Mohon tunggu...
La Dayoni Juhuli
La Dayoni Juhuli Mohon Tunggu... Jurnalis - @ladayonijuhuli

La Dayoni Juhuli, Lahir di Hendea, Kec. Sampolawaa, Kab. Buton Selatan, Prop. Sulawesi Tenggara. Alumni SMA Negeri 2 Lasalimu Selatan. Kontak FB : La Dayoni Juhuli, IG : @ladayoni

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Sejarah Kelahiran Desa Hendea

27 Juni 2020   09:22 Diperbarui: 23 Februari 2024   23:53 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KALIMBOLIMBO, terletak sekitar tiga kilometer bagian utara benteng Sangia Yi Gola di Katolemando. Kalimbolimbo mulanya merupakan sebuah kawasan pertanian yang masuk ke dalam wilayah hukum komune adat Katolemando.


Seiring waktu  jumlah penduduk  bertambah dan oleh migrasi dari komune lain yang mencari penghidupan. Kalimbolimbo berubah menjadi  pemukiman yang  berkembang sama besar dengan Katolemando. 

Pun begitu kehidupan di Kalimbolimbo belum memiliki sebuah pemerintahan (adat). Segala-gala persoalan sosial maupun persoalan adat selalu di rujuk ke Katolemando untuk mendapat keputusan.

Satu keunggulan dari Kalimbolimbo ini, dia terkenal subur dan aman. Kabar itu menjadi pemantik bagi orang lain untuk ikut bermukim disana. Ceritanya, mirip-miriplah dengan kisah peradaban Mesopotamia. Kesuburan tanah Mesopotamialah yang mendorong orang-orang Sumeria bermigrasi disana dan membangun peradaban pertama 5000 tahun yang lalu.

Galampa Baru Desa Hendea/dokpri
Galampa Baru Desa Hendea/dokpri
Pada suatu hari. Orang-orang Kalimbolimbo ini akhirnya mendirikan Galampa sendiri. Artinya, mendirikan pemerintahan (adat) sendiri. Sebuah musyawarah berlangsung singkat dan sederhana di sebuah halaman rumah salah satu tokoh masyarakat Kalimbolimbo.

Yah, isi dalam musyawarah itu ibarat sebuah proklamasi. Pernyataan sikap untuk berpisah dari Katolemando dan  mendirikan pemerintahan adat sendiri. 

Tokoh-tokoh pemrakarsanya, ini antara lain: Amatompa, Amsamente, Amtowajo, Amgorinda, Ambadiru, Amjangingi, Amcilogo, Amjalangi, Amdausu dan lain-lain.

Proklamasi Kalimbolimbo hari itu tersiar. Sampai juga ke telinga Istana Sultan Buton. Tepatnya sebenarnya peristiwa itu dilaporkan oleh dewan adat Katolemando dengan tuduhan guali. Arti guali dalam bahasa Indonesia adalah makar. Atau pengambilalihan kekuasaan.

Pihak Kesultanan pun melakukan investigasi lapangan. Tokoh Kalimbolimbo beralibi mereka tidak melakukan makar seperti yang di sangkakan. Akan tetapi hanya ingin terpisah dari Katolemando dengan membuat pemerintahan adat sendiri. 

Sultan Buton rupanya mempertimbangkan dan memperhatikan keinginan tokoh Kalimbolimbo. Dengan struktur pemerintahan pertama  seperti berikut: Amgorinda sebagai Parabela, Amdausu sebagai Moji, Amcilogo sebagai Waci dan Amjangingi sebagai Pandesuka. 

Melihat syarat sah berdirinya sebuah Komune baru sudah terpenuhi (Wliayah, rakyat dan pemerintahan) Pihak Istana pun merestui. Dan nama filosofi Hendea kemudian dipakai untuk menandai daerah baru tersebut.

Banyak riwayat berkisah secara lisan tentang hal ihwal penyebab pemisahan Hendea dari Katolemando itu. Mereka sesuara menyebut terpisahnya Hendea akibat dari akumulasi rasa saling mengecewai antara tokoh kedua belah pihak. Namun intrik  ini barangkali terlalu kusut benang merahnya untuk dapat di urai.

Hari-hari berlalu. Warga komune Hendea hidup rukun, subsisten, aman dan tenteram di tengah alam yang rimbun. Walau dalam banyak riwayat pernah juga berbagai dinamika sosial seperti gangguan fisik di lakukan oleh Komune lain mewarnai kehidupan orang Hendea. Misalnya seperti kisah heroik Amtowajo cs di lembah Sampolawa. Atau kisah Amwambua dan seseorang jawara pendatang dalam tragedi rambiano ganda

Memasuki tahun 1966.  Peristiwa perpindahan.  Situasi tahun itu sempat membuat orang-orang Hendea tercerai berai. Hidup susah. Kemiskinan dan kelaparan melanda. Peristiwa itu terjadi setelah lima tahun terbentuknya Kabupaten Buton. Penguasa baru bernama Indonesia dengan ABRI dan hansip sebagai kaki tangan memaksa semua penduduk Kabupaten Buton agar bermukim dekat jalan raya. Kampung Hendea menjadi salah satu dari sekian kampung yang kena imbas kebijakan tersebut. Hendea yang berada empat kilometer dari jalan raya dengan paksa harus pindah.

Dengan hati berat. Meninggalkan segala-galanya, rumah, harta, tanah, tanaman, hewan peliharaan dan tentu saja juga meninggalkan banyak kisah dan kenangan. Orang-orang Hendea bermigrasi ke dekat jalan raya di sisi utara Sandang Pangan. Orang-orang Sandang Pangan jugalah sebenarnya yang memfasilitasi orang-orang Hendea di situ.  Mulai dari tempat pemukiman baru hingga tanah untuk bertani.

Ditempat baru inilah, peradaban berlanjut. Orang-orang Hendea mulai mengenal sistem pemerintahan moderen dalam wilayah NKRI, di Propinsi Sulawesi Tenggara, Kabupaten Buton, Distrik Sampolawa, Desa Sandang Pangan, Dusun Hendea.

Tanggal 30 Juni 1997 Hendea naik status menjadi sebuah desa lewat  keputusan gubernur Sulawesi Tenggara.

Desa Hendea sekarang adalah desa di Buton Selatan yang berbatasan langsung dengan Buton dan Baubau, kurang lebih 54 km dari ibu kota kabupten, Batauga. Atau kurang lebih 17 km dari ibu kota kecamatan, Sampolawa.

Sebelah utara berbatasan dengan desa Kaongke-ongkea (Kabupaten Buton). Sebelah timur berbatasan dengan pasar Wajo (Kabupaten Buton). Sebelah barat berbatasan dengan Sorawolio (Kota Baubau)  dan sebelah selatan berbatasa dengan desa Sandang Pangan.

Data PKD menyebut, Desa Hendea memiliki Lahan pemukiman seluas  120 hektar. Lahan perkebunan/pertanian seluas 330 hektar. Dan kawasan hutang lindung seluas 400  hektar.

Sejak 1997 Hendea sudah tiga kali melakukan peralihan kepemimpinan. Pertama, Pelaksana Jabatan Kepala Desa Amaijuri (1997-1998). La Alinja (1998-2006). Jamaluddin (2007-2013). La Ali (2013- 2019) dan (2019-sekarang).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun