Mohon tunggu...
Labuda Shofiya
Labuda Shofiya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

History enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Model Pembelajaran Harmonis Sebagai Sarana Peningkatan Kesadaran Multikultural

26 September 2024   09:54 Diperbarui: 26 September 2024   10:03 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Tim Pengabdian Kepada Masayarakat Departemen Sejarah Universitas Negeri Malang

Pendidik mengelompokkan mahasiswa ke dalam beberapa kelompok heterogen tanpa mempertimbangkan perbedaan budaya, etnis, atau agama. Kemudian, mahasiswa mengidentifikasi isu-isu yang terkait dengan masalah kontekstual, dalam hal ini, sejarah lokal dan kearifan lokal yang ada di lingkungan mereka. Dengan bekerja sama dalam kelompok yang beragam, mahasiswa dapat memperoleh pemahaman dan penghargaan yang lebih dalam terhadap berbagai perspektif dan pengalaman yang dibawa oleh setiap individu. Hal ini tidak hanya menumbuhkan rasa empati dan penghormatan terhadap orang lain, tetapi juga memungkinkan analisis yang lebih komprehensif terhadap masalah yang dihadapi.

Reflective

Mahasiswa mengumpulkan data tentang sejarah lokal atau kearifan lokal yang dipilih dari berbagai sumber. Selanjutnya, mereka mengidentifikasi komponen pendidikan dan elemen multikultural yang terdapat dalam cerita rakyat dan sejarah lokal. Mahasiswa membuat modul atau rencana pelajaran untuk mengajarkan topik sejarah lokal atau kearifan lokal di kelas setelah melakukan identifikasi.

Communicating 

Mahasiswa menyampaikan temuan dari diskusi kelompok mereka melalui presentasi di depan kelas. Setelah setiap presentasi, rekan-rekan dari kelompok lain diundang untuk memberikan umpan balik yang konstruktif mengenai isi dan penyampaian. Pendidik kemudian menyimpulkan dengan penilaian menyeluruh terhadap presentasi kelompok, menyoroti kelebihan dan apa yang perlu diperbaiki.

Evaluation

Mahasiswa menyintesiskan pembelajaran mereka dengan menarik kesimpulan dan merangkum konsep-konsep kunci. Untuk mengukur pemahaman, pendidik memberikan penilaian yang mengevaluasi pemahaman mahasiswa terhadap materi yang dipelajari. Evaluasi ini dapat mencakup berbagai format, seperti kuis, tes, atau proyek, yang memungkinkan mahasiswa untuk menunjukkan pengetahuan dan keterampilan mereka dengan cara yang beragam.

Model pembelajaran harmonis ini, dengan mengintegrasikan sejarah lokal dan kearifan lokal ke dalam kurikulum, tidak hanya memperkaya pemahaman mahasiswa tentang akar budaya mereka sendiri, tetapi juga membuka pintu bagi mereka untuk menghargai dan memahami keberagaman budaya lain. Dengan menggali nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sejarah lokal dan kearifan lokal, mahasiswa diajak untuk melihat dunia dari berbagai perspektif, menumbuhkan sikap toleransi, dan membangun jembatan pemahaman antar budaya. Pendekatan holistik ini pada akhirnya akan memperkuat kesadaran multikulturalisme mahasiswa, membekali mereka dengan keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk hidup dan berkontribusi secara positif dalam masyarakat yang semakin beragam dan saling terhubung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun