Mohon tunggu...
La Amu Manahaji
La Amu Manahaji Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya adalah sorang guru mulai mengabdi menjadi tenaga guru (honor Sekolah) di tahun 2006 pada SMP LKMD Tonu Jaya( SMPN.6 Huamual Belakang) Kec.Huamual Belakang Kab.Seram bagian Barat, 2007 Saya mengabdi di SD Negeri 6 Tawiri Ambon. Kemudian Tahun 2009 lulus menjadi CPNS di Kabupaten Buru dan SK P4rtama di SD Inpres Teluk Kaiely(SD Negeri 4 Teluk Kaiely). Tahun 2018 di angkat sebagai kepala Sekolah SMP Negeri 48 Buru, Tahun 2021 Mei di pindahkan ke SD Negeri 13 Namlea, Tahun 2022 Di tugaskan di SD Alhilaal 1 Namlea sampai saat ini.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Penerapan Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) dan Hubungan dengan Peran Guru di Sekolah

22 November 2023   11:03 Diperbarui: 22 November 2023   11:09 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE ) harus di miliki oleh seorang pendidik (guru) dan murid yang berperan sebagai kontrol hubungan emosional di saat proses pembelajaran, sehingga berjalan dengan lancar sesuai harapan. 

Pembelajaran sosial dan emosional tidak dapat di ajarkan secara tertulis tidak juga butuh nilai  kemudian di masukan kedalam daftar nilai. Namun sikap dan prilaku seseorang dapat kita amati di dalam kehidupan kita, baik berinteraksi di rumah, kelas, sekolah, komunitas dan di lingkungan masyarakat.

Pendidik adalah penuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. 

Pemikiran KHD tersebut mengingatkan bahwa tugas pendidik sebagai pemimpin pembelajaran adalah menumbuhkan motivasi mereka untuk dapat membangun perhatian yang berkualitas pada materi dengan merancang pengalaman belajar yang mengundang dan bermakna. Kita merencanakan secara sadar pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan murid-murid untuk mewujudkan kekuatan (potensinya).

Konsep PSE  berdasarkan kerangka CASEL tersebut dikembangkan Daniel Goleman bersama sekelompok pendidik, peneliti, dan pendamping anak. PSE berbasis penelitian ini, bertujuan untuk mendorong perkembangan anak secara positif dengan program yang terkoordinasi antara berbagai pihak dalam komunitas sekolah.

Ada 5 kerangka kompetensi sosial emosional  CASEL (Collaborative for academic, Social, and Emotional Learning) yang harus di miliki oleh pendidik ( guru ) dan murid bukan hanya teori melainkan juga secara praktik di lapangan.

1.  Kesadaran Diri 

Kompetensi kesadaran diri merujuk pada kemampuan untuk memahami perasaan, menghayati dan mengelola emosi, nilai-nilai diri sendiri, dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan.

Misalnya kesadaran diri akan kebutuhan Jasmani, dengan  membuat keyakinan sekolah atau kesepakatan sekolah dimana sebelum memasuki ruang kelas terlebih dahulu di awali dengan olahraga (senam pagi) terkecuali hari senin. 

Dok. Pribadi Senam Pagi SD Alhilaal 1 Namlea
Dok. Pribadi Senam Pagi SD Alhilaal 1 Namlea

2.  Manajemen Diri  

Setelah guru atau murid  memiliki kompetensi kesadaran diri, juga harus memiliki kompetensi manajemen diri. Kompetensi manejemen diri adalah kemampuan untuk mengendalikan diri, mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri,baik secara tindakan yang sedang dilakukan atau hendak dilakukan, baik dari aspek pikiran maupun ucapan, agar dirinya terdorong untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Banyak cara implementasi seseorang dalam meluapkan emosi. Ada yang meluapkan emosi kelelahan atau penat dalam pekerjaan dengan menenangkan diri sendirian di alam bebas yang sunyi, mengajak keluarga traveling, peknik. 

Ada dengan menenangkan diri dengan secangkir kopi sambil membaca koran, ada mendengarkan musik, ada yang bernyanyi ada yang lebih khusyuk melaksanakan ibadah kepada sang pencipta ( Tuhan Yang Maha Esa ) dan masih banyak lagi cara lainnya

Secara sederhana dalam penerapkan pengelolaan emosi guru dan murid di sekolah dengan teknik STOP (Stop, Take a Breath, Observe, Proceed ) Berhenti sejenak , hela nafas dalam-dalam, mengamati lingkungan sekitar, dan tinggalkan beralih kedalam keadaan yang lebih baik. berikut Link tutorial penerapan teknik STOP yang di ambil dari Modul 2.2 Guru Penggerak Angkatan 9. yang dapat di implementasikan di dalam kelas(sekolah) individu, komunitas, dan sosial.

https://drive.google.com/file/d/1IAB9GsR-j3ZRSUjDcKlZZ8TSnRJ11a_v/view?usp=drive_link

3.  Kesadaran Sosial

Kompetensi kesadaran sosial erat kaitannya dengan rasa empati kepada orang lain.  secara kodrat di mana manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri sendiri tanpa bantuan orang lain. Kesadaran sosial adalah kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, agama, ras, suku dan konteks yang berbeda-beda

Misalnya penerapan kesadaran sosial  guru dan murid di sekolah. Sebagai guru wajib memberikan pemahaman dan contok konkrit yang sederhana untuk di pahami oleh peserta didik terkait penerapan kegiatan kegiatan sosial yang dapat membuka wawasan peserta didik di sekolah. contoh  guru dan murid sama sama mengalang dana untuk teman yang di timpah musibah, membiasakan membantu teman di kelas ketika lupa membawa pulpen atau kebutuhan belajar lainnya, menghormati teman yang berbeda, agama, kebudayaan. 

Berikut contoh penerapan saling menghargai perbedaan suku dengan memakai baju adat masing masing siswa, serta memakai baju sesuai dengan cita cita dari peserta didik dalam rangka memeriahkan hari sumpah pemuda di jajaran SD Alhilaal 1 Namlea tahun 2023.

https://youtu.be/tFrS16em43A?si=o5FC9vi4NI1elrja

4.  Ketrampilan Berelasi

salah satu faktor yang menunjang bagi guru dan peserta didik dalam memenuhi kebutuhan yaitu memiliki ketrampilan berelasi. Manusia adalah makhluk sosial’. Kutipan tersebut berlaku sepanjang manusia menjalani hidupnya. 

Di segala aspek kehidupan, manusia selalu membutuhkan relasi, mulai dari keluarga, teman sejawat, komunitas, sekolah bahkan dalam lingkup pekerjaan dan bisnis. ketrampilan berelasi adalah kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan yang sehat dan suportif  merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. 

Ketrampilan berelasi dapat di awali dari lingkungan yang kecil, yaitu keluarga  dengan membiasakan anak kita untuk saling berkerja sama dalam pekerjaan di rumah. misalnya anak di beri tugas untuk membersihkan pekarangan rumah secara bersama sama (gotong royong), atau mencuci pakaian dan lainnya menjemur,  hal ini secara bersama-sama di lakukan dan melalui pengawasan orang tua.

Ketrampilan berelasi di kelas atau di sekolah  guru bisa membagi siswa menjadi kelompok yang di sesuaikan dengan materi pembelajaran. kemudian guru memberikan arahan untuk saling menghormati, memberikan kesempatan kepada teman untuk memberikan pendapat atau argumentasi, sehingga tujuan pembelajaran di dalam kelompok bisa terpenuhi. kedua contoh tersebut diatas kertika di lakukan berulang ulang ( kontinyu ) dapat memberikan pembiasaan kepada siswa dan akan terbawa-bawa ketika mereka sudah berbaur dengan masyarakat  kelak. 

5.  Pengambilan Keputusan yang Bertanggungjawab

Kompetensi pengambilan keputusan yang bertanggungjawab perlu di terapkan dalam setiap pribadi seseorang, Pengambilan keputusan yang bertanggungjawab yaitu kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar standar etis dan rasa aman, dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well being) diri sendiri, masyarakat, dan kelompok

Misalnya pada pemilihan ketua kelas atau ketua OSIS di sekolah, siswa di minta untuk mengambil keputusan atau berperan serta dalam pemilihan  tersebut, sebaliknya sebagai seorang kandidat memiliki tanggungjawab dalam mengambil kebijakan-kebijakan yang sesuai dengan visi misi yang telah di rancang. 

Hubungan Kompetensi Sosial dan Emosional ( KSE ) dengan filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara

KHD menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. 

KHD hendak mengingatkan pendidik bahwa pendidikan anak sejatinya menuntut anak mencapai kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan zaman. Kodrat alam meliputi bawaan dari lahir atau genetik, lingkungan dan keluarga. Kaitannya dengan Implementasi Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE ) yaitu merujuk pada pembelajaran yang berpihak pada murid sesuai dengan kodrat alamnya.   

Sedangkan kodrat zaman yakni pendidikan saat ini menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad 21. Artinya murid di hadapkan dengan pembelajaran berbasis IT (Komputer) misalnya pembelajaran secara online. Kaitannya dengan Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) adalah Pembelajaran di sesuaikan dengan karakteristik dan minat anak.  

Kodrat zaman berupa emosi anak dalam mencapai impian atau cita-cita didasari melalui interaksi dengan lingkungan serta media-media elektorinik dan virtual lainnya. Dulu banyak anak anak termotifasi ingin menjadi guru, dokter, bidan, polisi, tentara, kantoran dan lain-lain. Namun perkembangan zaman telah merubah, emosi anak anak juga mulai beralih ingin menjadi desainer, creator, selebtok, selebgram, gemer, tiktok, youtuber dan lain-lain.

Hubungan Kompetensi Sosial dan Emosional ( KSE ) dengan Nilai dan Peran Guru Penggerak

Lumpkin (2008), menyatakan bahwa guru dengan karakter baik mengajarkan murid mereka tentang bagaimana keputusan dibuat melalui proses pertimbangan moral. 

Guru ini membantu muridnya memahami nilai-nilai kebaikan dalam diri mereka sendiri, kemudian mereka mempercayainya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari siapa mereka, hingga kemudian mereka terus menghidupinya. Guru dengan karakter yang baik  kemudian mampu mengimplementasi kompetensi sosial dan emosional dapat melestarikan nilai-nilai kebaikan di tengah masyarakat melalui murid-murid mereka. 

Nilai dan Peran Guru Penggerak adalah sebagai berikut :

  • Menjadi pemimpin pembelajaran
  • Menjadi coach bagi  guru lain
  • Mendorong kolaborasi
  • Mewujudkan kepemimpinan murid ( Student Agency )
  • Menggerakkan komunitas praktisi

Kaitan kompetensi sosial dan emosional (KSE) dengan nilai peran guru penggerak antara guru dengan murid yaitu menjadi pemimpin pembelajaran dan mendorong kolaborasi. 

Artinya guru mampuh mengimplementasi filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara yaitu filosofi among, ing ngarso sung tulado (menjadi teladan, memimpin, contoh kebajikan, patut ditiru atau baik untuk dicontoh oleh orang lain perbuatan kelakuan sifat dan lain-lainnya), ing madya mangun karsa (memberdayakan, menyemangati, membuat orang lain memiliki kekuatan, kemampuan, tenaga, akal, cara, dan sebagainya demi memperbaiki kualitas diri mereka), serta tut wuri handayani (mempengaruhi, memelihara, dan memprovokasi kebajikan serta kualitas positif lain agar orang lain bertumbuh dan maju). 

Hubungan Kompetensi Sosial dan Emosional ( KSE ) dengan Visi Guru Penggerak

Seorang guru penggerak tentu memiliki visi. Visi tersebut harus di implementasikan dan di sesuaikan dengan kondisi sekolah serta karakteristik peserta didik, sehingga visi tersebut dapat mengakomodir seluruh persoalan. 

Dalam penyusunan visi dan misi sekolah tentu memiliki tahapan-tahapan, dalam tahapan tersebut perlu Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) sehingga  dalam perumusan guru perlu mengontrol emosi, ego, beda pendapat, dan lain-lainnya. Guru tidak harus mengutamakan prinsipnya atau pandangannya perlu ada kolaborasi dengan rekan sejawat, orang tua, komite serta melibatkan siswa atau bersosial eksperimen mendengarkan keluhan siswa  sehingga tercapai sebuah visi misi yang mewakili seluruh kepentingan warga sekolah.

Hubungan Kompetensi Sosial dan Emosional ( KSE ) dengan Budaya Positif di Sekolah

Budaya positif di sekolah memberikan inspirasi dan pencerahan kepada guru dan murid dalam berperilaku, Apalagi guru yang memiliki tugas yang yang cukup berat dalam memanausiakan manusia, memberikan segenap jiwa dan raga untuk mencerdaskan generasi generasi penerus bangsa  yang memiliki latar belakang dan karakteristik yang berbeda. Disimilah budaya positif di sekolah mengontrol guru dan murid untuk selalu berkolaborasi dan bersinerji membentuk kesepakatan atau keyakinan bersama.  Di sinilah peran Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) di praktekan.

Hubungan Kompetensi Sosial dan Emosional ( KSE ) dengan Pembelajaran Berdeferensiasi

Pembelajaran berdeferensiasi merupakan bagian tak terpisahkan dengan pembelajaran yang berpihak pada murid, baik pada konten, proses maupun produknya yang di hasilkan semua berpihak pada  minat murid. Banyak konsep tentang konten, proses dan produk yang harus guru persiapkan dalam menciptakan pembelajaran yang berpihak kepada murid kolaborasi dan kerjasama mutlak di butuhkan dalam pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai. 

Dalam proses pembelajaran tersebut Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) sangat di butuhkan oleh guru dan siswa guna tercipta kolaborasi yang santun dan berpihak kepada murid. Guru menyesuaikan kebutuhan murid, bukan  murid mengikuti maunya guru. KSE menjadi pengendali antara kebutuhan belajar murid dan kemampuan guru dalam memenuhi kebutuhan tersebut.

Demikian Uraian singkat terkait implementasi dan hubungan Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) dengan beberapa aspek yang terkait dengan proses pembelajaran. Bukan guru atau siswa yang ego atau mengalah namun Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) merupakan sarana kolaborasi untuk memenuhi tujuan pembelajaran yang di inginkan. Terimakasih.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun