Mohon tunggu...
Dian Herdiana
Dian Herdiana Mohon Tunggu... Dosen - Dosen di Kota Bandung

Mencari untuk lebih tahu

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Sentralisasi Keputusan Pemindahan Ibu Kota, Awal Kegagalan Kebijakan?

27 Agustus 2019   10:21 Diperbarui: 27 Agustus 2019   11:22 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara teoritis banyak pakar kebijakan publik menyatakan bahwa kebijakan yang dibuat harus didasarkan atas aspirasi dan tuntutan akan upaya penyelesaian masalah yang ada. 

Dalam prosesnya pengambilan keputusan harus didasarkan secara terbuka, profesional dan didasarkan kepada prosedur yang berlaku. 

Dominasi satu aktor yang memaksakan kehendak dalam formulasi kebijakan, maka akan menghasilkan kebijakan yang gagal (fail policy) atau tidak dapat diterapkan (unsuccessfull policy).

Bercermin dari pemahaman tersebut, dikaitkan dengan pemindahan ibukota maka sudah seharusnya kebijakan pemindahan ibukota didasarkan atas dorongan untuk mencari solusi atas permasalahan yang ada di Jakarta sebagai ibukota selama ini. Pemerintah tidak bisa lagi berdiri secara satu pihak dalam mengartikulasikan masalah pemindahan ibukota. 

Proses identifikasi, pemetaan masalah, penentuan ukuran/indikator dalam menentukan lokasi ibukota serta penentuan lokasi ibukota baru harus didasarkan atas penilaian multi-aktor. 

Sehingga akan menghasilkan kebijakan pemindahan ibukota yang selain kredibel dan akuntabel karena didasarkan oleh kajian yang benar, juga akan didukung oleh semua aktor dikarenakan kebijakan tersebut didasarkan dan lahir atas kesepakatan bersama semua aktor.  

Kedepannya pemerintah harus terbuka dan akomodatif terhadap semua elemen yang terkait dengan pemindahan ibukota, hal ini didasarkan bahwa keberhasilan pemindahan ibukota didasarkan atas kerjasama semua pihak sesuai dengan peran masing-masing, bukan atas dominasi satu pihak semata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun