Mohon tunggu...
Kakthir Putu Sali
Kakthir Putu Sali Mohon Tunggu... Administrasi - Pecinta Literasi

Merindu Rembulan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kopi Malam di Rumah Sakit

18 Oktober 2017   20:18 Diperbarui: 18 Oktober 2017   20:28 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam ini ku pandangi ranjang-ranjang berjejeran di rumah sakit, roman wajah-wajah dalam kssedihan, saat kaki ku melangkah masuk, saling pandang dan saling bertatapan seolah menyapa pada siapa yang datang

Kehadiranku memasuki ruang perawatan untuk pencarian, seorang rekan di kabarkan kecelekaan, dan masuk ruang perawatan, namun entah kabar itu benar atau tidaknya, akupun kian penasaran tuk melakukan pembuktian

Aroma obat-obatan penuhi seisi ruang, rasa pengap serasa di di hidung dan dadaku, maklum yang kumasuki ruang umum, tanpa ac maupun ranjang sendirian, semua sesak oleh orang sakit dan ranjang yang berjajaran

Ruang demi ruang ku selusuri, tanpa minta tahu pada bagian informasi, rasa itu terkalahkan oleh rasa penasaran dimana rekan ku yang kecekalaan dalam perawatan

Diujung lorong ruang yang tersisa, kudapati saudaranya menjaga, kutanyakan akan kabar duka padanya, dan dia pun menunjukkan rekan yang sedang meregang dalam kedukaan

Kakinya di perban, lukanya disana sini penuh memar, mungkin ini korban kecelakaann dan tragisnya korban tabrak lari

Ku kuatkan hati rakan, dengan sedikit bisikan dan wejangan, agar selalu sabar dalam menghadapi cobaan

Malam kian larut, cuaca dingin merasuk para penjaga ruangan, aku pun tak diperbolehkan pulang, mungkin ini sebuah permintaan korban

Dalam diam hatiku penuh mencekam, berbagai fikiran terbang menganalisa korban, tak sanggup aku pun membayangkannya, kalau sampai nanti kakinya di amputasi

Sedih rasa hati.ini, untuk mengusir semua rasa dalam hati, istri.korban yang merupakan sahabat.kecilku membuatkan segelas kopi lengkap dengan kue-kue kiriman yang datang menengok

Rasa iba, sedih kian menjadi saat segelas kopi dengan asap mengepul putih hadir depan mataku yang sayu dengan berjuta rasa campur aduk jadi satu

Akhirnya, malam ini kunikmati kopi hitam dalam rumah sakit, gelasnya pun plastik, sendoknya pun Plastik dan yang menghidangkannya.pun sahabat kecilku yang cantik.

Jangan sirik

Aku pun takkan lirik

Apalagi liat jarum suntik

Lebih baik ngopi simbol lelaki fanatik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun