Kondisi seperti ini sejalan dengan beberapa pendapat pakar seperti Lombogia, Kairupan, & Dundu (2018); Sari, Ilyas, & Ifdil (2017); Zaidannas (2017) yang kesemuanya menyatakan bahwa akses internet tidak benar-benar dimanfaatkan oleh anak-anak dan masyarakat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan. Bahkan internet memiliki dampat buruk bagi anak-anak dan pemuda yang salah satunya menurunkan minat mereka untuk belajar dan memberikan sifat kecanduan terhadap konten negatif.
Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa untuk menggugah ketertarikan kepada literasi yaitu mengajak anak-anak yang ada di Desa Cimanggu untuk secara bersama-sama belajar dan bermain. Kegiatan belajar dan bermain dilakukan di posko mahasiswa yang mengundang anak-anak secara sukarela untuk datang. Kegiatan tersebut rutin dilaksanakan setelah anak-anak pulang dari sekolah sampai dengan sore hari.
Hasil dari gerakan literasi terhadap anak-anak di Desa Cimanggu dinilai berhasil dikarenakan banyak anak yang secara intens mengikuti proses belajar dan bermain yang dipandu oleh mahasiswa sesuai dengan bidang ilmu dan keahliannya masing-masing, serta mampu meningkatkan minat anak-anak untuk membaca dan belajar setiap hari.
Memperbaiki Taman Bacaan Masyarakat
Perpustakaan desa tidak hanya berperan sebagai tempat bagi masyarakat memperoleh informasi, tetapi juga dapat membangun nilai sosial, nilai sejarah dan nilai lainnya yang ada di masyarakat (Alam, 2015; Rohman & Sukaesih, 2017; Yusup & Saepuddin, 2017). Oleh sebab itu keberadaan perpustakaan desa perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan menjadi lebih baik hingga memberi banyak manfaat kepada masyarakat.
Nilai strategis perpustakaan desa nyatanya tidak sejalan dengan kondisi praktis yang ada. Desa-desa yang ada, khususnya di Kabupaten Bandung Barat tidak memiliki perpustakaan desa, sekalipun memiliki namun kondisinya terbatas seperti tidak adanya buku-buku yang relevan dan terbaru, tidak adanya pustakawan serta, jauhnya akses perpustakaan dari lingkungan masyarakat dan berbagai permasalahan lainnya (Rohanda, Prahatmaja, & Rosfiantika, 2014; Sukaesih, Witoto, & Sumiati, 2013). Â Â
Permasalahan tersebut di atas sejalan dengan apa yang ada di Desa Cimanggu. Berdasarkan kepada fakta yang ada di Desa Cimanggu dapat dikatakan bahwa perpustakaan desa dahulunya ada, namun dikarenakan minimnya faktor pemeliharaan dan pengembangan serta tidak adanya pustakawan menyebabkan perpustakaan desa menjadi tidak berjalan sebagaimana mestinya yang sudah terjadi hampir 1 (satu) tahun terakhir.
Permasalahan tersebut di atas dijadikan dasar oleh Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Admnistrasi (STIA) Cimahi untuk mengaktifkan kembali perpustakaan desa dengan mengambil tema kegiatan Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Kegiatan pertama yang dilakukan yaitu berkoordinasi dengan pemerintah desa mengenai rencana perbaikan TBM yang bertempat di salah satu ruangan di kantor desa.Â
Selain mahasiswa menggali permasalahan yang menjadi hambatan dalam pengembangan TBM yang dahulu ada dan tidak berjalan seperti tujuan awal, mahasiswa juga menggali potensi apabila TBM kembali dibuka dan dijalankan dengan harapan masyarakat yang ada di desa bisa mengakses informasi melalui TBM.
Langkah awal yang dilakukan mahasiswa setelah disetujuinya TBM yang bertempat di salah satu ruangan kantor desa yaitu mendata kebutuhan apa saja yang harus ada dalam perpustakaan desa, khususnya buku-buku penunjang kegiatan literasi masyarakat. Setelah mahasiswa mempersiapkan TBM maka langkah selanjutnya yaitu mengadakan diskusi dengan aparat desa mengenai operasional TBM, hal ini dilakukan agar TBM dapat berjalan memberikan layanan literasi kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat memanfaatkan perpustakaan desa sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Perbaikan TBM yang dilakukan oleh mahasiswa terkendala oleh kesediaan anggaran untuk pengadaan sarana TBM seperti kursi, meja, rak buku serta komputer. Meskipun demikian pemerintah desa berkomitmen untuk menyediakan prasarana tersebut yang akan dilakukan melalui upaya pengajuan kepada pemerintah daerah Kabupaten Bandung Barat.