Mohon tunggu...
Karila Wisudayanti
Karila Wisudayanti Mohon Tunggu... wiraswasta -

A mom of 3, a wife and teacherpreneur who tries to fulfill life to the fullest

Selanjutnya

Tutup

Money

Ilmu Stockist dari Penjual Nasi

18 Desember 2014   21:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:01 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai seorang yang baru terjun ke dunia wirausaha terutama yang terkait dengan produksi suatu produk, pasti pernah merasakan pusing nya memprediksikan stok produk kita.

Apakah dengan produksi sekian ratus pcs dapat memenuhi permintaan pasar?

Apakah dengan menaikkan produksi menjadi sekian ribu pcs dapat memastikan semua terserap baik oleh pasar dan tidak menyebabkan dead stock dalam waktu yang lama?

Apakah keputusan untuk melakukan ini sudah benar ? Ataukah keputusan itu yang harus diambil?

Banyak orang bilang, berbisnis atau berwirausaha itu gampang.... Yang penting buka aja dulu.

Iya, memang mulainya gampang, membukanya gampang, namun yang lebih sulit adalah bagaimana membesarkannya, merawatnya dan membuatnya tumbuh semakin besar.

Saya pribadi sempat kelimpungan mengatur jadwal produksi barang perlengkapan anak dan bayi yang saya produksi. Sebelumnya menerjukan diri sebagai pemilik brand, saya menjual aneka kebutuhan keluarga dan produk pelangsing secara online, saat itu saya tidak perlu terlalu puyeng dengan perhitungan stockist barang, karena saya dapat menstok barang dengan jumlah minimal, bahkan ada beberapa yang tidak membutuhkan stok.

Namun kondisi tersebut berubah ketika saya memutuskan memproduksi sendiri beberapa barang. Proses kejar-kejaran antara proses produksi dan penjualan kerap saya alami. Ketika permintaan melambung, namun stok tidak mencukupi dan produksi molor dari jadwal..wah saat seperti inilah yang dinamakan PUSING ENAK :D

Sebaliknya juga begitu, ketika kita sudah menambah oplah produksi, dan ternyata permintaan pasar menurun drastis... nah inilah mulai PUSING BENERAN :D

Terima kasih kepada salah satu supplier sekaligus agen saya, mentor sekaligus rival saya, yang mengajarkan bahwa sebetulnya kita tidak membutuhkan perhitungan yang muluk - muluk dan berbelit belit. "Belajar dari penjual nasi" itu pesannya.

Maksudnya gimana?

Secara gampangannya, kita mengambil pemikiran dari orang yang berjualan nasi sehari - hari. Misal hari ini, dia habis 10 kg beras dalam 2 jam, dan ternyata besoknya lagi juga habis 10 kg beras dalam 2 jam, maka keesokan harinya tambahlah menjadi 11 kg beras. Jika 11 kg ini juga habis dalam 2 jam, maka anda mungkin telah memiliki pangsa pasar yang kuat, jadi naikkan lagi menjadi 12 kg dan seterusnya. Lakukan penambahan yang bertingkat hingga di suatu saat ternyata ada yang tidak laku. Ketika hal itu terjadi, maka keesokan harinya kurangilah produksinya secara bertahap.

Dari analogi tersebut, dapat juga kita terapkan pada produksi barang kita dengan time frame yang kita set sendiri, misalnya saya melihat evaluasi penjualan dalam satu bulan untuk penentuan produksi bulan berikutnya. Untuk beberapa barang yang fast moving, seperti sabuk bonceng maka saya buat buffer stok 2x lipat sementara barang - baran yang lain saya buat buffer stock nya hanya 1,5x lipat.

Buffer stock ini penting untuk mencukupi lonjakan permintaan pasar yang tidak wajar. Banyak orang yang mengatakan bisnis itu seperti suatu mahluk hidup, yang akan senantiasa berkembang dan tidak pernah stagnan, maka kita sebagai pemilik bisnis juga hendaknya senantiasa berkembang untuk mengakomodasi bisnis kita.

Selamat berbisnis kawan, semoga kesuksesan dan keberhasilan yang akan kita raih :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun