Mohon tunggu...
Kang Didin
Kang Didin Mohon Tunggu... Jurnalis - Saya adalah Penulis dan Videografer serta foto grafer apa saja

MENULIS SEDIKIT NGAWUR SELEPAS MUNGKIN

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gareng Loro Suwung

15 Februari 2023   12:46 Diperbarui: 15 Februari 2023   12:54 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya tuliskan tembang diatas adalah ngungunnya nalagareng. Kecewanya nalagareng terhadap kenyataan yang dihadapi. Betapa dia pernah menyesal menjalani hidup miskin. Saya pikir semua orang pernah mengalami ngungun seperti Nologareng.

Nologareng adalah pengejawantahan dari kehidupan kita sebagai wong jawa. Ponokawan yang selalu sabar narimo. Bahkan kepada takdir yang sudah ditentukan penguasa. Jika anda orang jawa yang masih memegang adat dan budaya jawa maka Nologareng ini akan anda mampu artikan sebagai rakyat kecil yang hidupnya sederhana, qonaah, sabar narimo ing pandum. Tidak pernah protes bahkan menjadi seperti itu-itu saja mereka bahagia. Sebagai Ponokawan.

Jadi sesusah apapun keadaan Nalagareng tetap bahagia dan bersyukur. Nampa apa anane. Kalau kemudian kita maknai tembang Nalagareng ini, unine yaiku ,Lara --lara laraning kang ati. Sakit karena penyakit hati. Apa saja penyakit hati iku jelas melihat keadaan tidak sesuai, sesabar apapun jika terlalu lama menyaksikan dan merasakan ketidak adilan yo sakit juga . ingin sekali tempo berubah keadaanya.Nora koyo ingong. Tidak seperti apa yang kemudian apa sing tak lakoni. Membayangkan keadaan sampai bingung, suwung. Kosong. Ingong itu kehilangan harta benda, bisa juga dimaknai ketiadaan harta,

Kabeh karyo wus tak lakoni kabeh. Lha iyo..sudah berusaha sedemikian rupa, sampai segala cara dilakukan, nyaris semua pekerjaan,-sesuai kemampuan , sudah dilakukan tapi untuk mendapatkan harta ko ya belum bisa.  Maka keadaan ini membuat ingong. Bingung suwung.

Loro-loro kang durung nlakoni, mukti karo sugih. Ada dua hal yang belum pernah gareng merasakannya yaitu menjadi orang mulia dan kaya raya.  Disinilah, watak orang jawa ketika dia bekerja semangat mencari kemuliaan dan kekayaan.  Kadang disertai kerelaan untuk menderita, dalam penderitaan itu kemudian merasakan kesuwunganko ya ternyata abot lakune wong pingin sugeh. Gareng sampai dia mensyiirkan tembang iki.

Begjane wak ingsung. Pada puncak kesuwungan inilah gareng merasakan bahwa kesemuanya pada akhirnya kembali kepada jalannya lakune takdir sang maha kuasa. Begjane wak mami sudah menjadi ketentuan diri. Dalam menembangkan ini Nologareng pasti dengan nada yang datar dan penuh penghayatan dalam penerimaan dia atas kehendak sang maha kuasa.

Dalam nembang syair terakhir ini Gareng pasti sedang dalam kondisi mengingat Tuhan. Pasti. Sudah menjadi qodrah iradah Allah, sudah menjadi ketentuan baginya. Harus diterima sabar lan narimo.

Yoiku gambaran kita sebagai orang jawa dalam diri Sang Nalagareng, yang dalam pewayangan gareng ini termasuk dalam Ponokawan yaitu Semarang gareng Petruk dan Bagong. Pono itu artinya cetho/jelas -,kata Ki Seno Nugroho, Kawan itu teman atau sahabat yang sudah seperti saudara. Ponokawan artinya Kawan yang jelas. Teman jelas menjalani kehidupan. Maka dinikmati, disyukuri dan dilaksanakan. Lha urep ko dilaksanakan, lha iya melaksanakn kehidupan. Penak to... (dr)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun