Mohon tunggu...
La Amu Manahaji
La Amu Manahaji Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya adalah sorang guru mulai mengabdi menjadi tenaga guru (honor Sekolah) di tahun 2006 pada SMP LKMD Tonu Jaya( SMPN.6 Huamual Belakang) Kec.Huamual Belakang Kab.Seram bagian Barat, 2007 Saya mengabdi di SD Negeri 6 Tawiri Ambon. Kemudian Tahun 2009 lulus menjadi CPNS di Kabupaten Buru dan SK P4rtama di SD Inpres Teluk Kaiely(SD Negeri 4 Teluk Kaiely). Tahun 2018 di angkat sebagai kepala Sekolah SMP Negeri 48 Buru, Tahun 2021 Mei di pindahkan ke SD Negeri 13 Namlea, Tahun 2022 Di tugaskan di SD Alhilaal 1 Namlea sampai saat ini.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin_ Modul 3.1

26 Februari 2024   22:28 Diperbarui: 26 Februari 2024   22:30 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Capaian Khusus Modul 3.1 Secara khusus, modul ini diharapkan dapat membantu Calon Guru Penggerak untuk mampu: 

  • CGP dapat menjelaskan tentang konsep sekolah sebagai institusi pembentukan karakter dan nilai-nilai kebajikan sebagai acuan utama dalam pengambilan keputusan berbasis etika sebagai seorang pemimpin pembelajaran. 
  • CGP dapat melakukan praktik pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai Modul 3.1 - Pengambilan Keputusan Berbasi Nilai-nilai Kebijakan Sebagai Pemimpin | vii kebajikan sebagai seorang pemimpin. CGP dapat mengidentifikasi jenis-jenis paradigma dilema etika yang dihadapi oleh dirinya sendiri maupun orang lain; CGP menunjukkan sikap reflektif, kritis, kreatif, dan terbuka dalam menganalisis dilema tersebut. 
  • CGP dapat memilih 3 (tiga) prinsip yang dapat dilakukan untuk membuat keputusan dalam dilema etika. 
  • CGP dapat menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang diambil dalam dilema etika; CGP bersikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses tersebut.

Pemimpin sekolah, dalam berbagai literatur, disebut berperan besar dalam menentukan keberhasilan sekolah karena ia mempunyai tanggung jawab dalam menyinergikan berbagai elemen di dalamnya. Seorang pemimpin sekolah yang berkualitas akan mampu memberdayakan seluruh sumber daya di ekosistem sekolahnya hingga dapat bersatu padu menumbuhkan murid-murid yang berkembang secara utuh, baik dalam rasa, karsa dan ciptanya. Tak dipungkiri, pemimpin sekolah merupakan salah satu aktor kunci dalam terwujudnya Profil Pelajar Pancasila.

Sebagaimana kita ketahui bahwa pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan untuk mempersiapkan peserta didik melalui aktivitas bimbingan pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya pada masa mendatang. Pendidikan, pada hakikatnya bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi yang dimiliki seseorang serta diarahkan kepada tujuannya yaitu menjadikannya sebagai insan yang utuh. Oleh karenanya, dalam kegiatan pembelajaran pemberdayaan peserta didik dilakukan dengan membangun pendidikan karakter agar menjadi pelajar yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.

Satuan pendidikan sebagai sebuah institusi moral memiliki peranan penting dalam membangun budaya, nilai-nilai serta moralitas setiap peserta didik. Perilaku yang menjadi kebiasaan warga sekolah dalam menerapkan nila-nilai kebajikan yang diyakini merupakan hal yang penting sebagai keteladanan yang ditunjukkan kepada peserta didik. Guru sebagai seorang pendidik memiliki peranan dalam memberikan keteladanan bagi peserta didik. Keteladanan tersebut ditunjukkan dalam perilaku baik dalam kehidupan sehari-hari yang dapat menjadi role model bagi peserta didik, keluarga serta warga di lingkungan sekitar tempat tinggal.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, guru harus selalu berpihak kepada murid, termasuk dalam hal pengambilan keputusan. Keputusan yang diambilpun harus berlandaskan nilai-nilai kebajikan. Sebagaimana kita ketahui, setiap keputusan yang diambil akan mencerminkan nilai-nilai kebajikan apa yang dianut, konsekuensi hasil keputusan yang dipilih, layakkah keputusan tersebut dijadikan sebagai rujukan di mana hal tersebut pada akhirnya akan merepresentasikan integritas satuan pendidikan. Oleh karena itu, guru sebagai pemimpin pembelajaran harus senantiasa menanamkan pendidikan karakter serta menjunjung nilai-nilai kebajikan universal yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Hal ini senada dengan kalimat bijak yang disampaikan Georg Wilhelm Friedrich Hegel yaitu "Pendidikan adalah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis." Kalimat tersebut bermakna pendidikan adalah suatu upaya menuntun peserta didik dengan pendidikan dan penguatan karakter.  Penanaman norma-norma kehidupan juga dharus dilakukan untuk menciptakan generasi bermoral baik, selalu berbuat kebajikan dan menjunjung tinggi kebenaran dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya sebagai pelajar. Generasi yang akan datang merupakan gambaran dari pendidikan saat ini yang dapat kita "warnai" sebagaimana membuat mahakarya terbaik yang akan menjadi pemimpin dalam semua bidang kehidupan di masa depan.

Setelah memahami penjelasan singkat diatas,  berikut saya sampaikan pendekatan atau tinjauan dari koneksi antar materi modul 3.1 pendidikan guru penggerak yang berkaitan dengan pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin.

Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka terhadap penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Pratap Triloka merupakan semboyan yang diserukan oleh Ki Hajar Dewantara yeng marupakan landasan berpijak seorang guru (pendidik) di mana seorang guru harus senantiasa Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangunkarsa, Tut Wuri Handayani.

  • Ing Ngarso Sung Tulodho, filosofi ini mengajarkan bahwa guru sebagai pemimpin pembelajaran harus senantiasa memberikan teladan kepada peserta didik. Dalam mengambil keputusan, seorang guru harus bertindak, berpikir dan berperilaku yang baik sehingga menjadi panutan atau teladan bagi peserta didik, warga sekolah maupun warga di lingkungan guru. Guru harus senantiasa menumbuhkembangkan nilai-nilai kebajikan universal melalui cipta, rasa dan karsa.  Sebagaimana kutipan kalimat bijak yang disampaikan oleh Bob Talbert "mengajarkan materi ajar saja tidaklah cukup, namun harus disertai dengan penanaman nilai-nilai kebajikan". Langkah yang dapat dilakukan diantaranya guru dapat mengajarkan peserta didik  melalui perbuatan dengan kesadaran penuh (mindfulness) guna menumbuhkembangkan nilai kebajikan kepada peserta didik. Nilai-nilai kebajikan yang tertanam akan memberikan gambaran kebaikan bagi guru dalam mengambil keputusan baik dalam situasi bujukan moral maupun dilema etika.

Ing Madya Mangun Karso, filosofi ini mengajak guru selalu berada di tengah peserta didik untuk menuntun, membimbing, mengajar serta mengayomi dengan cipta rasa dan karsa. Guru harus dapat menjadi mediator, memberikan fasilitas, serta mendampingi siswa dalam memenuhi kebutuhan belajar peserta didik. Guru juga diharapkan senantiasa menghadirkan lingkungan belajar yang nyaman bagi peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

  • Tut Wuri Handayani, filosofi ini mengajarkan bahwa seorang guru harus senantiasa memberikan dorongan kepada seorang peserta didik agar dapat menjadi seorang pemimpin yang berpegang teguh pada nilai-nilai kebajikan universal.

Semboyan Ki Hajar Dewantara ini merupakan landasan dalam setiap pengambilan keputusan yang berpihak pada peserta didik. Harapannya, peserta didik dapat menjadi generasi cerdas dan berkarakter Profil Pelajar Pancasila. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran di sekolah tidak hanya mengutamakan capaian materi ajar dalam kurikulum, tetapi juga penanaman nilai-nilai kebajikan yang diajarkan secara implisit maupun eksplisit termasuk dalam pengambilan keputusan.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita berpengaruh kepada  prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Perilaku seseorang mencerminkan nilai yang tertanam dalam individu tersebut. Hal ini akan mempengaruhi prinsip yang diambil seseorang (termasuk guru) dalam pengambilan keputusan. Demikian juga, proses pengambilan yang bertanggung jawab, pengelolaan diri, kesadaran diri serta ketrampilan bersosialisasi kan mendukung penerapan semboyan Tut Wuri Handayani. Nilai-nilai kebajikan yang tertanam juga akan mempengaruhi pemilihan prinsip-prinsip pengambilan keputusan agar keputusan yang dipilih dapat dipertanggungjawabkan.

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil?

Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.


Permasalahan merupakan hal yang selalu ada, dan setiap permasalahan memerlukan suatu keputusan dalam penyelesaian. Masalah yang ada harus diidentifikasi terlebih dahulu, apakah termasuk dilema etika ataukah bujukan moral. Selanjutnya, keputusan diambil dengan langkah-langkah yang berpedoman pada prinsip-prinsip pengambilan keputusan. Hal ini dilakukan karena pengambilan keputusan berhubungan dengan masa depan seseorang, kelompok maupun lembaga (misalnya satuan pendidikan). Salah satu faktor yang dapat membantu dalam pengambilan keputusan adalah keterampilan coaching. Guru sebagai pemimpin juga harus memiliki kemampuan ini.


Selama proses identifikasi,  pembelajaran serta pendampingan melalui kegiatan coaching bersama fasilitator sangat efektif dalam membantu saya memahami materi yang ada. Contoh-contoh kegiatan coaching yang ada memberikan tambahan ilmu untuk dapat diaplikasikan di sekolah. Dengan teknik coaching, keputusan diambil dengan memperhatikan etika, nilai-nilai kebajikan universal, disesuaikan dengan visi misi dan tujuan sekolah yang berpihak pada peserta didik serta menciptakan budaya positif di lingkungan sekolah. Salah satu ciri khas teknik coaching adalah adanya prinsip kesetaraan sehingga coach tidak terkesan menggurui coachee. Hal ini akan memberikan rasa nyaman bagi coachee dalam menyampaikan permasalahan-permasalahan, menggali potensi diri hingga menemukan solusi secara mandiri. Pertanyaan-pertanyaan berbobot yang diberikan coach kepada coachee merupakan langkah efektif untuk menggali potensi coachee untuk menemukan solusi. Teknik coaching ini dapat dilakukan kepada sesama guru maupun dengan peserta didik.


Bagaimana kemapuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek emosialnya berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam pengambilan keputusan  harus senantiasa dilandaskan pada nilai-nilai kebajikan serta dilakukan dengan 9 tahap pengambilan keputusan sehingga masalah yang ada dapat dibedakan menjadi dilema etika atau bujukan moral.


Kemampuan seseorang dalam mengendalikan emosi serta membangun relasi sosial akan menumbuhkan simpati dan empati sehingga individu tersebut dapat memposisikan diri dalam berkomunikasikan dengan orang lain. Seorang guru yang memiliki rasa empati dan simpati, akan lebih peka terhadap apa yang dirasakan oleh peserta didiknya. Hal ini berdampak pada poses identifikasi masalah hingga pengambilan keputusannya akan dilakukan dengan bijak. 


Sebagai pemimpin pembelajaran, guru harus mempertimbangkan bahwa segala sesuatu harus berpusat pada peserta didik, berbasis etika dan nilai kebajikan serta berdasarkan pada empat paradigma, yaitu : 

  • Individu lawan kelompok (masyarakat), 
  • Rasa keadilan lawan rasa kasihan
  • Kebenaran lawan kesetiaan
  • Jangka pendek lawan jangka panjang

Selain berdasarkan pada paradigma tersebut, juga harus mengacu pada tiga prinsip pengambilan keputusan, diantaranya :

  • Prinsip berbasis akhir
  • Prinsip berbasis aturan
  • Prinsip berbasis rasa peduli


Dalam pengambilan keputusan, guru harus melaksanakan sembilan langkah pengambilan keputusan yang terdiri dari :

  • mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
  • menentukan pihak yang terlibat
  • mengumpulkan fakta yang relevan
  • pengujian benar salah yang terdiri atas uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji idola dan uji halaman depan koran
  • pengujian paradigma benar lawan benar
  • prinsip pengambilan keputusan
  • investigasi opsi trilema
  • membuat keputusan
  • meninjau ulang keputusan dan melakukan refleksi


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun