Mohon tunggu...
Lensa Karana Media
Lensa Karana Media Mohon Tunggu... Penulis - Media komunikasi Pramuka Banyuwangi

Akun official Lensa Karana Media untuk semua informasi tentang Pramuka Banyuwangi dan Nasional serta informasi positif lainnya, info Update liputan kontak 085236662268

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Muhamad Ma'mun, Profil Sukses Pelatih Pramuka Pendiri SMP ISLAM Al Ma'mun

2 Januari 2019   05:02 Diperbarui: 2 Januari 2019   05:37 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Muhamad Ma'mun lahir di Banyuwangi pada 17 Januari 1983 bertempat tinggal di dusun Cangaan RT 6 RW 7, Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi. Ma'mum merupakan salah satu pelatih di lingkungan Pusdiklatcab Macan Putih Kwarcab Banyuwangi yang sehari-hari menjalankan profesi sebagai  notaris di Kecamatan Gambiran dan sekaligus pendiri Yayasan Al Ma'mun. Menikah saat usia 22 tahun, kini di usia ke 35, dia dikaruniai 3 anak.

"Seorang pramuka belum tentu dan tidak harus menjadi seorang guru, saya sudah terjun di dunia pramuka sejak kecil. Karena ikut pramuka, saya bisa menjadi menjadi lebih baik dan lebih bermakna," ungkap Ma'mun saat ditemui Lensakarana di Peresmian SMP Islam Al-Ma'mun di Dusun Cangaan, Genteng, Senin (17/12/2018).
 
Dia mengaku mendapatkan banyak pengalaman dari Pramuka seperti kemandirian, mental, keterampilan, dan cara menambah wawasan dan bermasyarakat.
 
"Saya mengenal pramuka sejak siaga, akan tetapi tumbuh rasa cinta terhadap pramuka sendiri saat menjadi seorang penggalang. Yang jelas awalnya karena terpaksa karena dahulu pramuka diwajibkan, tapi lama kelamaan nyaman di pramuka dan berlanjut sampai sekarang," ujarnya.
 
Ma'mun pernah menjadi ketua Dewan Penggalang saat masih di SMP, lalu di SMA juga menjadi ketua Dewan Ambalan dan berlanjut sampai di satuan Racana.

"Untuk meraih kesuksesan, tidak semua dimulai dengan kesukaan melainkan keterpakasaan lalu mulai merasa nyaman dan terbiasa. Inti dari pramuka adalah kenyamanan dan kesenangan, jika orang sudah menemukan rasa kesenangan dan kenyamanan dalam pramuka, maka orang tersebut menemukan roh dalam pramuka tersebut. Dari situlah orang bisa merasakan cinta terhadap pramuka. Bukan hanya pramuka saja, melainkan semua pekerjaan yang kita lakukan seperti sekolah. Sholat, jika kita sudah cinta maka kita akan menemukan kenikmatannya," paparnya.
 
Pengalaman Ma'mun diantaranya pernah menjadi seorang guru, guru privat, lalu kemudian beliau melanjutkan kuliah di hukum. Meskipun sebenarnya dia tidak suka dengan dunia hukum, namun tuntutan kerja yang memaksanya untuk menggeluti dunia hukum. Namun, lama kelamaan dia mulai menemukan kenyamanan tersendiri di dunia hukum karena bisa membantu banyak orang.

"Pengalaman dari dunia Pramuka sangat bermanfaat dan sangat bagus, dengan ikut kegiatan pramuka sering dituntut menjadi seorang pemimpin maupun yang di pimpin. Melatih diri agar lebih baik lagi dan dari situ banyak orang memandang kinerja kita baik dan sering mempercayakan suatu pekerjaan kepada kita. Dengan kerja keras yang tekun dan rajin, akhirnya segala sesuatu pekerjaan terasa lebih mudah dan ringan karena kita sudah terlatih mengerjakannya," katanya.

Ma'mun menamatkan sekolah dasar di MI Kebunrejo Genteng, MTs Negeri Genteng, SMK Muhamadiyah 1 Genteng, berlanjut S1 awal di Universitas 17 Agustus Banyuwangi lalu pindah ke Universitas Kartini Surabaya karena dulu Untag masih terakreditasi C karena dia ingin melanjutkan kuliah di negeri.

"Saya dari dulu sekolah sambil kerja, saat SD saya jualan nasi kuning, ote-ote, pisang goreng keliling kampung untuk biaya sekolah. Saat SMP saya jualan es, jualan baju keliling satu kampung. Saat SMA saya jadi tukang kebun di sekolah selama 3 tahun. Sampai S2 saya biaya sendiri, persemesternya harus membayar sekitar 7,5 juta dan itu belum biaya kehidupan. Saya berinisiatif menyewa rumah di Surabaya, 6 kamar, 1 tahun 12 juta. Lalu, 1 kamar disewakan perbulan 500 ribu, belum lagi saya juga jualan parfum, jualan baju lalu dikirim ke Banyuwangi," cerita Ma'mun.

Dia mendirikan lembaga pendidikan mulai Paud, TK, dan SMP, ada juga bimbingan belajar, bimbingan baca Alquran, dan TPQ.

"Ini saya lakukan karena dulu, saya kesusahan saat mengenyam bangku sekolah. Saat saya masih SD saya tidak mempunyai uang untuk biaya sekolah, jadi saya harus mencari sendiri. Mulai saat itu, saya bercita-cita ketika sudah mempunyai uang harus bisa mendirikan sekolah yang bisa bermanfaat bagi masyarakat, gratis untuk orang yang tidak mampu dan anak yatim," ujarnya.

Ma'mum menyadari, untuk mendirikan sekolah tidaklah mudah dan membutuhkan biaya banyak, namun dia percaya dengan usaha kerja keras serta doa, semuanya akan lebih mudah dijalankan.

"Yang jelas kita berpikirnya logis saja, tidak usah bingung untuk dana. Kalo saya ditanya berapa uang yang dimiliki? Saya tidak punya uang, tapi saya punya Allah yang maha kaya, yang bisa memberikan segalanya. Jika kita menginginkan sesuatu kita harus menargetkan dan saya akan berusaha untuk mewujudkan target saya. Setiap malam, saya bangun untuk menunaikan ibadah sunnah dan memohon kepada Allah untuk diberikan rezeki dan alhamdulillah bisa selesai," kata Ma'mun.

Dia menceritakan, jika kita mempunyai suatu cita cita atau impian, tulislah cita-cita itu di dinding kamar.

"Misalnya, tahun ini saya ingin lulus sekolah dengan nilai yang paling bagus di sekolah. Maka pajang tulisan cita-cita kita yang besar di kamar. Karena orang itu mempunyai satu jiwa yang dimana Allah sudah meletakkannya di dalam diri kita. kita harus membangunnya dari diri kita sendiri, apa bagaimana dalam keadaan kita nol. Dalam kondisi nol ini yang dimaksudkan, saat kita bangun pagi kita nol keadaannya, kosong kondisinya, maka saat bangun pagi kita membaca tulisan yang kita cita-citakan itu seperti doa dan juga akan melekat pada hati kita. Alhamdulillah, semua yang saya inginkan bisa tercapai seperti menghajikan orang tua, lulus dengan IP yang bagus, punya mobil, membangun sekolah," imbuhnya.

Menurut ma'mum, dalam dasa darma pramuka telah mencakup segalanya, tinggal kita memahami dan menerapkannya. Seperti dasa darma yang pertama takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dari sana, kita harus memahami arti dan harus bisa menerapkannya sebagai penyempurnaan ilmu yang telah didapatkan.

"Saat kegiatan pramuka, ada jerit malam itu bagus. Soalnya mereka melatih mental, jadi jangan sampai suatu perkara kita ambil dalam segi negatifnya, ambil segi positifnya semua. Karena kita tidak tahu apa yang direncanakan oleh Allah kepada kita. Jika kita memikirkan yang negatif maka yang terjadi akan negatif kepada kita. Jangan sampai memikirkan suatu hal apapun dengan negatif, entah itu menilai orang atau belajar, intinya segala hal kita ambil segi positifnya. Karena Allah telah memberikan yang terbaik pada diri kita, tetapi kita yang belum merasakannya," jelasnya.

Meskipun banyak yang mengira semua yang dilakukan saat kegiatan pramuka pasti keras, Ma'mun selalu mendukung setiap kader pramuka agar lebih giat dalam beroganisasi. Bagi ma'mum, bukan pikiran mereka yang salah, melainkan mereka belum paham betul apa yang sedang mereka lakukan atau belum mendalami arti pramuka sesungguhnya.

Penulis    : Dio Januarti Rafika

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun