Fenomena Pelakor ( Perebut Laki Orang ) nyampe juga ke telinga Lamsijan, dalam benaknya tersimpan berbagai memori akan kata Pelakor yang dalam beberapa bulan ini kian viral baik di akun jejaring sosial yang dia punyai maupun pemberitaan media cetak, belum lagi cerita-cerita nyata gambaran dari teman-temannya saat ngopi bareng di warung kopi.
Masih ingat betul cerita rekan ngopinya saat anak tetangganya yang baru beberapa bulan menyandang status single parent dengan satu anak berumur 3 tahun, tiba-tiba ramai jadi pembicaraan para tetangganya, hingga tak tahan jadi pembicaraan, akhirnya memilih kabur dari rumah, dan setahun kemudian tiba-tiba muncul dengan membawa bayi berkelamin perempuan, maka makin lengkaplah para tetangga mengecapinya, lamsijan sedih mendengar cerita rekannya itu.
Setiap pulang dari ngopi yang selalu obrolannya membahas pelakor, Lamsijan selalu termenung jauh akan ucapan rekan-rekannya, yang katanya, pelakor itu biasanya berstatus janda, bahkan ada juga yang bersuami, demi harta semuanya di anggap biasa, belum lagi Lamsijan membayangkan dinamika rumah tangga pelakor, di datangi istri lelakinya, ribut besar-besaran, bisa juga jadi istri kedua dengan nikah siri, karena istri pertama tidak mengijinkan, dan lain sebagainya berkecamuk dalam benak Lamsijan.
Lamsijan yang merupakan buruh harian lepas, takkan mungkin terlibat dalam skandal pelakor, wanita mana yang mau dan akan merebut Lamsijan dari istrinya, hidupnya saja pas-pasan, upah juga buruh harian yang di bayarkan tiap hari sabtu, maka sangat jauh hal itu terjadi.
Istrinya pun yang bernama Sarini, hanya seorang Asisten Rumah Tangga di sebuah komplek perumahan elit disekitar kampungnya, walau beparas hitam manis dan berlesung pipit, Lamsijan sangat mempercayainya, kalau istrinya takkan serong atau selingkuh dengan lelaki lain apalagi sebagai pelaku pelakor.
Walau hanya berpenghasilan pas-pasan, kasih sayang dan perhatian Lamsijan pada istrinya tak pernah kurang sedikit pun, karena bibit perkawinanya penuh cinta, saling percaya dan saling sayang, sehingga keduanya percaya, takkan ada yang akan merusak di usia perkawinannya yang baru berumur tiga tahun namun belum di karunia seorang anak.
Namun sore itu, betapa kagetnya Lamsijan melihat istrinya pulang kerja dari rumah majikannya, menangis terseduh-seduh.
"mah, kenapa menangis ?, tanya Lamsijan kepada istrinya.
Sambil memeluk suaminya, dengan kepala di sandarkan di dada bidang Lamsijan, Sarini menceritakan apa sebenarnya yang terjadi.
" Pah, tadi saat jalan pulang kerja dari rumah Pak Rudi, di Gang ada teman-teman mamah pada ngumpul dan mereka nuduh mamah, pelakor, pah " sambil terisak-isak.
"Katanya, Sarini itu akan merebut Pak Rudi dari istrinya yang sudah setahun di tinggal study istrinya ke luar negeri" lanjut istrinya bercerita.
" mereka beralasan banyak bukti yang mengarah ke Sarini, karena apa-apa selalu Sarini yang layani "
" mamah sakit hati Pah, di tuduh mau rebut Pak Rudi dari Istrinya, mamah hanya berupaya bekerja dengan baik, mengerjakan pekerjaan rumahnya, menyiapkan makannya, mencuci pakaiannya, melayani apapun yang di perintahkan Pak Rudi, selalu mamah laksanakan, karena itu kerjaan Mamah, Pah "
Lamsijan mangut-mangut mendengar istrinya bercerita, dia tahu kalau Pak Rudi sudah mengenalnya dengan baik, orangnya baik dan tidak mungkin minta dilayani ha-hal yang bukan jadi bagian yang di kerjakan istrinya.
"Mah, biarin saja mereka menuduh mamah Pelakor, toh mamah tidak melakukan seperti yang di tuduhkan " guman Lamsijan menenangkan istrinya.
"itu ibu-ibu sedang latah dengan ungkapan yang sedang viral di media, Papah percaya sama Mamah koq, dan jangan jadi fikiran atas apa yang ibu-ibu katakana, biar waktu saja yang menjawabnya"
Tangis sang istri berhenti mendengar kata-kata suaminya itu, dengan senyum menawan, sang istri memeluk suaminya sembari berkata.
" Pah, istrimu memang Pelakor, tapi bukan Perebut Laki Orang, melainkan Pelayan Laki Orang , hahahaha..."
Sontak Lamsijan pun ikut tertawa mendengar kata-kata istrinya yang dalam keadaan sedih dan menagis bisa memecah kesunyian dengan humoran yang konyol dan bikin tertawa diantara keduanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H