Merchandise adalah produk yang identik sebagai cendera mata yang mewakili ciri khas atau identitas suatu subyek ataupun obyek. Produk merchandise umumnya telah melalui proses branding terlebih dahulu, misalnya produk merchandise Dagadu di Yogyakarta yang dibranding sebagai cendera mata khas Yogyakarta dengan value yang dihadirkan melalui identitas visualnya.Â
Berbeda dengan cendera mata yang berupa makanan/minuman tradisional yang berbeda setiap daerahnya, Merchandise umumnya berupa ragam produk yang sama, diantaranya seperti T-shirt, Totebag dan Patch dan yang membedakan hanyalah desain visualnya saja.
Di setiap kota maupun destinasi wisata, akan selalu dilengkapi dengan produk merchandise yang merepresentasikan identitas dari kota tersebut. Pada level ini, terdapat peran stakeholder yang turut memetakan dan merancang keperluan di sektor tata kelola jenama kota dan perekonomian warganya.
Contohnya adalah, di setiap Bandara selalu diramaikan dengan deretan toko yang menjual produk merchandise dari berbagai UMKM. Penempatan yang strategis di sebuah lokasi titik masuk dan keluarnya wisatawan merupakan salah satu teknik marketing yang dipandang masih ampuh untuk meningkatkan promosi dan penjualan merchandise.Â
Level yang lebih sempit dalam ekonomi kreatif merchandise adalah di lingkup para seniman. Kendati levelnya tidak seperti UMKM yang bisa diproduksi secara massal, merchandise seniman ini tetap memiliki segmentasi konsumennya tersendiri.
Dengan identitas kekaryaan dan gagasan yang dimiliki, seniman bisa membagikan "miniatur" gagasannya pada sebuah produk merchandise . Contohnya pada seniman di sektor seni musik atau musisi, dalam peluncuran album umumnya dibarengi dengan dijualnya merchandise pendukung seperti Vinyl, Kaset, atau T-shirt.
Begitupula pada seniman seni rupa, menjual merchandise adalah upaya perpanjangan gagasan yang dapat dibeli oleh publik secara ekonomis. Mengingat harga karya seni rupa yang fluktuatif dan eksklusif. Bentuknya pun cenderung lebih beragam, terdapat buku/zine yang memuat karya komik dan fotografi, scarf dengan design karya yang limited edition, ataupun art print dalam berbagai ukuran seperti post card atau paling besar adalah A3 dan Tshirt dengan design sesuai karyanya.Â
Merchandise dari seniman-seniman ini kerap dijual dengan membangun ekosistem dengan ruang-ruang seni alternatif. Contohnya pada Ruang Mes 56 dan Krack! Printmaking Collective , 2 ruang alternatif yang berada di kawasan Mantrijeron Yogyakarta ini membentuk ekosistem yang terdiri dari kelompok seniman yang mengelola program seni, ruang pameran, studio berkarya, hingga toko merchandise. Mengingat lingkup seni di Yogyakarta ini saling berkelindan, saling mengenal satu sama lain, potensi untuk saling mendukung sangat besar.Â
Misalnya melalui fenomena "lebaran seni" setiap diselenggarakannya ARTJOG. Banyak apresiator seni (sekaligus kolektor seni) yang datang dari berbagai penjuru dunia untuk mengunjungi ARTJOG sekaligus mengunjungi skena seni di Yogyakarta.