Mohon tunggu...
Labuda Shofiya
Labuda Shofiya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

History enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Model Pembelajaran Harmonis Sebagai Sarana Peningkatan Kesadaran Multikultural

26 September 2024   09:54 Diperbarui: 26 September 2024   10:03 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Tim Pengabdian Kepada Masayarakat Departemen Sejarah Universitas Negeri Malang

Pendidikan sejarah memiliki peran krusial dalam menumbuhkan kesadaran multikulturalisme pada mahasiswa. Sejarah mengajarkan bahwa keberagaman adalah keniscayaan dalam kehidupan manusia. Dengan mempelajari sejarah berbagai peradaban, mahasiswa dapat memahami bahwa setiap budaya memiliki keunikan dan kontribusinya masing-masing. Hal ini akan menumbuhkan sikap apresiasi terhadap perbedaan dan menghindari prasangka terhadap kelompok lain. Selain itu, sejarah juga menyajikan pelajaran berharga tentang konflik dan dampaknya. Dengan memahami akar konflik, mahasiswa dapat belajar untuk menyelesaikan perbedaan dengan cara yang damai dan konstruktif. 

Kesadaran multikulturalisme yang ditanamkan melalui pembelajaran sejarah akan membekali mahasiswa untuk menghadapi tantangan globalisasi. Dalam era yang semakin terhubung, mahasiswa akan berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai latar belakang budaya. Kesadaran multikulturalisme akan membantu mahasiswa untuk berkomunikasi secara efektif, membangun kerjasama, dan menghargai perbedaan dalam konteks global. Selain itu, kesadaran multikulturalisme juga akan mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi agen perubahan sosial. Dengan memahami keberagaman dan menghargai perbedaan, mahasiswa dapat berperan aktif dalam membangun masyarakat yang inklusif dan harmonis.

Salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran multikulturalisme mahasiswa adalah dengan adanya sebuah inovasi model pembelajaran Harmonis yang memungkinkan mahasiswa mengeksplorasi berbagai sejarah lokal dan kearifan lokal di daerah masing-masing. Hal ini dapat dijadikan sebagai cara untuk mengetahui dan internalisasi nilai-nilai multikulturalisme di kalangan mahasiswa. Model Pembelajaran Harmonis berupaya mengintegrasikan prinsip-prinsip CRT untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan dinamis yang menghormati dan menghargai keragaman budaya. Dengan mengintegrasikan Culturally Responsive Teaching (CRT) dan sejarah lokal, model ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran multikultural dan mempersiapkan mahasiswa untuk menavigasi dan berkontribusi pada dunia yang semakin.

Pendidikan sejarah memiliki peran krusial dalam menumbuhkan kesadaran multikulturalisme pada mahasiswa. Sejarah mengajarkan bahwa keberagaman adalah keniscayaan dalam kehidupan manusia. Dengan mempelajari sejarah berbagai peradaban, mahasiswa dapat memahami bahwa setiap budaya memiliki keunikan dan kontribusinya masing-masing. Hal ini akan menumbuhkan sikap apresiasi terhadap perbedaan dan menghindari prasangka terhadap kelompok lain. Selain itu, sejarah juga menyajikan pelajaran berharga tentang konflik dan dampaknya. Dengan memahami akar konflik, mahasiswa dapat belajar untuk menyelesaikan perbedaan dengan cara yang damai dan konstruktif.

Kesadaran multikulturalisme yang ditanamkan melalui pembelajaran sejarah akan membekali mahasiswa untuk menghadapi tantangan globalisasi. Dalam era yang semakin terhubung, mahasiswa akan berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai latar belakang budaya. Kesadaran multikulturalisme akan membantu mahasiswa untuk berkomunikasi secara efektif, membangun kerjasama, dan menghargai perbedaan dalam konteks global. Selain itu, kesadaran multikulturalisme juga akan mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi agen perubahan sosial. Dengan memahami keberagaman dan menghargai perbedaan, mahasiswa dapat berperan aktif dalam membangun masyarakat yang inklusif dan harmonis.

Salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran multikulturalisme mahasiswa adalah dengan adanya sebuah inovasi model pembelajaran Harmonis yang memungkinkan mahasiswa mengeksplorasi berbagai sejarah lokal dan kearifan lokal di daerah masing-masing. Hal ini dapat dijadikan sebagai cara untuk mengetahui dan internalisasi nilai-nilai multikulturalisme di kalangan mahasiswa. Model Pembelajaran Harmonis berupaya mengintegrasikan prinsip-prinsip CRT untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan dinamis yang menghormati dan menghargai keragaman budaya. Dengan mengintegrasikan Culturally Responsive Teaching (CRT) dan sejarah lokal, model ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran multikultural dan mempersiapkan mahasiswa untuk menavigasi dan berkontribusi pada dunia yang semakin.

Model Harmonis diterapkan dalam pembelajaran sejarah dengan melakukan beberapa tahap yaitu:

Lesson Instruction

Pada tahap ini, pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran dari proses pembelajaran yang akan datang. Selain itu, pendidik juga memberikan motivasi dan inspirasi kepada mahasiswa untuk mempelajari materi sejarah lokal yang akan dibahas. Pendidik menekankan pentingnya memahami sejarah lokal dan bagaimana hal itu dapat memberikan wawasan berharga tentang identitas dan warisan komunitas. Dengan menyoroti relevansi materi terhadap kehidupan mereka sendiri, pendidik mendorong mahasiswa untuk terlibat dengan materi pelajaran pada tingkat yang lebih dalam. Melalui pendekatan ini, pendidik bertujuan untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan penghargaan terhadap sejarah lokal, yang pada akhirnya akan mengarah pada pengalaman belajar yang lebih bermakna dan memperkaya bagi para mahasiswa.

Concrete Experience

Pendidik mengelompokkan mahasiswa ke dalam beberapa kelompok heterogen tanpa mempertimbangkan perbedaan budaya, etnis, atau agama. Kemudian, mahasiswa mengidentifikasi isu-isu yang terkait dengan masalah kontekstual, dalam hal ini, sejarah lokal dan kearifan lokal yang ada di lingkungan mereka. Dengan bekerja sama dalam kelompok yang beragam, mahasiswa dapat memperoleh pemahaman dan penghargaan yang lebih dalam terhadap berbagai perspektif dan pengalaman yang dibawa oleh setiap individu. Hal ini tidak hanya menumbuhkan rasa empati dan penghormatan terhadap orang lain, tetapi juga memungkinkan analisis yang lebih komprehensif terhadap masalah yang dihadapi.

Reflective

Mahasiswa mengumpulkan data tentang sejarah lokal atau kearifan lokal yang dipilih dari berbagai sumber. Selanjutnya, mereka mengidentifikasi komponen pendidikan dan elemen multikultural yang terdapat dalam cerita rakyat dan sejarah lokal. Mahasiswa membuat modul atau rencana pelajaran untuk mengajarkan topik sejarah lokal atau kearifan lokal di kelas setelah melakukan identifikasi.

Communicating 

Mahasiswa menyampaikan temuan dari diskusi kelompok mereka melalui presentasi di depan kelas. Setelah setiap presentasi, rekan-rekan dari kelompok lain diundang untuk memberikan umpan balik yang konstruktif mengenai isi dan penyampaian. Pendidik kemudian menyimpulkan dengan penilaian menyeluruh terhadap presentasi kelompok, menyoroti kelebihan dan apa yang perlu diperbaiki.

Evaluation

Mahasiswa menyintesiskan pembelajaran mereka dengan menarik kesimpulan dan merangkum konsep-konsep kunci. Untuk mengukur pemahaman, pendidik memberikan penilaian yang mengevaluasi pemahaman mahasiswa terhadap materi yang dipelajari. Evaluasi ini dapat mencakup berbagai format, seperti kuis, tes, atau proyek, yang memungkinkan mahasiswa untuk menunjukkan pengetahuan dan keterampilan mereka dengan cara yang beragam.

Model pembelajaran harmonis ini, dengan mengintegrasikan sejarah lokal dan kearifan lokal ke dalam kurikulum, tidak hanya memperkaya pemahaman mahasiswa tentang akar budaya mereka sendiri, tetapi juga membuka pintu bagi mereka untuk menghargai dan memahami keberagaman budaya lain. Dengan menggali nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sejarah lokal dan kearifan lokal, mahasiswa diajak untuk melihat dunia dari berbagai perspektif, menumbuhkan sikap toleransi, dan membangun jembatan pemahaman antar budaya. Pendekatan holistik ini pada akhirnya akan memperkuat kesadaran multikulturalisme mahasiswa, membekali mereka dengan keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk hidup dan berkontribusi secara positif dalam masyarakat yang semakin beragam dan saling terhubung.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun