Senja perlahan pulang ke peraduannya
Saat itu pula kupacu motorku mengejarnya
Mengejar supaya tidak kemalaman di jalan
Menuju kota Sumedang tandang nyandang kahayang
Kini siang berganti malam
Seiring sinar rembulan datang
Menyelusup dari sela-sela daun pinus
Udara dingin mulai menusuk tulang
Saat malam di lembah Kota Sumedang
Ku temui beberapa kawan
Sebagaimana yang sudah tertuliskan
Kawan lama dalam sisa perjuangan
Semakin malam dinginnya bekukan tangan
Segelas air jahe panas terhidangkan
Walau panas mengeluarkan asap
Namun cepat dingin dan panasnya sesaat
Gubuk semi permanen jadi peraduan malam
Tanpa sinar listrik hanya lampu minyak yang semakin usang
Sungguh jauh dari keramaian kota
Namun indah dan damai warganya
Cirebon, 6 September 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H