[caption id="attachment_79534" align="alignleft" width="300" caption="Ilustrasi"][/caption] Menurunnya kondisi ekonomi negeri ini mulai banyak dirasakan oleh rakyat Indonesia. Demikian juga keaadaan tersebut dirasakan oleh Samsul yang telah beberapa bulan menganggur lantaran tempat kerjanya tutup. Kembali kekampung halaman adalah pilihan yang harus dihindarkan, begitulah pendapat Samsul. Berhari2 dan berbulan Samsul mencari kerja keliling kota Jakarta, tapi nasib baik belum memihak pada dirinya. Ditengah kegalauan hatinya, dia teringat kepada istrinya yang sudah beberapa bulan tidak dikirimi uang. Dibawah pohon rindang disebuah taman, Samsul menulis surat buat istrinya. Matanya sebentar2 melirik pasangan yang sedang berciuman, hatinya bergetar menyaksikan pandangan yang membuat iri hati itu. Karena hatinya yang dibakar rasa iri akan kemesraan pasangan tersebut, rasa iri dan rindu itu diungkapkaqn dalam surat yang sedang ditulisnya. Sayangku, teriring peluk cium sayang kukirim bersama surat ini. Maafkan aku sayang, aku belum dapat mengirimi uang untuk belanja dan semua kebutuhanmu. Hanya peluk cium inilah yang aku dapat kirimkan. Demikian isi surat yang ditulis Samsul untuk menghapus rasa rindu kepada istrinya. Seminggu kemudian, sepulang dari mengelana kota Jakarta mencari kerja, sepucuk surat yang diselipkan melalui sela2 pintu kamarnya tergeletak dilantai. Dengan hati berbunga2,  Samsul membuka surat dari istri yang sangat dirindukannya itu. Bang Samsul sayang. kiriman peluk cium abang sudah aku terima dan telah aku gunakan untuk membayar hutang kepada koko Aliong yang selama ini memberi hutangan sembako. Dengan senang hati aku menerima kiriman peluk ciumu, kirimkanlah aku setiap hari peluk ciumu, mudah2an dapat gunakan untuk mendapatkan kebutuhanku yang lain. Begitulah jawaban Shinta, istri Samsul dari kampung halamannya. Mendapat jawaban surat seperti itu, hati Samsul mendidih dan segera dia tulis surat balasan singkat kepada istrinya " Kukirim seluruh peluk ciumku, boronglah semua yang kau inginkan...!!!".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H