Mohon tunggu...
Anggelina Debora Tarigan
Anggelina Debora Tarigan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ekonomi Dan Bisnis Universitas Tanjungpura

hanya mahasiswa biasa yang mencoba untuk menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Remaja, Aset yang Luar Biasa bagi Sastra Indonesia

15 Mei 2020   20:55 Diperbarui: 15 Mei 2020   21:16 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perkembangan zaman yang semakin maju mendorong setiap individu untuk ikut maju. Hal ini tentu juga mempengaruhi budaya yang ada di Indonesia, zaman yang semakin modern ini membuat orang lebih mudah untuk mengakses dunia luar. 

Sekarang ini sedang maraknya K-pop, yang mana paling banyak diminati oleh remaja perempuan, tidak terkecuali Indonesia. Hal tersebut tentu saja mempengaruhi budaya Indonesia, karena minat baca dan bahasa yang mulai berkurang dan berubah.

Banyak remaja yang mulai melupakan sastra dan lebih memilih untuk mempelajari budaya asing. Tentu saja hal tersebut dapat melunturkan sastra Indonesia. Sebagaimana yang kita ketahui remaja merupakan generasi penerus bangsa, yang mengambil bagian besar bagi kemajuan bangsa terutama bagi sastra Indonesia agar terus bertahan. 

Remajalah yang bisa membuat sastra tetap terus bertahan dari perkembangan zaman. Tentunya efek berkembangnya zaman menimbulkan keterbukaan informasi menjadikan remaja sekarang sanggup menjadikan sastra sebagai bagian dari gaya hidup dan kebanggaan mereka. Hal ini dikarenakan pandangan orang tentang sastra dulu dan sekarang sangat berbeda.

Sastra yang disukai remaja rata-rata didominasi oleh karya bergenre teenlit dan chicklit yang kisahnya adalah seputar remaja. Hal tersebut tentunya dapat dijadikan peluang besar untuk mengembangkan sastra dalam kehidupan remaja. Sudut pandang mengenai karya sastra bergenre teenlit dan chicklit memiliki tema yang lebih didominasi oleh kisah percintaan remaja. 

Tentu saja hal tersebut memberikan sisi positif dan sisi negatif, sisi positifnya adalah remaja menjadi lebih gemar membaca dan mencintai sastra. Akan tetapi sisi negatifnya adalah budaya-budaya asing yang sering ditonjolkan dalam teenlit maupun chicklit tentu saja sangat bertolak belakang dengan keadaan negara kita pada saat ini.

Di dalam KBBI pengertian remaja adalah mulai dewasa, di usai remaja inilah mereka mulai memiliki ketertarikan kepada lawan jenis dan rasa ingin tahu yang besar akan hal baru. Ketertarikan ini memiliki arti bertemunya laki-laki dan perempuan yang saling jatuh cinta dan saling membuat komitmen dengan perasaannya masing-masing, atau biasa dikenal dengan nama pacaran. 

Pacaran bagi remaja merupakan sebuah trend, yang mana jika mereka memiliki status berpacaran maka mereka akan dihargai ataupun diterima oleh kelompoknya. Tentunya hal tersebut banyak diangkat dalam teenlit sehingga menarik bagi remaja. Teenlit yang lebih banyak membahas mengenai remaja perempuan, tentunya berpengaruh pada pembaca remaja perempuan. Dengan membaca karya sastra berngenre teenlit mereka merasa menemukan dunianya.

Walaupun teenlit mengandung unsur sastra, akan tetapi teenlit memberi pengaruh buruk bagi perkembangan remaja khususnya teenlit bergenre romantis, dengan catatan tidak semua teenlit. Meskipun memberi dampak negatif, teenlit dapat di jadikan jalan untuk mengembangkan sastra di zaman modern ini. 

Minat remaja yang tinggi akan membaca, dapat membuka wawasan yang lebih luas bagi mereka akan sastra. Oleh karena itu para pembaca khususnya remaja dituntut untuk bisa memilih bacaan mana yang baik untuk dibaca dan tidak baik untuk dibaca. Meskipun pembaca remaja cenderung membaca karya sastra hanya sebagai suatu kesenangan, akan tetapi masih ada remaja yang membaca karya sastra untuk mencari pengetahuan di dalamnya.

Remaja pecinta sastra adalah aset yang luar biasa bagi sastra Indonesia, karena mereka dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan sastra Indonesia kedepannya. Remaja yang memiliki minat besar untuk membaca dan menulis tentu memerlukan wadah untuk mengapresiasikan minatnya tersebut terutama dalam hal menulis. Tentunya sudah banyak instansi-instansi penerbitan yang memberikan wadah untuk para penulis, contohnya saja dengan penyelenggaraan  perlombaan penulisaan novel, penulisan cerpen, esai, dan semacamnya dengan hadiah berupa penerbitan buku ataupun pemberian buku-buku tentang sastra. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun