Mohon tunggu...
Ladhia Shaffa Meyriska
Ladhia Shaffa Meyriska Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Seseorang yang berusaha mewujudkan mimpinya.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kecanduan Rokok: Mengapa Sulit Berhenti dan Bagaimana Cara Mengatasinya?

5 Desember 2024   09:10 Diperbarui: 5 Desember 2024   09:27 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Akitivitas merokok masih saja digemari banyak orang. Tidak memandang gender, usia, dan latar belakang sosial. Berdasarkan World Health Organization pada tahun 2019 pengguna rokok umur 13-15 tahun di Indonesia keseluruhan sebanyak 19.2%, dengan pengguna rokok laki-laki sebanyak 35.6%, dan pengguna rokok perempuan sebanyak 3.5%. Meskipun banyak informasi yang telah menunjukkan bahwa kebiasaan merokok memiliki dampak yang sangat buruk bagi kesehatan jangka panjang, seperti kanker, penyakit jantung, penyakit paru-paru, masih banyak orang yang sulit lepas dari aktivitas tersebut. Oleh karena itu, pemahaman tentang bagaimana merokok mengikat seseorang dalam kecanduan sangat penting untuk menemukan solusi yang efektif.

Masalah yang paling utama dalam sulitnya seseorang lepas dari aktivitas merokok yaitu kecanduan. Kandungan senyawa kimia dalam sebatang rokok diantaranya adalah nikotin, acetone, napthylamine, methanol, pyrene, dimethylnitrosamine, naptalene, cadmium, carbon monoxide, benzopyrene, vinyl chloride, hydrogen cyanide, toluidine, ammonia, urethane, toluene, arsenic, dibenzacridine, phenol, butane, polonium-210, tar (Kemenkes, 2017). Zat utama yang menyebabkan kecanduan yaitu, Nikotin. Nikotin merupakan alkaloid utama dalam daun tembakau yang aktif sebagai insektisida dan kadar nikotin 2--8 % tergantung pada spesies tembakau (Matsumura, 1989). Maka, ketika seseorang telah kecanduan dengan nikotin, saat orang tersebut tidak mendapatkan asupan nikotin akan mengalami perasaan tidak nyaman, seperti gelisah, cemas, dan mudah marah.

Meskipun kecanduan berat, berhenti merokok bukan termasuk hal yang mustahil. Hal tersebut dapat terwujud melalui berbagai pendekatan yang dapat membantu mereka lepas dari kecanduan merokok dan beralih menjalani pola hidup yang sehat, yaitu pendekatan farmakologis dan non-farmakologis. Kedua pendekatan ini sangat mendukung dari berbagai aspek proses penghentian rokok.

Pendekatan farmakologis, dilakukan dengan cara pemberian obat-obatan sebagai pengganti dari nikotin. Obat-obatan ini bertujuan untuk mengurangi efek samping akibat dari berhenti mengonsumsi nikotin. Sehingga perokok tidak merasa cemas, gelisah, dan mudah marah saat berusaha berhenti merokok. Beberapa jenis obat yang sering digunakan meliputi:

1. Terapi Pengganti Nikotin (NRT)

Terapi ini bertujuan menggantikan sebagian besar nikotin dari rokok untuk sementara waktu guna mengurangi motivasi untuk merokok dan gejala putus zat nikotin, sehingga memudahkan transisi dari kebiasaan merokok menjadi tidak merokok sama sekali. NRT bekerja dengan cara memberikan dosis nikotin yang lebih rendah melalui produk seperti permen karet nikotin, inhaler nikotin, dan semprotan intranasal nikotin.

2. Bupropion dan Vereniklin

Beberapa obat seperti bupropion dan Vereniklin juga dapat membantu proses berhenti merokok. Meskipun obat ini dapat menyebabkan beberapa efek samping termasuk mual, insomnia, kecemasan, mudah marah, kelelahan dan mimpi yang tidak normal, kemanjurannya dalam mengurangi keinginan dan juga mempertahankan pantang telah dipelajari dengan baik dan disetujui oleh FDA (Food and Drug Administration).

Pendekatan non-farmakologis atau dapat disebut pendekatan secara perilaku juga tak kalah penting dalam proses seseorang untuk berhenti merokok. Pendekatan ini lebih berfokus pada perubahan pola pikir, kebiasaan dan cara-cara mengatasi keinginan untuk merokok. Pendekatan ini dapat berupa edukasi, diskusi, konseling perilaku individu, program terapi perilaku kelompok, konseling telepon, dan self-help. (Roberts NJ, 2013 )

Berdasarkan penelitian oleh Hiscock dkk, 80% pasien yang dikonseling dengan menerima bentuk terapi perilaku kelompok lebih sukses dibandingkan dengan layanan konseling secara personal  (Hiscock R, 2013). Dengan adanya dukungan sosial yang kuat dan rasa satu perjuangan, yaitu berhenti merokok. Mereka dapat saling berbagi pengalaman dan strategi. Sehingga, pasien sering mendapat inspirasi dari cerita orang yang berhasil lepas dari kecanduan rokok. Dari situ mereka jadi mengerti bahwa lepas dari kecanduan rokok bukanlah hal yang mustahil.

Menghentikan kebiasaan merokok bukanlah hal yang mudah. Namun, dengan pendekatan yang tepat, baik dari farmakologis atau non-farmakologis dan tekad berhenti merokok yang kuat, prosesnya akan lebih efektif. Selain itu, untuk perokok remaja, edukasi dari lembaga-lembaga juga sangat dibutuhkan.

Dengan kombinasi berbagai solusi ini, mungkin saja Indonesia dapat mengurangi prevalensi merokok dan menciptakan generasi yang memiliki gaya hidup sehat di masa depan. Keberhasilan dalam mengatasi kevanduan merokok juga tidak hanya menguntungkan bagi individu perokok tersebut, tetapi juga membawa manfaat besar bagi kesehatan orang di sekitarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun