nora koyo ingong
saben karyo wus nglakoni kabeh
Loro-loro kang durung nglakoni
Mukti karo sugeh
Bejane wak ingsun
Jalannya kehidupan seseorang, tidak memandang pangkat drajat atau status sosialnya, pada saatnya dia akan merasakan apa yang disebut suwung. Suwung atau kosong atau sakit hati, bukan dalam arti yang sangat sakit tapi kemeranaan karena satu peristiwa. Kaya cah nom diputus cinta. Apa kaya kelangane wong tuwa ditinggal mati anak. Atau juga kesedihan yang berlangsung karena kemelaratan yang terlalu lama, sehingga kemudian menumbuhkan terkikisnya kesabaran.
Nah terkikisnya kesabaran itu yang kemudian membuat kita ngungun, menyesali keadaan, berlarut-larut membuat hilangnya kesabaran menjadi suwung. Kosong, yang lantas kemudian berimbas pada retaknya kendi toyo murni. Merembes menjadi air mata.
Hayooo kita sinau bareng, dimana airmata itu tersimpan? Â Saya menyebutnya didalam kendi toyo murni. Rapi dalam raga kita semua. Dan airmata, luh, itu ndlewer atau mengalir saat kita mengalami kesedihan, atau menahan sakit, bahkan bahagia yang teramat juga membuat kita menangis.
Luh itu betul betul toyo murni, air murni yang diciptakan sebagai pelarut, minyak rem agar kita tidak condong kepada kesedihan berlarut, atau kepada kebahagiaan yang sangat. Keti tetap mampu mengontrol perilaku. Bersyukur anda yang masih bisa menangis dan mengeluarkan air mata.