Mohon tunggu...
Labib Nor
Labib Nor Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia sekaligus Mahasantri di pesantren Khatamun Nabiyyin Jakarta. Menurut hasil tes kepriabadian psikotes, saya memiliki kepribadian ENTP. Saya memiliki hobi membaca dan mencoba hal-hal yang baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pesantren dan Kekuatan Mayoritas, Mengkritik Ketidakadilan dalam Kepemimpinan

9 November 2024   22:19 Diperbarui: 9 November 2024   22:22 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dihasilkan oleh AI melalui platform OpenAI 

Pesantren tidak hanya menjadi tempat pengajaran agama dan moral, tetapi juga dapat menjadi tempat reproduksi ketidakadilan sosial jika tidak memperhatikan aspek keberagaman dalam pengambilan keputusan. 

Ritzer (2008) dalam bukunya Sosiologi: Pendekatan-Pendekatan Baru menjelaskan bahwa struktur sosial yang tidak inklusif seringkali menyebabkan marginalisasi bagi kelompok yang tidak memiliki kekuasaan atau akses terhadap sumber daya.

Pesantren, sebagai tempat yang mengajarkan nilai-nilai keagamaan dan sosial, seharusnya menjadi tempat yang inklusif dan menghargai keberagaman. Jika pesantren dipimpin oleh mayoritas suku tertentu, hal ini berisiko membentuk atmosfer yang tidak menghargai keberagaman etnis dan budaya. 

Dalam dunia yang semakin global dan terhubung, penting bagi pesantren untuk mengajarkan kepada santri untuk menghargai perbedaan budaya dan suku, bukan justru mendominasi satu kelompok etnis saja. Pesantren harus menjadi contoh bagaimana keberagaman dapat hidup berdampingan dengan damai, tanpa ada pihak yang merasa terpinggirkan.

Fenomena mayoritas satu suku di pesantren, yang menyebabkan ketidakadilan antara pengurus dan santri, mencerminkan bagaimana kekuasaan dan dominasi budaya bisa menciptakan ketimpangan sosial. 

Sosiologi, melalui teori hegemoni dan teori perubahan sosial, mengajarkan kita untuk mengkritisi dominasi mayoritas yang merugikan kelompok minoritas dan mendorong inklusivitas serta penghargaan terhadap keberagaman. Pesantren seharusnya menjadi tempat yang membangun persatuan dan saling menghargai, tanpa membedakan latar belakang suku atau etnis, agar setiap santri dapat berkembang secara adil dan setara.

 

Referensi

Soekanto, Soerjono. (2009). Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Horkheimer, Max & Adorno, Theodor. (2003). Dialektika Pencerahan: Filsafat dan Teori Sosial Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ritzer, George. (2008). Sosiologi: Pendekatan-Pendekatan Baru. Jakarta: Kencana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun