penipuan digital yang berbentuk sebuah file. Modus tersebut dilakukan dengan cara berpura-pura menjadi kerabat yang mengundang agar target datang ke acaranya. Undangan yang dikirim melalui pesan tersebut berbentuk file pdf. Dimana jika seseorang membuka file tersebut semua data yang ada pada perangkatnya akan tertransfer ke perangkat si pelaku. Kasus ini berawal dari media sosial Whatsapp yang kemudian menyebar ke Instagram dan Facebook.
Beberapa bulan belakangan ini masyarakat Indonesia dihebohkan dengan modusDengan kemajuan teknologi saat ini tentu memudahkan para pelaku penipuan dalam melakukan aksinya. Semakin maju teknologi, semakin maju pula trik penipuan di internet. Maka dari itu, saya akan memberitahukan 2 hal yang dapat kita lakukan untuk mencegah kejahatan digital.
Hal pertama yang dapat kita lakukan adalah mengenali macam-macam kejahatan digital yang sering terjadi. Kejahatan-kejahatan tersebut antara lain:
1. Phising
Modus penipuan dengan mengelabui korban yang biasanya terjadi melalui pesan teks, panggilan telepon, email palsu, situs web palsu serta media sosial. Modus penipuan ini berisikan kabar membahagiakan maupun menyedihkan, ajakan bekerjasama, penyebaran link palsu hingga lowongan pekerjaan.
2. Impersonation
Modus penipuan yang terjadi saat melakukan transaksi melalui mobile ataupun internet banking dengan menggunakan jaringan wifi umum. Modus ini dapat mencuri data-data pribadi kita melalui jaringan yang bisa membuka jalan untuk mendapatkan PIN atau kode keamanan lainnya.
3. Malware
Perangkat lunak yang dirancang untuk merusak, mengganggu, atau mencuri data dari sistem komputer atau perangkat lainnya tanpa izin pengguna. Malware memiliki berbagai bentuk diantaranya virus, worm, trojan, ransomware, dan spyware.
4. Cyberbullying
Tindakan kekerasan yang dilakukan secara online seperti penindasan, intimidasi atau pelecehan guna menyakiti, merendahkan atau mengancam orang lain.
5. Money Mule
Kejahatan yang melibatkan seseorang untuk bisa memindahkan uang hasil kejahatannya dari satu rekening ke rekening lain. Dimana seseorang tersebut secara sukarela memberikan datanya karena ingin menghasilkan uang dengan mudah. Hal ini disebabkan oleh tindakan pelaku yang sering menawarkan "uang cepat" untuk berpartisipasi dalam skema penipuan yang direncanakannya.
Selanjutnya, hal yang dapat kita lakukan adalah mencari dan mengamati apa yang sebenarnya terjadi pada korban-korban dari banyaknya kejahatan digital saat ini. Menurut saya, hal tersebut bisa terjadi karena rendahnya tingkat literasi digital di Indonesia. Masih banyak masyarakat yang belum memahami betapa pentingnya kemampuan literasi digital di kehidupan saat ini. Sebagaimana laporan data dari Institute for Management Development (IMD) dalam World Digital Competitiveness 2022 bahwa ranking Indonesia berada pada urutan 51 dari 63 negara.
Tentu tidak mudah bagi semua orang untuk memahami digitalisasi saat ini. Terutama bagi orang tua atau kakek nenek kita yang berada pada generasi baby boomer (1946-1964) dimana mereka dicirikan sebagai generasi yang kurang menguasai teknologi dan kurang suka dikritik oleh orang lain. Sedikit berbeda dengan generasi X (1965-1980), walaupun mereka disebut sebagai digital immigrant tetapi mereka mampu bersifat adaptif dalam menghadapi perubahan yang terjadi.
Lalu bagaimana caranya agar mereka bisa menghadapi digitalisasi saat ini?
Semua orang tentu tidak suka jika dikritik oleh orang lain. Maka, cara terbaiknya adalah dengan memberitahu secara perlahan kepada mereka menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Setelah itu berikan contoh yang praktis dan libatkan mereka dalam pengalaman langsung. Kunci keberhasilannya adalah kita harus tetap bersikap sabar dan empati kepada mereka. Dengan itu, nantinya mereka lama kelamaan akan mengerti dan memahami apa yang kita beritahu.
Memiliki literasi digital yang baik dapat menguntungkan kita?
Ya benar sekali. Memiliki kemampuan literasi digital yang baik tentu akan memudahkan kita dalam kehidupan sehari-hari di era digital saat ini. Dengan kemampuan ini, kita dapat menjadi seseorang yang mengerti betapa pentingnya melindungi privasi dan memberikan keamanan pada perangkat yang kita miliki, menjadikan kita pengguna media sosial yang bijak karena sudah memahami bagaimana cara beretika yang baik di media online, tidak mudah terhasut informasi hoax karena sudah mengerti bagaimana mencari dan memilah informasi yang baik dan benar, serta dapat meningkatkan kreativitas pada diri kita.
Sekarang kita sudah mengetahui betapa berbahayanya kejahatan digital dan betapa pentingnya peran literasi digital saat ini. Sudah banyak korban yang dirugikan oleh kejahatan digital. Maka dari itu, mari tetap waspada dalam menghadapi digitalisasi saat ini.
Nah, tunggu apa lagi? Ayo tanamkan budaya literasi digital pada diri kita serta ajaklah keluarga kita untuk ikut serta dalam meningkatkan kemampuan literasi digital di Indonesia.
Menolak Kejahatan Digital, Memulai Menggunakan Media Sosial yang Bijak.
#salamliterasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H