Mohon tunggu...
kyera wkp
kyera wkp Mohon Tunggu... Lainnya - SMA

ingat akan tuhan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tekanan Sosial dan Akademik Picu Stress: Bagaimana Siswa Menghadapinya?

7 November 2024   19:44 Diperbarui: 7 November 2024   20:01 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesehatan mental siswa semakin mendapat perhatian karena meningkatnya tekanan akademik dan sosial di lingkungan sekolah. Sebagian besar siswa mengalami berbagai tekanan seperti tuntutan tugas berat, persaingan, dan ekspektasi tinggi. Tekanan sosial, seperti kesulitan dalam menjaga hubungan sosial, turut berkontribusi terhadap stres, kecemasan, dan risiko gangguan mental lainnya. Strategi penanganan yang diusulkan meliputi peningkatan kesadaran akan kesehatan mental, penguatan dukungan sosial, dan pengembangan keterampilan manajemen waktu. Dengan ini perlu memberikan wawasan bagi lembaga pendidikan dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesejahteraan siswa.

Tekanan akademik dan sosial adalah tantangan utama bagi kesehatan mental siswa. Tuntutan akademik yang tinggi, persaingan antar siswa, serta ekspektasi guru dan orang tua menjadi sumber utama tekanan. Selain itu, aspek sosial seperti pergaulan, ekspektasi, dan perubahan lingkungan turut menambah beban. Tekanan berlebihan ini berdampak negatif pada kesehatan mental, memicu stres, kecemasan, dan depresi. Selain faktor internal, aspek eksternal seperti latar belakang ekonomi, budaya, dan kemajuan teknologi juga memperparah tekanan yang dihadapi siswa.

Studi ini menyoroti bahwa tekanan akademik mencakup beban tugas berat, persaingan, dan ekspektasi dari guru dan orang tua. Tekanan sosial mencakup kesulitan dalam menjaga hubungan sosial dan kenyamanan di lingkungan baru. Dampak tekanan ini mengarah pada stres, kecemasan, dan depresi. Solusi yang diusulkan meliputi peningkatan kesadaran kesehatan mental, penguatan dukungan sosial, dan layanan kesehatan mental di kampus. Intervensi terintegrasi dalam kurikulum juga dianggap perlu untuk membantu siswa mengelola tekanan akademik.

Dengan ini mengungkapkan bahwa tekanan akademik dan sosial di perguruan tinggi dapat memicu masalah kesehatan mental yang serius pada siswa, seperti stres, kecemasan, dan depresi, yang berdampak besar pada kesejahteraan mereka secara keseluruhan. Meskipun menghadapi tantangan ini, siswa mengembangkan strategi koping untuk menjaga kesehatan mental, seperti memperkuat jaringan dukungan sosial, meningkatkan keterampilan manajemen waktu dan stres, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental. Studi merekomendasikan langkah konkret untuk memperluas layanan kesehatan mental di sekolah dan mengintegrasikan pendidikan kesehatan mental dalam kurikulum akademik. Selain itu, disarankan untuk memperoleh pemahaman yang lebih holistik, termasuk mempertimbangkan peran teknologi dalam mendukung kesehatan mental siswa, terutama di tengah tantangan pandemi COVID-19.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun