Sebanyak 17 ormas Islam yang tergabung dalam Forum Persaudaraan Ormas Islam (FPOI) mengadakan pertemuan di Kantor Pusat PBNU, 15 April 2014. Peristiwa ini konon menghasilkan kesepakatan untuk segera menggelar pertemuan denganpartai politik berbasis massa ummat Islam. Tidak banyak yang diungkap media mengenai hasil lebih rinci dari pertemuan tersebut.
Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siraj mengatakan, pertemuan tersebut tidak membahas apa-apa, hanya melakukan silaturahmi (aktual.co). Djan Faridz yang hadir dalam kapasitasnya sebagai pengurus PBNU justru mengaku hanya melakukan pembahasan ayat Al-quran. "Tadi pembahasan masalah ayat al-quran. Sudah itu, ayat al-quran mengenai Muhamadiyah dan NU. Supaya ke depan itu menentukan tanggal Lebaran mesti bersama-sama. Sudah enggak ada lagi," tandasnya. (Okezone).
Sementara itu Din Syamsuddin mengatakan,“Sebelum Pileg partai politik berbasis massa Islam banyak diprediksi akan terpuruk, tapi hasilnya sebaliknya. Ini berarti Allah masih mencintai kita, dan ini harus kita syukuri bersama-sama.” Beliau juga menambahkan, sebagai wujud syukur, ormas Islam harus bersatu untuk bersama-sama memperjuangkan kepentingan ummat. "Kebersamaan kita adalah bagian dari ukhuwah. Dan sesungguhnya tidak ada perbedaan di antara ormas Islam," lanjutnya. (Kompas).
Jika hanya menilik pemberitaan media, maka nampak tidak ada keputusan signifikan yang dihasilkan oleh pertemuan 17 ormas Islam ini. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan adanya kesepakatan yang lebih substansial terkait dengan rekomendasi terhadap ummat Islam dan partai berbasis massa ummat Islam dalam menghadapi Pilpres 2014.
Hasil pemilu legislatif 9 April kemarin mengindikasikan perolehan partai-partai berbasis massa ummat Islam ini memperoleh dukungan yang cukup baik. Merujuk hasil quick count RRI yang dirilis melalui detik.com; perolehan PKB, PKS, PAN, PPP, dan PBB secara keseluruhan mencapai 31,77%. Perolehan suara ini lebih dari cukup untuk membentuk koalisi dan mengusung calon presiden yang dinilai mampu membawa aspirasi ummat Islam.
Aspirasi agar partai politik berbasis massa ummat Islam berkoalisi dan mengusung capres – cawapres sendiri diserukan antara lain oleh ormas Islam yang tergabung Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI). Tiga pernyataan yang disampaikan oleh FUI ini adalah (1). meminta partai politik Islam agar berkoalisasi untuk mengusung calon presiden dan calon wakil presiden yang akan maju ke Pemilihan presiden 9 Juli 2014.; (2). FUI menyebutkan dengan berkoalisinya seluruh partai politik Islam, akan menjadi momentum dalam mempersatukan aspirasi umat muslim di seluruh Indonesia dalam rangka mewujudkan NKRI "bersyariah"; (3). FUI menilai bahwa jika pimpinan parpol tidak merespon aspirasi ormas dan umat Islam ini, maka kepercayaan kepada parpol Islam akan luntur dan melukai mayoritas masyarakat muslim Indonesia. Sumber: AntaraNews.
Ketua Umum PBNU tidak sependapat dengan wacana pembentukan poros baru partai politik berbasis Islam seperti poros tengah pada tahun 1999. Beliau beranggapan hal ini dapat menimbulkan dikotomi islam – non islam yang berkesan primordial. Lebih jauh, Ketua Umum PBNU ini mengatakan hubungan antara agama dan negara sudah selesai di Indonesia sehingga tidak relevan lagi dikotomi antara kelompok agama dengan kelompok nasionalis. "Di Indonesia, persoalan mendasar kenegaraan tersebut sudah selesai, tinggal bagaimana menyejahterakan rakyat." (Kompas).
Dari kalangan parpol, PAN juga tidak tertarik wacana koalisi partai-partai berbasis massa Islam untuk mengajukan calon presiden dan wakil presiden pada Pemilihan Presiden 9 Juli 2014. Ketua Komite Pemenangan Pemilu Nasional (KPPN) DPP PAN Joncik Muhammad, pembangunan bangsa sulit dilakukan jika masih terdapat upaya mengotak-ngotakkan koalisi antara partai nasionalis dan partai Islam (Kompas). Sementara PKB, nampaknya cenderung pragmatis dalam berkoalisi.
Perolehan suara partai politik berbasis massa Islam memang sekilas ‘menggiurkan’ untuk membentuk sebuah koalisi alternatif. Namun demikian, kalkulasi politik secara realistis nampaknya juga tidak mendukung. Ketiadaan figur kuat yang dapat diusung, ketiadaan visi yang selaras, dan relasi antar pemimpin parpol yang tidak cukup solid menjadi hambatan besar bersatunya parpol berbasis massa Islam. Seandainya pun partai politik berbasis massa Islam ini mampu berkoalisi, siapa yang akan diusung sebagai capres/cawapres dan bagaimana mekanisme penetapannya? Hal ini nampaknya justru akan menjadi bibit ketegangan yang lebih besar, karena masing-masing tentu merasa memiliki elektabilitas yang lebih baik dan lebih otoritatif memimpin ummat.
Akhir kata, wacana koalisi ‘hijau’ yang disuarakan beberapa kalangan belakangan ini nampaknya memang hanya utopia belaka dalam dinamika politik saat ini. Pertemuan 17 ormas yang diisukan akan mengajak pimpinan parpol berbasis massa Islam nampaknya memang hanya silaturrahmi saja. Romantisme kekuatan politik ummat islam tahun 50-an memang hanya akan menjadi romantisme sejarah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H