Minggu 18 September 2022, bertempat di selasar Gedung Panjang Taman Ismail Marzuki (TIM), obrolan seru mengenai perempuan dan sinema seakan belum kunjung usai. Padahal sudah melewati waktu kegiatan seharusnya. Namun sebentar, foto dulu untuk suatu kenangan kebersamaan.
Diskusi Plus Peluncuran "Buku dan Sinema" yang merupakan kolaborasi komunitas perempuan Ladiesiana dan komunitas penggemar film KOMiK di ruang terbuka itu mengundang minat tak hanya yang sudah mendaftar hadir ke kedua komunitas.
Ada juga pengunjung TIM yang merasa tertarik saat tahu ada diskusi mengenai perempuan dan sinema. Ngomongin dua hal ini memang sangat menarik. Perempuan, makhluk Tuhan yang tercipta indah ini terkadang tak selalu indah dalam menjalani hidupnya.
Saat diangkat dalam film, banyak hal yang bisa disampaikan. Ada yang menimbulkan kontroversi seperti "Perempuan Berkalung Sorban" dan "Yuni". Selain itu, masih banyak judul film lainnya.Â
Film-film tentang perempuan banyak membuka mata masih kentalnya budaya patriarki dalam tatanan masyarakat dalam banyak hal, misalnya dari segi pendidikan dan pekerjaan.
"Mengapakah mayoritas hantu dalam film Indonesia itu perempuan?" atau "Mengapakah seringkali dalam sinetron Indonesia perempuan digambarkan sebagai tukang ngerumpi, reseh, dan agak tertinggal?" Ini tanya Irwan, salah seorang pengunjung.
Banyak pertanyaan yang mengemuka dan banyak hal yang perlu dijawab mengenai perempuan dan Sinema. Sampai saat ini perempuan masih banyak menerima perlakuan tidak adil, mulai dari perlakuan tak menyenangkan secara verbal maupun pelecehan seksual.
Menghadapi hal-hal seperti ini, menurut Roosalina Wulandari (Konsultan PIK Keluarga dan Sosok Ibu Ibukota Bidang Kesehatan), penting banget perempuan untuk berkata tidak ketika mengalami tindakan kekerasan seksual. Pemahaman mengenai perlakuan tak senonoh ini harus dipahami.