Mohon tunggu...
Kakthir Putu Sali
Kakthir Putu Sali Mohon Tunggu... Administrasi - Pecinta Literasi

Merindu Rembulan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ada Pesan Lisan di Balik Kisah Legenda Baridin dan Ratmina

27 Maret 2018   23:51 Diperbarui: 28 Maret 2018   00:36 2113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebagai bukti kekuatan cinta mereka, maka oleh masyarakat Gegesik keduanya di. Makamkan beriringan (sumber foto: fajarduekabar.blogspot.co.id)

Pernah dengar cerita " Kemat Jaran Goyang " yang di dalamnya menceritakan kisah cinta pemuda dan pemudi desa Gegesik Kec. Jagapura Kab. Cirebon tepatnya kisaran tahun 1940 -- 1950 an, yang bernama Baridin dan Ratmina ? Siapa sangka cerita rakyat pinggiran pantai utara khususnya di Cirebon, menjadi cerita legenda yang turun temurun di ceritakan, bukan persoalan kemat jaran goyangnya yang dibacakan Baridin untuk melumpuhkan hati Ratmina, tapi kesuguhan hati Baridin yang terlanjur sakit hati karena cintanya di tolak oleh Ratmina, hingga bertegat kuat, tuk membalas sakit hatinya dengan jalan pintas yang mengegerkan sepanjang Pantai Pantura.

Terlalu sakit yang dirasakan Baridin saat itu, bukan saja di tolak cintanya oleh Ratmina, namun ibunya yang bernama Mbok Wangsi, dengan berbekal Sarung kumal dan pisang, datang pada orang tua Ratmina yang bernama Bapak Dam, untuk melamar anaknya yang bernama Ratmina untuk menjadi istri Baridin yang tukang bajak sawah, namun apa hasilnya, baik Ratmina maupun bapak Dam, menolak mentah=mentah lamaran Mbok Wangsi buat Baridin bahkan keduanya mengusir dan menghina habis-habisan Mbok Wangsi.

Apa yang di alaminya ibunda Baridin, lantas diceritakan kalau lamaranya di tolak dan bahkan di caci maki dan di usirnya, maka dari situlah, mata dan hati Baridin seakan gelap gulita, sakitnya luar biasa, akhirnya dengan mengucap sebisa-bisanya Baridin, berupa niatan untuk ,mengemat atau menjatukan hati Ratmina pun dilakukan, tentunya dengan melaksanakan puasa mati geni 40 hari lamanya.

Tepat di hari ke 40, ajian atau rapalan yang kemudian terkenal dengan nama Kemat Jaran Goyang tersebut, kembali dibacakan oleh Baridin, rupanya benar saja, do'a dan harapan orang sakit cepat di kabulkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, paginya Ratmina mencari-cari Baridin, di sepanjang jalan desa yang di lalui apabila bertemu dengan orang lewat selalu yang di tanyakan keberadaan Baridin, hingga menyelusuri pematang-pesawahan, dimana Baridin sedang melakukan laku lampah di di hari ke terakhirnya.

Baridin pun melihat kehadiran Ratmina yang sedang mencarinya, berjalan sempoyongan dari pematang ke pematang lainnya, dan dari bibirnya memanggil-mangil nama Baridin, untuk mengajak pulang dan  minta di nikahinnya, namun baridin sudah terlanjur sakit hati atas penolakan dirinya dan hinaan pada ibunya, Baridin pun menolak terharu melihat Ratmina merengek dan berpenampilan acak-acakan layaknya orang gila, karena Baridin menolak maka hati ratmina kian hancur dan tiba-tiba jatuh di pinggir sawah dan meninggal seketika, melihat hal itu Baridin juga seketika matanya melotot dan jatuh di pinggiran sawah dan ikut meninggal seketika.

Namun sebelum meninggal Baridin sempat menyampaikan pesan lisan kepada sahabatnya sesama pengembala kerbau,bernama Gemblung Dinulung, bahwa apabila jadi orang orang cantik, janganlah berhati sombong dan jangan suka merendahkan orang lain, karena semuanya adalah sementara.

Menyimak cerita rakyat Pantura tentang kisah cinta Baridin dan Ratminah, di kolerasikan dengan jaman now atau jaman kekinian, sepertinya cerita diatas hanyalah dongeng dan isapan jempol belaka, kenapa ? Dijaman milinea ini, apa masih ada yang percaya terhadap Ajian / kemat atau ilmu pellet sekalipun ? apa masih ada pomeo di masyarakat sekarang "Cinta di Tolak Dukun Bertindak ", kalaupun ada, sungguh sesat dan kasihan melihatnya, karena sekarang anak-muda jaman now pada bilang " cinta di tolak, dealer bertindak " nah loohh...

Lantas, apa masih ada generasi jaman now yang mau berpuasa mutih 40 hari lamanya yang pada hari terakhir hari mati geni, tidak makan dan tidak tidur selama 24 jam ? sepertinya tidak bakal ada yang kuat, puasa wajid aja terkadang bocor-bocor, gimana mau melakukan puasa dasyat itu, kalau pun ada nekad namanya, memangnya dunia selebar daun kelor. 

Kembali ke Baridin dan Ratmina, ada pesan lisan yang bisa menjadi bahan perenungan diri, terutama kaum perempuan, bahwa tidaklah baik menjadi perempuan yang menyombongkan paras dan hartanya, bila tak suka pada lelaki, tolaklah dengan halus dan sopan, jangan sampai menghina dan mencaci makinya apalagi sampai buang air ludah di jalan, bahaya neng.... Sapa tahu neng nya pergi, ludahnya di ambil dan jadi media ilmu pelet... nah loh...kalau masih musim itu juga.

Kisah cinta mereka yang bak Romi dan Juliet sudah menjadi pembicaraan hangat dimana-mana, bahkan ada yang turut mempopulerkanya, yaitu sebuah grup tarling Putra Sangkala Cirebon Pimpinan H. Abdul Adjid (Alm.). kasetnya laris manis, hingga di youtube juga tersebar rekamannya dan enak untuk di dengarkan dari masa ke masa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun