Desa Kledung, yang terletak di Temanggung, menjadi tempat pelaksanaan kegiatan
bakti sosial Tagana Jawa Tengah dan DIY yang resmi digelar dalam rentang waktu
14 hingga 16 Juli. Momen penting dalam kegiatan ini adalah apel pembukaan yang
diselenggarakan di lapangan Lesbumi. Acara tersebut dibuka secara resmi oleh wakil bupati
Temanggung, Drs. R. Heri Ibnu Wibowo.Â
Meskipun cuaca gerimis dan kabut
mengiringi apel pembukaan, semangat peserta bakti sosial Tagana Jateng & DIY
tetap tidak tergoyahkan. Para peserta tetap bersemangat dan penuh antusiasme
dalam menjalankan kegiatan bakti sosial meskipun menghadapi tantangan cuaca.
Pada apel pembukaan, suasana menjadi penuh warna dengan adanya pertunjukan
kesenian tradisional Bangilun, yang merupakan kesenian khas Kabupaten
Temanggung. Dalam pertunjukan tersebut, tidak hanya para seniman, tetapi juga
warga Desa Kledung turut berpartisipasi secara aktif. Pertunjukan ini berhasil
menarik perhatian semua orang yang hadir, dan memberikan pengalaman seni yang kaya akan makna dan tradisi. Bagilun, sebuah tarian khas yang dihadirkan dalam
kesempatan ini, menjadi daya tarik utama yang memukau. Tarian ini memiliki
nilai-nilai syiar, ajaran hidup, dan budi pekerti yang khas dalam masyarakat Jawa
Islam. Melalui persembahan keindahan seni ini, para penonton dapat merasakan
dan mengapresiasi kekayaan budaya serta warisan tradisional yang dimiliki oleh
Kabupaten Temanggung.
Kegiatan bakti sosial Tagana Jateng & DIY tidak hanya menghadirkan apel
pembukaan dan pertunjukan seni, tetapi juga melibatkan tradisi santiaji sebagai
bagian integral dari acara tersebut. Tradisi santiaji ini memiliki beberapa
komponen yang memperkaya kegiatan bakti sosial tersebut.
Pertama-tama, tradisi santiaji ini dijadikan sebagai momen untuk mengenalkan
sejarah Tagana kepada semua peserta. Dalam kegiatan ini, dijelaskan mengenai
latar belakang, perkembangan, dan peran Tagana sebagai organisasi relawan dalam
bidang penanggulangan bencana dan kemanusiaan. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap keterlibatan Tagana dalam
membantu masyarakat.
Selain itu, tradisi santiaji juga menjadi wadah untuk berbagi informasi tentang
kegiatan yang telah dilakukan oleh relawan Tagana. Peserta kegiatan bakti sosial
mendapatkan pemahaman lebih mendalam mengenai upaya dan kontribusi nyata
yang telah dilakukan oleh para relawan dalam menjalankan tugas mereka.
Informasi ini dapat menginspirasi dan memberikan contoh nyata bagi para peserta
mengenai pentingnya keterlibatan dalam kegiatan kemanusiaan.
Selanjutnya, tradisi santiaji juga mencakup momen penghormatan dan doa bagi
relawan Tagana yang telah berpulang sebelumnya. Dalam suasana khidmat, para
peserta bakti sosial mengenang dan mendoakan para relawan yang telah
mengorbankan nyawa mereka dalam menjalankan tugas kemanusiaan. Hal ini
merupakan penghormatan bagi mereka yang telah memberikan dedikasi dan
pengabdian tanpa pamrih.
Rangkaian santiaji dilanjutkan dengan penyalaan obor, yang menjadi simbol
semangat dan keberanian para relawan dalam menjalankan tugas kemanusiaan.
Penyalaan obor ini melambangkan terangnya harapan dan keberlanjutan upaya
Tagana dalam membantu masyarakat.Â
Dalam momen ini, peserta bakti sosial
merasakan semangat dan motivasi yang kuat untuk terus berperan serta dalam
upaya penanggulangan bencana dan pelayanan kemanusiaan.
Dengan melibatkan tradisi santiaji, kegiatan bakti sosial Tagana Jateng & DIY
memberikan dimensi spiritual, penghargaan, dan inspirasi yang lebih dalam kepada
para peserta. Tradisi ini memperkuat nilai-nilai kepahlawanan, solidaritas, dan
komitmen dalam menjalankan tugas kemanusiaan, menjadikan acara tersebut lebih
bermakna dan memberikan dorongan yang kuat bagi partisipan untuk terus
berkontribusi dalam membantu masyarakat.