Mohon tunggu...
Adhyatmoko
Adhyatmoko Mohon Tunggu... Lainnya - Warga

Profesional

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Waspadai Politik Etnis di Balik Jalur Independen

16 Maret 2016   17:23 Diperbarui: 16 Maret 2016   17:49 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ternyata, model penarikan simpati kepada kelompok minoritas juga terjadi menjelang Pilkada DKI Jakarta 2017. Propaganda pro-minoritas dikerahkan dengan beragam cara walaupun baru sebatas di lingkup media sosial. Opini publik coba dialihkan pada pertentangan SARA, lepas dari argumentasi logis yang mensyaratkan penalaran kritis. Inilah yang saya sebut sentimen melawan akal sehat.

Uniknya, isu pro-minoritas tidak dihembuskan oleh partai politik. Seandainya parpol ingin memainkan isu SARA, isu mayoritas yang akan dihembuskan kepada kader-kadernya. Toh, belum ada partai dakwah yang resmi mengusung calonnya. Jika parpol golongan nasionalis melakukannya, tidak perlu sembunyi-sembunyi karena memang banyak kelompok minoritas yang bernaung didalamnya. Lalu, siapa?

Untuk itu, saya mengamati isu minoritas yang akhir-akhir ini mengemuka dan mendapati isu semakin santer setelah Ahok menyatakan diri untuk menempuh jalur independen. Tak dipungkiri, pendukung Ahok sedang berkejaran dengan waktu. Mereka apes harus mengulang perolehan fotokopi KTP dari warga Jakarta akibat kesalahan surat formulir dukungan sebelumnya.

Tampak begitu ngototnya Teman Ahok berniat mengusung Ahok. Di situs mereka TemanAhok.com, digambarkan sepak terjang mereka menyerupai semangat para pemuda dalam peristiwa Rengasdengklok. Fakta Sejarah digunakan sebagai kamuflase gerakan lewat jalur independen yang esensinya sekedar mempertahankan Ahok menjabat gubernur. Ada apa sesungguhnya di belakang mereka, konglomerasi kapitalis?.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun