Mohon tunggu...
Kyla Belva Queena
Kyla Belva Queena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Don't say you can't until you prove you can't

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Anak Muda Tidak Bisa Kaya atau Tidak Mengatur Keuangan dengan Bijak

25 Maret 2023   19:00 Diperbarui: 25 Maret 2023   19:03 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          Perekonomian anak muda merupakan topik yang menarik untuk dibahas. Anak muda adalah kelompok masyarakat yang memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara. Mereka merupakan generasi yang memiliki potensi untuk menggerakkan roda perekonomian dengan kreativitas dan inovasi mereka. Namun, di era digital seperti sekarang ini, anak muda dihadapkan pada tantangan dan peluang yang berbeda dengan generasi sebelumnya.

          Anak muda seringkali menghadapi masalah finansial, seperti hutang mahasiswa, sulitnya membeli rumah atau property, serta kurangnya akses ke sumber daya keuangan dan informasi tentang pengelolaan keuangan.

          Perekonomian anak muda juga semakin dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan globalisasi, yang memungkinkan anak muda untuk terhubung dengan pasar global dan memperoleh akses ke informasi dan sumber daya yang lebih luas. Namun, teknologi juga dapat mempercepat perubahan dalam pasar kerja dan mengubah cara anak muda bekerja dan menghasilkan pendapatan.

          Oleh karena itu, penting untuk memahami dinamika perekonomian anak muda dan mencari solusi untuk membantu mereka mencapai kesejahteraan finansial. Ini meliputi dukungan untuk pendidikan dan pelatihan, akses yang lebih baik ke pasar kerja, serta dukungan untuk pengelolaan keuangan yang bijaksana dan kreatif. Melalui upaya ini, anak muda dapat berkontribusi secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan mencapai keberhasilan finansial dalam hidup mereka.

Tantangan Anak Muda

  • Persaingan Ketat di Pasar Kerja
    Seperti yang kita ketahui mencari pekerjaan pada saat ini merupakan hal yang tidak mudah. Persaingan dalam mencari pekerjaan semakin ketat. Persaingan yang ketat ini disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah lulusan yang tersedia di pasar kerja. Selain itu, terdapat perkembangan teknologi dan otomatisasi yang membuat beberapa pekerjaan dapat dilakukan oleh mesin maupun robot yang membuat persaingan semakin ketat.
  • Mahalnya Biaya Hidup
    Harga-harga kebutuhan pokok seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal semakin mahal dari waktu ke waktu. Biaya pendidikan dan kesehatan juga semakin tinggi. Hal ini membuat anak muda harus lebih kreatif dalam mengelola keuangannya.
  • Tekanan untuk Berprestasi
    Tekanan untuk berprestasi dari keluarga, teman, dan masyarakat seringkali membuat anak muda merasa tertekan. Mereka diharapkan untuk meraih kesuksesan secepat mungkin, sehingga mereka terkadang mengabaikan aspek-aspek penting lainnya dalam hidup mereka.
  • Kurangnya Akses terhadap Modal Usaha
    Kebanyakan anak muda tidak memiliki modal yang cukup untuk memulai bisnis mereka sendiri. Mereka seringkali terhalang untuk menciptakan lapangan kerja baru.

Peluang Anak Muda di Era Digital

  • Peluang Berwirausaha
    Terkait persaingan yang ketat di pasar kerja, anak muda dapat menciptakan lapangan kerja mereka sendiri dengan berwirausaha. Di era digital, peluang berwirausaha semakin terbuka lebar dengan adanya internet dan platform- platform e-commerce seperti Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee.
  • Potensi Menghasilkan Pendapatan Tambahan
    Anak muda dapat memanfaatkan kemampuan dan hobi mereka untuk menghasilkan pendapatan tambahan. Misalnya dengan menjadi influencer di media sosial, content creator, atau menjual produk-produk yang mereka hasilkan sendiri seperti makanan, karya seni, atau kerajinan tangan.
  • Peluang untuk Berinvestasi
    Anak muda dapat memanfaatkan teknologi dan informasi yang tersedia untuk belajar dan memulai investasi. Di era digital, investasi tidak lagi terbatas pada instrument konvensional seperti saham atau reksa dana, tetapi juga meliputi investasi di mata uang kripto dan startup.

10 Aset Jika Mau Kaya

  • Uang tunai
    Uang tunai merupakan aset yang bersifat liquid, artinya adalah aset yang tunai
     dan bisa dipakai kapan saja. Uang tunai bisa dipinjamkan ke orang lain tanpa perantara seperti perbankan. Hal ini bisa menguntungkan pemilik uang tunai, karena jika dipinjamkan akan memiliki bunga yang besar, tempo meminjamkannya juga fleksibel.
  • Emas dan Logam Mulia
    Kedua benda ini merupakan jenis investasi yang melindungi nilai asetnya. Bahkan, sering dikatakan sebagai “Aset Save Heaven” karena nilai keduanya tidak terpengaruh oleh krisis ekonomi yang melanda di suatu negara. Emas merupakan alat tukar yang diakui di negara manapun di seluruh dunia.
  • Saham
    Saham merupakan jenis investasi yang mempunyai tingkat keuntungan yang cukup tinggi. Akan tetapi, ia bersamaaan dengan risiko yang tinggi pula. Semakin tinggi kemungkinan untung, maka semakin besar pula risikonya. Aset jika Anda tanam dalam investasi saham yang benar akan terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu.
  • Reksadana
    Investor awal disarankan untuk berinvestasi reksadana terlebih dahulu sebelum memulai ke jenis investasi yang lebih tinggi. Reksadana merupakan investasi yang dikelola oleh seseorang (manajer investasi). Jadi, Anda tidak perlu susah-susah memikirkan strategi dalam mengelola dana di reksadana.
  • Properti Rental
    Aset properti memiliki banyak keuntungan untuk pemiliknya. Hal ini disebabkan harga properti akan terus mengalami kenaikan dari waktu ke waktu. Properti Rental merupakan properti yang bisa disewakan seperti apartemen, kontrakan, kos-kosan dan lain sebagainya. Terdapat faktor yang harus dipertimbangkan sebelum membeli aset properti. Faktor-faktor tersebut antara lain lokasi, permintaan pasar, pertumbuhan penduduk, dan harga perolehannya.
  • Peralatan
    Contohnya adalah kendaraan. Jika Anda membeli kendaraan untuk kepentingan pribadi, mungkin tidak bisa disebut sebagai aset atau investasi. Akan tetapi, jika Anda membeli mobil atau motor untuk dipakai menjadi driver online, atau untuk disewakan (rental mobil, rental motor) tentu hal ini merupakan bentuk investasi. Saat ini orang memiliki kecenderungan untuk tidak terikat pada barang kecuali dia sudah pasti akan menggunakan barang tersebut dalam waktu yang lama, jadi orang memiliki pikiran untuk menyewa saja dibandingkan harus membeli.
  • Hak Cipta, Paten, dan Merek
    Ketiga hal ini termasuk aset yang tidak berwujud. Merupakan hak bagi pembuat karya baik penemuan, atau merek dagang tertentu untuk memperoleh hasil dari penjualan atau pengembangannya. Memang perlu usaha yang keras untuk mendapatkan hak cipta, paten dan merek. Tetapi ketika Anda mendapatkannya, maka keuntungan akan terus mengalir ke pemilik hak cipta hingga kurun waktu yang disetujui.
  • Royalti
    Royalti juga merupakan aset yang tidak berwujud. Royalti merupakan hak tagihan dari keuntungan penjualan suatu ciptaan atas pemberian izin dari pemilik atau pemegang hak cipta kepada pihak lain.
  • Jaringan
    Jaringan yang dimaksud disini adalah jaringan pertemanan, relasi, atau biasa disebut “link”. Jaringan ini penting untuk dimiliki segala kalangan. Manfaat dari membangun jaringan ini antara lain melatih kemampuan bersosialisasi, menambah informasi dan pengetahuan, juga membantu kita di beberapa titik tertentu. Misalnya memberi informasi pekerjaan, transaksi, bahkan fresh money. Semua itu dapat terjadi jika kita memiliki relasi yang baik.
  • Pengetahuan
    Pengetahuan (ilmu) merupakan aset yang tidak kalah penting. Pengetahuan tidak bisa dibeli menggunakan uang. Pengetahuan merupakan keterampilan yang diperoleh melalui bentuk pengalaman atau pendidikan. Seseorang mungkin bisa bangkrut kapan saja, uang mungkin bisa saja habis. Tetapi seseorang tidak mungkin kehabisan ilmu pengetahuan

Anak Muda Tidak Bisa Beli Rumah?

          Menurut Sri Mulyani, generasi muda terancam tidak bisa punya rumah, mereka lebih memilih tinggal bersama mertua. Hal ini tidak sepenuhnya salah. Kita hitung secara kasar, dengan membandingkan peningkatan harga rumah dengan peningkatan gaji.

          Contoh, di Jakarta rata-rata harga rumah berada di kisaran 2,3 miliar. Sedangkan upah minimum regional Jakarta berada di 4,6 juta per bulannya. Artinya, untuk bisa membeli rumah, karyawan biasa di Jakarta harus menabung selama 500 bulan atau 41 tahun. Itupun dengan anggapan harga dan gajinya selalu sama per tahun dan semua gaji dipakai untuk nabung, mereka tidak ‘jajan’ ataupun belanja yang lainnya. Perbandingan kenaikan harga antara properti dan gaji juga cukup jauh. Dua puluh tahun terakhir harga properti bisa naik hingga 300% lebih sedangkan kenaikan gaji hanya berada di 5% per tahunnya.

          Solusi yang bisa kita lakukan mungkin tidak hanya menabung. Untuk menjadi kaya kita tidak bisa hanya dengan menabung, tetapi juga perlu menambah sumber uang tersebut. Selain itu, pandangan-pandangan anak muda seperti lebih memprioritaskan membeli mobil, motor dan lain sebagainya.

Writer       : Kyla Belva Queena
Institusi   : Universitas Airlangga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun