadi pada tubuh kita apabila terkena paparan sinar matahari secara berlebihan. Menurut Alodokter berikut beberapa penyakit yang dapat ditimbulkan dari paparan sinar matahari yang berlebihan, antara lain :

  • Kulit terbakar

Kulit bisa terbakar apabila terlalu lama terpapar sinar matahari lebih dari 30 menit.

  • Penuaan dini kulit

Penuaan dini dapat terjadi pada kulit apabila terlalu lama terpapar sinar matahari yang menyebabkan kulit tampak kering, serta muncul keriput atau bintik kehitaman pada kulit.

  • Cedera mata

Sinar matahari dapat merusak kornea mata apabila kita terlalu lama menatapnya tanpa menggunakan pelindung, seperti kacamata. Selain itu, juga terdapat beberapa penyakit mata lainnya yang dapat ditimbulkan, seperti katarak, degenerasi makula dan kanker mata melanoma.

  • Kanker kulit

Kulit membutuhkan sinar matahari dalam pembentukan dan kesehatan tulang, karena tubuh kita membutuhkan sinar matahari untuk mencukupi kebutuhan vitamin D. Sinar matahari yang mengandung UVA dan UVB dapat merusak DNA di dalam sel kulit manusia. Sel-sel kulit yang sedang aktif membelah dan berkembang biak sangat rentan sehingga dapat menyebabkan kematian sel.

Untuk itu kita harus melakukan usaha untuk melindungi diri dari paparan sinar matahari yang berlebihan apalagi di situasi hawa panas akhir-akhir ini.

Penulis                        : Ladonna Kenross Andharaputri Kunantasari (Mahasiswa Teknik Industri Universitas Airlangga)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun