Mohon tunggu...
Mochammad RizkyMaulana
Mochammad RizkyMaulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Saya adalah orang yang senang mengkaji fenomena di masyarakat melalui kacamata keilmuan.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Perlakuan Diskriminatif terhadap Penyandang Buta Warna untuk Memperoleh Pekerjaan dan Pendidikan

3 Januari 2024   19:39 Diperbarui: 3 Januari 2024   19:43 1423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dalam teori hukum dikenal teori hukum progresif yang dikemukakan hole Prof.Satjipto Raharjo yang pada dasarnya mengatakan bahwa hukum untuk manusia bukan manusia untuk hukum. dimana tentu seharusnya perkembangan teknologi terkini dapat membuat presfektif baru bagi penderita buta warna. bahwa tentu dengan memanfaatkan teknologi kekurangan mereka dapat diatasi melalui alat bantu seperti kacamata enchroma. oleh karena itu sama halnya dengan inovasi teknologi di bidang kesehatan lainnya seperti. lasik untuk mengatasi dan menyembuhkan mata minus maupun kaca mata sebagai alat bantu penglihatan bagi orang yang memiliki masalah dengan penglihatan.

sudah semestinya hukum mengikuti perkembangan zaman dan kita perlu untuk mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi. sama artinya bahwa dengan perkembangan teknologi maka para penderita buta warna dapat terbantu dan mengatasi kekurangannya. oleh karena itu tidak ada salahnya untuk dapat memberikan kesempatan kepada mereka untuk dapat menunjukan potensi dan kompetensinya.

Penyandang Buta Warna Mendapatkan Rekor MURI Sebagai Pelukis Penyandang Buta warna Pertama

para penderita buta warna parsial dengan tingkat keparahan rendah terkadang mereka tidak memiliki kesulitan dalam melakukan aktifitas sehari-hari. bahkan beberapa di antara mereka justru mampu berprofesi pada bidang yang melibatkan warna.

Peraih Rekor MURI sebagai Penyandang buta warna pertama yang menjadi pelukis.
Peraih Rekor MURI sebagai Penyandang buta warna pertama yang menjadi pelukis.

Muhammad kresna dutanya merupakan seorang penderita buta warna parsial  akan tetapi dia bisa menjadi seorang pelukis ditengah kondisi penglihatannya yang tidak dapat melihat warna merah-hijau dengan akurat. akan tetapi dengan kompetensi, bakat dan proses kresna berhasil untuk menjadi seorang pelukis. suatu profesi yang sangat tidak disangka-sangka digeleluti oleh sorang dengan penderita buta warna parsial. oleh karena itu ini membuktikan bahwa tes ishara saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa seseorang tidak kompeten dalam bidang pekerjaannya. recruiter seharusnya menyadari bahwa yang seharusnya menjadi tolak ukur adalah kompetensi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun