"Selain beli karena males masak, di sini bisa pesan antar jadi ga perlu repot keluar rumah. Biasanya tinggal bilang "Pak anter ke rumah ya" jadi mempermudah banget," tuturnya lebih lanjut, Jum'at (5/1/2024).
Selain kedua alasan di atas, Gin Gin memiliki strategi lain dalam menyiasati penjualan di hari libur natal dan tahun baru. Strategi yang diterapkan oleh Gin Gin melibatkan berbagai macam promosi dan diskon di warungnya. Ini mencakup promo pada awal tahun, paket khusus untuk keluarga, promo mingguan bagi pelanggan setia, serta promo berupa cashback.
"Ada banyak promo. Salah satunya promo awal tahun yang saya share di Instagram @dkriukcisauk dan di group pasar UMKM. Ada hadiah utama untuk periode belanja tanggal 1 sampai 31 Januari, ada paket keluarga, ada promo mingguan buat pelanggan tetap yang langsung dikasih tanpa undian. Kita juga buat banyak menu baru, jadi bukan cuma ayam goreng," jelas Gin Gin, Jum'at (5/1/2024).
Gin Gin juga menjelaskan bahwa setiap kali ada pelanggan yang datang, dia dengan cermat memberikan informasi dan mengingatkan mereka mengenai promo atau diskon yang sedang berlangsung di warungnya.
Berkat strateginya dalam menyiasati libur natal dan tahun baru, Gin Gin mengungkapkan bahwa omzet warungnya meningkat sebesar 42 persen dibandingkan dengan omzet pada hari kerja.
"Omzet naik 42 persen. Kalau omzet hari kerja biasanya Rp 5 juta, kalau periode libur tahun baru bisa sampe Rp 7,1 juta," ujarnya, Jum'at (5/1/2024).
Gin Gin menjelaskan lebih lanjut bahwa selama tiga tahun berjualan, omzet warungnya selalu meningkat di periode awal tahun baru. Pada tahun pertama, pesaing penjual ayam goreng masih terbilang sedikit. Namun, seiring berjalannya waktu, terutama pada tahun kedua dan ketiga, jumlah pesaing mulai bertambah. Oleh karena itu, Gin Gin terus meningkatkan strategi dan memperluas promosinya.
"Setiap tahun baru di sini naik terus. Tapi alasannya beda dari tahun pertama sampe ketiga saya berjualan. Waktu tahun pertama di sini ramai karena saingan penjual ayam cuma satu. Mulai tahun kedua saingan bertambah, jadi market share berkurang. Perbandingan omzet tahun pertama sama tahun kedua itu turun 50 persen. Tapi di tahun ketiga, kita harus punya inovasi supaya beda dari yang lain. Nah baru omzet kita naik lagi," jelasnya, Jum'at (5/1/2024).
Ditulis oleh Kya Dewi Davina, mahasiswi Program Studi Jurnalistik di Universitas Islam Negeri Jakarta dengan nomor mahasiswa 11220511000071.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H