Hiruk pikuk suara saling bersahut menggema dalam auditorium sukses buat diri para pemain makin gugup. Disana nanti aku akan berdiri memperjuangkan sebuah mendali. Ku telungsuri seisi auditorium dari barat hingga barat kembali mencari sosok berharga dalam hidupku. Jantungku semakin berbugur kencang saat tak temukan sosok pria tua yang membesarkan ku. Sebuah tepukan dibahu ku berhasil memecahkan pikiran yang kalut mengalihkan fokus ku saat mencari kehadiran kakek.
      "Gendis siap siap pakai perlengkapannya terus ambil kartu nama masuk arena ya habis ini sama sama Eka dulu nanti sama sabeum Guntur di dalem"
      "Eh, iya beum"
      "Fokus ndis jangan mikirin yang lain dulu fokus sama pertandinganmu, ini buat penentu karirmu. Nanti kamu latihan lagi sama yang lain di dalem sambil nungu giliran. Sekarang cepat pakai hugo mu fokus fokus"
      "Baik sabeum"
      Setelah mendapat intruksi, ku kembalikan kesedaranku buang jauh rasa jangggal yang kurasakan. Yakinkan diriku kakek gakpapa pasti dateng pasti aman. Aku terus menghalau pikiran buruk yang berdatangan kembali fokuskan pertandingan demi karirku demi membanggakan kakek. Kalo pun kakek enggak dateng tak masalah yang terpenting dia tak apa. Tanpa membuang buang waktu mengambil semua peralatan pertanding tak tertinggal pelindung gigi.
      "Mbak Eka ini titip hp ku tolong pegangin ya mbak, hati ku agak gak tenang"
      "Oh iya ndis tenang aja, sana masuk udah bisa masuk tuh sabeum ada di lapangan G"
      "Iya mbak makasih, tolong ya mbak
      Ucapan terakhirku hanya di balas anggukan paham yari Mbak Eka. Ku tanamkan kepercayaan bahwa semua baik baik saja, sekarang aku hanya harus focus pada pertandingan demi membanggakan kakek sosok kelurga yang ku punya satu satunya cucu perempuannya ini membawa pulang mendali emas.
...