Pohon itu tertiup sang bayu
Goyahkan dedaunan membisu
Berguguran satu-persatu
Jatuh ke bumi tak lagi menyatu
Ranting pun ikut pilu
Tak kuat menahan bayu
Desirannya hadirkan debu
Runtuh mengering menjadi kayu
Namun cabang tidaklah rapuh
Desiran hebat sang bayu
Di biarkannya berlalu
Walaupun rontokkan daun dan ranting membisu
Cabang kuat menahan sembilu
Terikat pada batang bermutu
Tak goyah hadapi sang bayu
Walau hati kayunya merindu
Merindu akan indahnya masa lalu
Bercabang namun ceria selalu
Walau terpaan datang memburu
Hati kayu selalu bersatu
Batang tak kuat menahan sang bayu
Bila cabang tak lagi bersatu
Cabang selalu lupakan masa lalu
Pada ranting dan daun rapuh
Karena dibalik semua itu
Akan hadir ranting baru
Pupus daun pun baru
Muda serasa lupakan masa lalu
Entahlah bila hati juga bercabang
Mungkin kan terjadi perang
Bukan lagi sang bayu yang datang
Namun badai topan kan menerjang
Hati yang bercabang?
Seperti apakah itu?
Apakah seperti empe-empe Palembang
Dengan cuko Pak Raden bikin lidah bergoyang