Mohon tunggu...
karima zen
karima zen Mohon Tunggu... -

learn to write, write to learn

Selanjutnya

Tutup

Politik

Siapa Presiden Bencana Berikutnya?

5 Maret 2014   10:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:13 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gempa dan Tsunami

Sejak awal masa Presiden SBY, negeri inibanyak dirundung bencana.Baru dua bulan menjabat Kepala Negara, tsunami menghantam Aceh, Nias, dan sekitarnya. Tsunami ini juga ke negeri-negeri tetangga. Lebih dari 283.106 orang meninggal, kerusakan infrastruktur parah terjadi hampir di seluruh pesisir Aceh. Ekonomi dan kehidupan sosial dapat dikatakan lumpuh total. Kengerian dampak bencana ini masih hangat dalam ingatan masyarakat Indonesia. Apalagi yang mengalami dan/atau melihat langsung di lapangan; baik korban maupun relawan.

Selang tiga bulan kemudian, Sumatera kembali diguncang gempa. Gempa berkekuatan 8,7 skala richter, konon terasa sampai ke Bangkok Thailand. Sedikitnya 1.346 jiwa menjadi korban bencana ini. Masih terkait gempa, hanya berselang satu tahun, Yogyakarta dan Selatan Jawa Tengah juga diguncang gempa hebat. Sebanyak 6.234 jiwa menjadi korban peristiwa ini. Sama seperti halnya pada bencana tsunami Aceh, peristiwa ini juga menarik solidaritas dunia. Barangkali di sini lah pertama kali diperkenalkan rumah kubah (dome) tahan gempa di Indonesia. LSM WANGO (World Association of Non-Governmental Organization) dan DFTW (Domes for The World Foundation) yang membawa model rumah ini ke Yogyakarta. Saat ini Desa Ngelepen, Prambanan, Sleman menjadi salah satu lokasi wisata menarik.

Bencana gempa bumi kembali terjadi pada 30 September 2009 di Sumatera Barat. Beberapa wilayah mengalami dampak yang cukup parah antara lain Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Pariaman, Kota Bukittinggi, Kota Padangpanjang, Kabupaten Agam, Kota Solok, dan Kabupaten Pasaman Barat. Korban kembali jatuh. Sebanyak 1.117 jiwa meninggal dunia, 1.214 luka berat, dan 1.688 luka ringan.

Letusan Gunung Berapi

Salah satu gunung berapi teraktif di dunia, Gunung Merapi, meletus pada 26 Oktober 2010. “Wedhus Gembel”, sebutan lokal untuk luncuran awan panas Merapi, dan material vulkanik yang disemburkan Merapi merenggut sedikitnya 353 korban jiwa. Mbah Marijan, juru kunci legendaris Gunung Merapi termasuk salah satu korban meninggal. Banjir lahar hujan pasca letusan menimbulkan dampak yang luas baik di Kota Yogyakarta, Magelang, Boyolali, dan sekitarnya.

Awal September 2013 – akhir Januari 2014, Gunung Sinabung meletus. Pengungsi mencapai 20.000-an jiwa. Korban jiwa sebanyak 14 orang meninggal, dan 3 lainnya mengalami luka-luka. Korban jiwa terjadi diduga karena warga melanggar larangan memasuki zona bahaya. Peristiwa ini sempat menimbulkan pro dan kontra mengenai penetapan letusan Sinabung sebagai bencana nasional, serta gerakan unfollow @SBYudhoyono.

13 Februari 2014, erupsi Gunung Kelud menyemburkan material vulkanik setinggi 17 km. Tujuh bandara di Jawa Tengah dan Jawa Timur ditutup. Suara letusan gunung ini terdengar hingga ke Jawa Tengah dan DIY. Korban jiwa karena dampak langsung awan panas tidak ada. Tercatat total ada tujuh orang meninggal akibat erupsi Gunung Kelud. Korban tewas akibat tertimpa bangunan dan penyakit yang disebabkan abu vulkanik (sumber: Tempo). Jumlah pengungsi letusan Kelud diperkirakan mencapai 87.629 jiwa (TribunNews).

Banjir & Longsor

Awal 2014, banjir bandang melanda Manado, Tomohon, Minahasa Utara, dan Minahasa, Sulawesi Utara. Wilayah terparah terkena dampak banjir bandang adalah Manado. Puluhan ribu orang menjadi korban dan melakukan pengungsian. Banjir bandang ini juga mengakibatkan puluhan ribu rumah mengalami kerusakan. Selain itu, banjir bandang menyebabkan kerusakan pada sarana dan prasarana di wilayah yang terkena bencana. Bencana ini menelan kerugian dengan perkiraan sebesar Rp1,8 triliun.

Banjir juga melanda Jakarta dan kawasan pantai utara Jawa. Banjir baik di Jakarta maupun kawasan pantai utara selain disebabkan oleh faktor alam yaitu curah hujan yang tinggi, juga karena penyempitan jalur sungai serta semakin sempitnya area serapan air alami. Banjir yang hampir melumpuhkan transportasi ibukota dan jalur pantura ini memicu munculnya berbagai wacana. Faktor manusia menjadi salah satu kontributor terbesar rutinitas banjir yang terjadi.

Siapa Presiden Bencana Berikutnya?

Peristiwa-peristiwa bencana tersebut tak urung menyebabkan beberapa pihak menyatakan SBY sebagai faktor penyebab. Silahkan tanya Mang Google dengan keyword “SBY AND Bencana”, maka akan keluar berita-berita terkait opini tersebut. Baik pandangan-pandangan yang berbau mistis & paranormal sampai dengan ‘akademis’ bercampur aduk. Termasuk kritikan dan hujatan terhadap SBY sebagai penanggungjawab tertinggi keselamatan rakyat Indonesia.

Isu yang seharusnya lebih dikedepankan, tetapi kurang terliput adalah kesadaran bahwa negeri ini memang rawan bencana. Keberadaan Indonesia di jalur cincin api menyebabkan kerawanan letusan gunung berapi yang cukup tinggi. Karakteristik pegunungan yang terjal juga berpotensi terhadap longsoran dan banjir bandang. Di sisi lain, posisi pertemuan lempeng Benua Asia – Australia juga menjadi kerawanan bencana tersendiri. Gempa tektonik dan tsunami hanya soal waktu.

Patut diapresiasi, bahwa pada masa Pemerintahan SBY kesadaran kerawanan bencana berkembang dengan baik. BNPB dan BPBD menjadi akrab di telinga kita. Terminologi tanggap darurat, pemulihan, dan sebagainya lebih dekat dengan kesadaran kita. Pemetaan daerah rawan bencana dilakukan oleh hampir setiap Pemerintah Daerah. Kesadaran dan kesiagaan komponen-komponen pemerintah dan masyarakat terhadap kerawanan bencana terus berkembang.

Kalau kita berpikir terbalik, alih-alih menganggap beliau sebagai penyebab bencana; jangan-jangan SBY sebenarnya adalah takdir Tuhan untuk hadir dalam masa bencana sepanjang 2004 – 2014 ini? Jika bukan SBY Presiden pada masa ini, tidak ada jaminan penanganan bencana dilakukan lebih baik. Meskipun masih banyak kritikan terhadap upaya Pemerintah sampai saat ini, PBB pun mengapresiasi penanganan bencana nasional. Presiden memperoleh penghargaan Global Champion on Disaster Risk Reduction (AntaraNews).

Pada sisi lain, terus terang saya takut mengungkapkan ini. Bagaimana kalau bencana-bencana yang sudah terjadi hanya merupakan peringatan awal atas sesuatu yang lebih besar pada periode berikutnya? Kita tahu bahwa gempa tektonik dan gunung berapi memiliki korelasi kuat. Potensi pelepasan energi yang tersimpan pada titik-titik pertemuan lempeng benua masih sangat potensial terjadi. Hanya soal waktu. Kita tahu juga bahwa perubahan cuaca ekstrim teridentifikasi di seluruh dunia. Jangan-jangan masa jabatan Presiden SBY ini memang untuk meletakkan fondasi manajemen pengelolaan bencana yang lebih baik? Ah! Seems scary, isn’t it?

Problemnya, dari seluruh tokoh nasional yang saat ini sering disebut-sebut calon Presiden RI 2014 – 2019, siapa yang concern soal bencana? Atau memiliki record kuat dalam penanganan bencana pada level & area of work-nya masing-masing? Ayo cermati siapa yang akan menjadi Presiden Bencana berikutnya! Presiden Bencana, Presiden yang memiliki concern dan kemampuan mengelola negeri yang rawan bencana ini.

Sumber-sumber referensi lain:


  1. http://nasional.inilah.com/read/detail/2075013/sby-presiden-paling-sering-dihampiri-bencana#.UxYIzoXORgh
  2. http://news.liputan6.com/read/760184/rumah-dome-desa-wisata-di-prambanan-sleman
  3. http://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_Sumatera_2005
  4. http://id.wikipedia.org/wiki/Letusan_Merapi_2010
  5. http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Sinabung

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun