Mohon tunggu...
La Dayoni Juhuli
La Dayoni Juhuli Mohon Tunggu... Jurnalis - @ladayonijuhuli

La Dayoni Juhuli, Lahir di Hendea, Kec. Sampolawaa, Kab. Buton Selatan, Prop. Sulawesi Tenggara. Alumni SMA Negeri 2 Lasalimu Selatan. Kontak FB : La Dayoni Juhuli, IG : @ladayoni

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Zona Merah Di Tanah Desa Hendea

14 Oktober 2021   18:11 Diperbarui: 25 Februari 2024   22:47 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Atau yang populer dengan istilah sertifikasi tanah.

Program ini  bertujuan melakukan pendaftaran tanah yang belum terdaftarkan diseluruh wilayah republik Indonesia


Langkah ini dimungkinkan bisa meminimalisir konflik agraria. Memberi jaminan kepastian dan perlindungan hukum kepada warga negara atas tanah miliknya. 

Tahapannya juga cukup baik. Dimulai dari penyuluhan, pendataan, pengukuran, sidang panitia pemeriksa tanah A atau panitia A dan terakhir penerbitan sertifikat.

Dalam pelaksanaanya pertanahan akan bersama-sama aparat desa/kelurahan setempat untuk melakukan pemeriksaan, penelitian dan pengkajian data fisik maupun yuridis bertujuan untuk mendapatkan kebenaran formal dalam rangka pemberian hak.


Sejak terbitnya Permen dan Inpres sertifikasi tanah oleh kementerian yang kini di komandoi Agus Harimurti Yudhoyono.

Ikut juga menjangkau tanah warga di desa Hendea, Kecamatan Sampolawa, Buton Selatan pada awal tahun 2021 lalu.


Ironisnya, sejumlah masyarakat yang hendak mendaftarkan lahan miliknya untuk di sertifikasi justru ditolak.

Juru ukur batal melakukan pengukuran pada sejumlah lahan di antaranya di area Noo, Singku, Langira, Soroa, Kabuko Mata, Konto. Padahal sejumlah  lahan tersebut, telah di olah  sejak Indonesia belum merdeka.

Seharusnya lahan tersebut diatas , menjadi objek prioritas dalam  program sertifikasi sebagaiamana amanat dan semangat PTSL Kementerian ATR/BPN itu sendiri.

Warga di desa Hendea keberatan, mengapa negara menolak memberi sertifikat atas tanah yang mereka sudah olah sejak ratusan tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun